Denpasar (Antara Bali) - I Nyoman Sumantra (21), warga Banjar Pande, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali tewas di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar setelah diduga keracunan arak metanol.
"Saat dibawa ke rumah sakit, kondisi korban sudah kritis. Ia malam sebelumnya sempat minum arak metanol hingga kesehatannya terus menurun," kata Kasubag Humas RS Sanglah dr IGNA Putra Wibawa kepada wartawan di Denpasar, Rabu.
Korban yang sebelumnya sempat dilarikan ke rumah sakit pada Rabu dini hari pukul 01.38 Wita, hanya bertahan kurang dari lima jam sampai akhirnya pria lajang itu dinyatakan meninggal dunia pada pagi harinya sekitar pukul 07.20 Wita.
Pemuda tanggung itu dilarikan ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RS Sanglah oleh keluarganya setelah diketahui pada malam harinya diduga minum arak yang mengandung metanol dalam jumlah banyak.
"Korban sempat mendapat perawatan namun kesehatannya terus menurun dan kondisi korban semakin melemah," ucap Putra Wibawa.
Hanya saja, lanjut dia, sejauh ini belum diketahui persis kadar metanol dalam tubuh Sumantra, sebab untuk mengetahui hal itu harus lebih dulu dilakukan cuci darah.
"Padahal rencananya akan dilakukan cuci darah, namun korban Sumantra keburu meninggal dunia," ucapnya.
Rencana semula, Kamis (12/8) akan dilakukan cuci darah untuk menganalisis kadar metanol yang terdapat pada tubuh korban, ujar Putra Wibawa.
Meski begitu, sambung dia, jika melihat gejala yang dialami korban, kuat mengarah pada keracunan metanol. "Gejala klinisnya sama seperti dialami belasan korban arak metanol yang lain," tegas dia.
Hal itu bisa dilihat dari indikasi pada korban keracunan metanol, seperti kesadarannya yang terus menurun, muntah darah hingga mengalami gangguan metabolik.
Sejauh ini belum diketahui pasti kapan korban menenggak minuman arak tersebut, demikian pula dari mana tempat korban memperoleh minuman keras yang kemudian mematikan itu.
Pihak keluarga memilih tutup mulut dan tidak bersedia memberi keterangan seputar kejadian tersebut saat ditanya wartawan.
Jasad korban langsung dibawa pulang oleh pihak keluarga guna dikebumikan di kampung halamannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Saat dibawa ke rumah sakit, kondisi korban sudah kritis. Ia malam sebelumnya sempat minum arak metanol hingga kesehatannya terus menurun," kata Kasubag Humas RS Sanglah dr IGNA Putra Wibawa kepada wartawan di Denpasar, Rabu.
Korban yang sebelumnya sempat dilarikan ke rumah sakit pada Rabu dini hari pukul 01.38 Wita, hanya bertahan kurang dari lima jam sampai akhirnya pria lajang itu dinyatakan meninggal dunia pada pagi harinya sekitar pukul 07.20 Wita.
Pemuda tanggung itu dilarikan ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RS Sanglah oleh keluarganya setelah diketahui pada malam harinya diduga minum arak yang mengandung metanol dalam jumlah banyak.
"Korban sempat mendapat perawatan namun kesehatannya terus menurun dan kondisi korban semakin melemah," ucap Putra Wibawa.
Hanya saja, lanjut dia, sejauh ini belum diketahui persis kadar metanol dalam tubuh Sumantra, sebab untuk mengetahui hal itu harus lebih dulu dilakukan cuci darah.
"Padahal rencananya akan dilakukan cuci darah, namun korban Sumantra keburu meninggal dunia," ucapnya.
Rencana semula, Kamis (12/8) akan dilakukan cuci darah untuk menganalisis kadar metanol yang terdapat pada tubuh korban, ujar Putra Wibawa.
Meski begitu, sambung dia, jika melihat gejala yang dialami korban, kuat mengarah pada keracunan metanol. "Gejala klinisnya sama seperti dialami belasan korban arak metanol yang lain," tegas dia.
Hal itu bisa dilihat dari indikasi pada korban keracunan metanol, seperti kesadarannya yang terus menurun, muntah darah hingga mengalami gangguan metabolik.
Sejauh ini belum diketahui pasti kapan korban menenggak minuman arak tersebut, demikian pula dari mana tempat korban memperoleh minuman keras yang kemudian mematikan itu.
Pihak keluarga memilih tutup mulut dan tidak bersedia memberi keterangan seputar kejadian tersebut saat ditanya wartawan.
Jasad korban langsung dibawa pulang oleh pihak keluarga guna dikebumikan di kampung halamannya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010