Museum yang disegani masyarakat dan wisatawan memang tidak pernah sepi dari aktivitas seni dan budaya karena benda-benda yang dikoleksinya itu sarat dengan warisan seni budaya bangsa.
Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa yang berlokasi di Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, 45 km timur Kota Denpasar itu diharapkan bisa menjadi Warisan Budaya Dunia (WDB).
Untuk itu dalam waktu dekat Museum Gunarsa akan meluncurkan buku Seni Lukis Klasik Bali berukuran 40 cm x 30 cm dan tebal enam sentimeter dengan harapan mampu sebagai kunci untuk mengetahui apa saja yang tersimpan di museum tersebut, tutur perintis dan pengelola Museum tersebut DR. HC. Nyoman Gunarsa.
Maestro seni lukis yang sukses menggelar pameran di tingkat nasional dan internasional itu berharap buku monumental yang bagian depannya dilapisi perak itu diharapkan bisa menjadi alat diplomasi untuk mendapat pengakuan ke UNESCO.
Buku yang diterbitkan dalam edisi khusus itu dicetak terbatas sekitar 500 eksemplar. untuk disebarkan ke museum di seluruh dunia, termasuk pemerhati dan pejabat.
Hal itu didasari atas kenyataan selama ini karya seni lukis klasik Bali mampu mengangkat dan mengharumkan Bali di tingkat nasional maupun internasional, sehingga banyak hasil kreativitas seniman setempat menjadi koleksi museum mancanegara.
Puluhan museum mancaengara mengoleksi karya lukis klasik Bali sejajar dengan karya seniman dari berbagai negara di belahan dunia.
Mantan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu menambahkan museum yang mengoleksi seni lukis klasi Bali antara lain museum Australia, museum Voolken Kunde Leiden Belanda, Basel Swiss, San Francisco Amerika Serikat dan museum Jerman.
Demikian juga dikoleksi secara perorangan oleh pencinta seni lukis dari berbagai negara di belahan dunia. Dengan demekian banyak pelukis setempat muncul mengusung bendera seni lukis Bali sebagai sebuah proses kreatif unggulan.
Proses kreatif seni kanvas tersebut berdampak positif terhadap pengembangan seni budaya, membangun sosial ekonomi masyarakat serta martabat seniman di forum internasional.
Nyoman Gunarsa berobsesi, seniman lukis klasik Bali mampu mengangkat kembali prestasi dan kejayaan masa lalu untuk mengisi ruang-ruang bergengsi sejajar dengan maestro dunia seperti Michael Angelo maupun Leonardo da Vinci.
Ida Bagus Gelgel (alm), seniman seni lukis klasik Bali misalnya pernah mendapat penghargaan dari dunia internasional berkat keahlian menciptakan karya seni yang bermutu, saat mengadakan pameran ke beberapa negara di belahan dunia tahun 1930, atau 84 tahun yang silam.
Prestasi seniman Bali yang gemilang di dunia internasional itu diharapkan bisa ditoreh kembali, dengan harapan seniman Bali dan Indonesia umumnya sejajar dengan seniman mancanegara, harap Gunarsa.
Peradaban budaya
Gunarsa yang selalu mempunyai gagasan cemerlang, karena sebelumnya sukses menggelar kompetisi "Baligraphy" melibatkan utusan dari sembilan negara dalam memeriahkan "International Festival of Balinese Language (IFBL) akhir Oktober 2013 kini kembali menerbitkan buku raksana tentang seni lukis klasik bali.
Buku yang diterbitkannya sendiri itu untuk mendorong melestarikan, mendata, membukukan, karya-karya seni lukis Klasik Bali yang pernah mencapai puncak-puncak peradaban seni budaya Bali pada abad ke XV sewaktu pemerintahan Raja Dalem Waturenggong hingga sekarang.
Seni lukis klasik tersebut berkembang ke seluruh pelosok Pulau Bali, Lombok, Blambangan, Pasuruan, Bone yang pernah dikuasai raja dari Pulau Dewata. Kini seni lukis klasik Bali itu masih tetap eksis di Desa Kamasan, Klungkung dilestarikan secara turun temurun.
Tokoh masyarakat yang hingga kini konsisten melestarikan seni lukis klasik bali antara lain seniman Nyoman Mandra, Mangku Muliarsa, Mangku Kondra, Mangku Mura, dan sejumlah tokoh lainnya.
Selain itu bisa disaksikan di Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan tokohnya I Kopang, I Macong. Demikian juga di Desa Naga Sepa, Kabupaten Buleleng bisa disaksikan tema-tema lukisan klasik Bali dengan media kaca.
Di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar sebagai basis seni rupa yang populer di dunia pariwisata, seni lukis klasik Bali mengalami perkembangan dan sudah dapat sentuhan Barat, melahirkan berbagai mashab seperti Pitha Maha, Young Artist, Batuan, Kemenuh dan Tegalalang.
Seni lukis klasik Bali merupakan seni lukis yang mempunyai nilai filosofi Agama Hindu yang sangat lengkap melukiskan ceritera Ramayana, Mahabrata, Tantri, Pelelintangan, Rerajahan, Uku Penanggalan dan Dewata Nawasanga.
Selain itu karya kanvas juga menerapkan tehnik pelukisan Akademisi Kuno, dengan aturan-aturan yang ideal penuh simbolik, seperti mata telengan untuk tokoh-tokoh keras, kedelen untuk tokoh halus, picek untuk tokoh licik, basang b untuk wanita, dileng untuk tokoh rahasia.
Gerak jari tangan memiliki pelukisan makna tertentu seperti Witarka Mudra, Abaya Mudra, Darma Cakra Murda, Bumi Sparsa. Demikian pula cara melukiskan kaki, hidung, mulut, kuping, rambut, perut, memiliki aturan-aturan ketat dan ideal untuk pencapaian sebuah karya klasik.
Kata klasik berasal dari kata kelas yang berarti menunjukkan tingkatan terbaik/tertinggi, pencapaian yang sempurna dan ideal, ini merupakan estetika filosofi Timur (oriental art) yang hingga kini masih bisa disaksikan di Desa Kamasan Klungkung yang merupakan satu-satunya warisan seni budaya Bangsa Indonesia yang agung yang masih hidup hingga sekarang dan masa mendatang.
Untuk itu buku yang dirancang ukuran besar 30 x 40 cm dengan tebal enam cm, full colour itu dilengkapi dengan foto-foto koleksi lukisan, patung, keris, ukiran itu, akan dicetak Indonesia Printer Colour Sparation Jakarta dengan Limited Edition lengkap dengan tanda tangan sang maestro di setiap buku.
Buku tersebut berperan sebagai alat diplomasi ke dunia Internasional, khususnya UNESCO untuk memohon agar seni lukis klasik Bali itu dikukuhkan sebagai warisan Budaya Dunia, harap Nyoman Gunarsa. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Museum Seni Lukis Klasik Gunarsa yang berlokasi di Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, 45 km timur Kota Denpasar itu diharapkan bisa menjadi Warisan Budaya Dunia (WDB).
Untuk itu dalam waktu dekat Museum Gunarsa akan meluncurkan buku Seni Lukis Klasik Bali berukuran 40 cm x 30 cm dan tebal enam sentimeter dengan harapan mampu sebagai kunci untuk mengetahui apa saja yang tersimpan di museum tersebut, tutur perintis dan pengelola Museum tersebut DR. HC. Nyoman Gunarsa.
Maestro seni lukis yang sukses menggelar pameran di tingkat nasional dan internasional itu berharap buku monumental yang bagian depannya dilapisi perak itu diharapkan bisa menjadi alat diplomasi untuk mendapat pengakuan ke UNESCO.
Buku yang diterbitkan dalam edisi khusus itu dicetak terbatas sekitar 500 eksemplar. untuk disebarkan ke museum di seluruh dunia, termasuk pemerhati dan pejabat.
Hal itu didasari atas kenyataan selama ini karya seni lukis klasik Bali mampu mengangkat dan mengharumkan Bali di tingkat nasional maupun internasional, sehingga banyak hasil kreativitas seniman setempat menjadi koleksi museum mancanegara.
Puluhan museum mancaengara mengoleksi karya lukis klasik Bali sejajar dengan karya seniman dari berbagai negara di belahan dunia.
Mantan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu menambahkan museum yang mengoleksi seni lukis klasi Bali antara lain museum Australia, museum Voolken Kunde Leiden Belanda, Basel Swiss, San Francisco Amerika Serikat dan museum Jerman.
Demikian juga dikoleksi secara perorangan oleh pencinta seni lukis dari berbagai negara di belahan dunia. Dengan demekian banyak pelukis setempat muncul mengusung bendera seni lukis Bali sebagai sebuah proses kreatif unggulan.
Proses kreatif seni kanvas tersebut berdampak positif terhadap pengembangan seni budaya, membangun sosial ekonomi masyarakat serta martabat seniman di forum internasional.
Nyoman Gunarsa berobsesi, seniman lukis klasik Bali mampu mengangkat kembali prestasi dan kejayaan masa lalu untuk mengisi ruang-ruang bergengsi sejajar dengan maestro dunia seperti Michael Angelo maupun Leonardo da Vinci.
Ida Bagus Gelgel (alm), seniman seni lukis klasik Bali misalnya pernah mendapat penghargaan dari dunia internasional berkat keahlian menciptakan karya seni yang bermutu, saat mengadakan pameran ke beberapa negara di belahan dunia tahun 1930, atau 84 tahun yang silam.
Prestasi seniman Bali yang gemilang di dunia internasional itu diharapkan bisa ditoreh kembali, dengan harapan seniman Bali dan Indonesia umumnya sejajar dengan seniman mancanegara, harap Gunarsa.
Peradaban budaya
Gunarsa yang selalu mempunyai gagasan cemerlang, karena sebelumnya sukses menggelar kompetisi "Baligraphy" melibatkan utusan dari sembilan negara dalam memeriahkan "International Festival of Balinese Language (IFBL) akhir Oktober 2013 kini kembali menerbitkan buku raksana tentang seni lukis klasik bali.
Buku yang diterbitkannya sendiri itu untuk mendorong melestarikan, mendata, membukukan, karya-karya seni lukis Klasik Bali yang pernah mencapai puncak-puncak peradaban seni budaya Bali pada abad ke XV sewaktu pemerintahan Raja Dalem Waturenggong hingga sekarang.
Seni lukis klasik tersebut berkembang ke seluruh pelosok Pulau Bali, Lombok, Blambangan, Pasuruan, Bone yang pernah dikuasai raja dari Pulau Dewata. Kini seni lukis klasik Bali itu masih tetap eksis di Desa Kamasan, Klungkung dilestarikan secara turun temurun.
Tokoh masyarakat yang hingga kini konsisten melestarikan seni lukis klasik bali antara lain seniman Nyoman Mandra, Mangku Muliarsa, Mangku Kondra, Mangku Mura, dan sejumlah tokoh lainnya.
Selain itu bisa disaksikan di Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan tokohnya I Kopang, I Macong. Demikian juga di Desa Naga Sepa, Kabupaten Buleleng bisa disaksikan tema-tema lukisan klasik Bali dengan media kaca.
Di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar sebagai basis seni rupa yang populer di dunia pariwisata, seni lukis klasik Bali mengalami perkembangan dan sudah dapat sentuhan Barat, melahirkan berbagai mashab seperti Pitha Maha, Young Artist, Batuan, Kemenuh dan Tegalalang.
Seni lukis klasik Bali merupakan seni lukis yang mempunyai nilai filosofi Agama Hindu yang sangat lengkap melukiskan ceritera Ramayana, Mahabrata, Tantri, Pelelintangan, Rerajahan, Uku Penanggalan dan Dewata Nawasanga.
Selain itu karya kanvas juga menerapkan tehnik pelukisan Akademisi Kuno, dengan aturan-aturan yang ideal penuh simbolik, seperti mata telengan untuk tokoh-tokoh keras, kedelen untuk tokoh halus, picek untuk tokoh licik, basang b untuk wanita, dileng untuk tokoh rahasia.
Gerak jari tangan memiliki pelukisan makna tertentu seperti Witarka Mudra, Abaya Mudra, Darma Cakra Murda, Bumi Sparsa. Demikian pula cara melukiskan kaki, hidung, mulut, kuping, rambut, perut, memiliki aturan-aturan ketat dan ideal untuk pencapaian sebuah karya klasik.
Kata klasik berasal dari kata kelas yang berarti menunjukkan tingkatan terbaik/tertinggi, pencapaian yang sempurna dan ideal, ini merupakan estetika filosofi Timur (oriental art) yang hingga kini masih bisa disaksikan di Desa Kamasan Klungkung yang merupakan satu-satunya warisan seni budaya Bangsa Indonesia yang agung yang masih hidup hingga sekarang dan masa mendatang.
Untuk itu buku yang dirancang ukuran besar 30 x 40 cm dengan tebal enam cm, full colour itu dilengkapi dengan foto-foto koleksi lukisan, patung, keris, ukiran itu, akan dicetak Indonesia Printer Colour Sparation Jakarta dengan Limited Edition lengkap dengan tanda tangan sang maestro di setiap buku.
Buku tersebut berperan sebagai alat diplomasi ke dunia Internasional, khususnya UNESCO untuk memohon agar seni lukis klasik Bali itu dikukuhkan sebagai warisan Budaya Dunia, harap Nyoman Gunarsa. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014