Denpasar (Antara Bali) - Bali meraup devisa sebesar 313,07 juta dolar AS selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2014 atas pengiriman berbagai jenis mata dagangan ke pasaran luar negeri, menurun dua persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 319,46 juta dolar AS.

"Khusus untuk bulan Juli 2014 mencapai 46,94 juta dolar AS, juga berkurang 4,58 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 49,19 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, perolehan devisa tersebut juga menurun 0,24 persen jika dibandingkan dengan Juni, bulan sebelumnya yang mencapai 47,05 juta dolar AS.

Perolehan devisa Bali tersebut hampir 75 persen ditopang oleh hasil industri dan kerajinan rumah tangga yang menonjolkan unsur seni dan kearifan lokal.

Panusunan Siregar menambahkan, pengapalan berbagai jenis mata dagangan ke pasaran luar negeri itu separuhnya lewat sejumlah pelabuhan laut di Indonesia dan separuhnya lagi lewat pelabuhan Benoa, Kota Denpasar.

Oleh sebab itu perlu perhatian Pemerintah Provinsi Bali untuk mendorong peningkatan Pelabuhan Benoa menjadi pelabuhan ekspor yang mampu memberikan kemudahan, sekaligus nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah.

"Jika seluruh barang ekpor ke luar negeri itu dapat dilakukan lewat Pelabuhan Benoa, Bali, selain menghindari kemacetan lalu lintas di darat juga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan nilai tambah bagi masyarakat setempat," ujar Panasunan Siregar.

Panasunan Siregar menjelaskan, ekspor andalan Bali terdiri atas lima komoditas utama yang meliputi produk ikan dan udang sebesar 22,23 persen, produk pakaian jadi bukan rajutan 12,11 persen dan produk perhiasan (permata) 10,25 persen.

Selain itu juga produk kayu dan barang dari kayu 10,19 persen serta produk perabot dan penerangan rumah penerangan rumah 10,10 persen.

Pasaran utama ekspor Bali ke Amerika Serikat yang menyerap 20,92 persen, menyusul Jepang 12,04 persen, Australia 8,67 persen, Singapura 8,21 persen dan Thailand 7,19 persen, ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014