Mataram (Antara Bali) - Indonesia menjadi panutan atau "role model" bagi penerapan kurikulum anak berkebutuhan khusus di negara anggota organisasi Internasional Council for Education of People With Visual Impairment (ICEVI).

"Indonesia patut merasa bangga karena penerapan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus merupakan yang pertama di antara negara anggota ICEVI," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim di sela acara Konferensi Internasional ICEVI yang dihadiri delegasi dari 19 negara di Senggigi Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin malam.

Karena itu, para negara peserta banyak yang memberikan apresiasi dan menjadikan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus sebagai "role model" untuk diterapkan negara-negara tersebut.

"Implementasi kurikulum ABK (anak berkebutuhan khusus) sudah diterapkan di tahun ajaran 2014/2015 di sekolah-sekolah negeri yang  memposisikan sebagai sekolah inklusif," kata Musliar.

Jumlah sekolah negeri yang menyatakan diri sebagai inklusif  semakin banyak, artinya pihak sekolah sudah membuka diri untuk menerima siswa dengan berbagai ketunaan dalam tingkat yang ringan, seperti tuna netra, autis dan sebagainya, katanya.

Kemdikbud mendorong semakin banyak sekolah-sekolah negeri untuk menjadi sekolah inklusif agar ABK mampu bersosialisasi dengan siswa lainnya dan terdorong untuk merasa dirinya sebagai anak normal.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Kemdikbud Mudjito Ak mengatakan saat ini semakin banyak kabupaten yang menyatakan diri sebagai inklusif.

"Hingga akhir tahun sebanyak 60 kabupaten dan 8 propinsi menyatakan diri sebagai kabupaten inklusif dan propinsi inklusif," katanya.

Beberapa propinsi yang menjadi pelopor penyelenggaraan sekolah inklusif antara lain Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, dan Sumatera Barat, katanya.

ICEVI diselenggarakan di Lombok Barat sejak 31 Agustus sampai dengan 4 September 2014.

Indonesia ditunjuk sebagai negara penyelenggara pada 2014, berdasarkan salah satu rekomendasi pertemuan ke-13 di Bangkok pada 10-14 November 2012.

Tema konferensi ICEVI 2014 adalah "Bersama Mewujudkan Pendidikan yang Profesional Bagi Penyandang Gangguan Pengelihatan di Indonesia".

Negara peserta ICEVI adalah India, Filipina, Malaysia, Thailand, Kamboja, Perkins NGO, dan Amerika Serikat.

Konferensi diharapkan menghasilkan rekomendasi terkait dengan implementasi kegiatan belajar mengajar di sekolah luar biasa sebagai model penyelenggaraan pendidikan khusus.

Selain itu juga sebagai wadah memperkenalkan model kurikulum pendidikan khusus dan layanan khusus pada 2014, serta sebagai tempat berbagi pengalaman, koordinasi dan pengetahuan antara negara peserta. (WDY)

Pewarta: Oleh Zita Meirina

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014