Negara (Antara Bali) - Sumur bor bantuan pemerintah, di kelompok subak atau irigasi Berawantangi, Kabupaten Jembrana, gagal mendongkrak ekonomi petani karena tidak bisa digunakan.

"Petani justru dirugikan, karena sudah terlanjur menanam, ternyata air dari sumur bor tersebut tidak bisa sampai ke mereka," kata Wayan Herdita, operator sumur bor, yang juga anggota Subak Berawantangi, Minggu.

Menurutnya, sumur bor bantuan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Bali-Penida dengan kode JW-7 tersebut, sejak dioperasikan tahun 2007, tidak mampu memberikan suplai air yang maksimal terhadap puluhan hektare sawah di sekitarnya.

Yang paling parah, katanya, pada 2 tahun terakhir sumur tersebut tidak berfungsi, karena ada masalah pada pipanya.

"Kami sudah mengajukan proposal berisi permohonan perbaikan pipa tersebut, tapi bantuan yang turun justru untuk membangun pagar dan servis bangunan sumur," ujarnya.

Ia mengatakan, masalah tidak berfungsinya sumur tersebut bukan pada mesinnya, tapi karena panjang pipa yang kurang sehingga air tidak bisa tersedot dari bawah tanah.

Agar air bisa tersedot naik, menurutnya, dibutuhkan pipa untuk mencapai kedalaman 100 meter, sesuai dengan proposal yang diajukan kelompok subak tersebut.

"Pembuatan pagar dan servis bangunan tempat mesin juga tanpa sepengetahuan kami. Akibat terlalu berharap pada air dari sumur ini, banyak petani yang rugi karena sudah terlanjur menanam," katanya.

Ketut Wisnu Wardhana, petani lainnya mengaku, dirinya sangat tergantung air dari sumur bor tersebut, agar bisa menanam padi maupun jagung di sawah miliknya.

"Sebenarnya kalau air dari sumur ini lancar, akan mampu mendongkrak ekonomi petani, karena tetap bisa menanam saat musim kemarau," katanya.

Ia mengungkapkan, dulu petani di wilayah tersebut tergantung pada air dari Bendungan Palasari, namun karena debit airnya terus turun, mereka mengandalkan pengairan dari sumur bor.

Di Berawatangi dan sekitarnya, ada bantuan 9 sumur bor sejenis, namun hanya di kelompok ini yang tidak bisa digunakan.

Pantauan di lapangan, beberapa petani yang nekat menanam jagung harus menanggung kerugian, karena tanaman mereka tersebut mati akibat kekurangan air.(GBI)

Pewarta: Oleh Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014