Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar kini sedang menyiapkan garapan oratorium berjudul "Bali Ning Nusa" guna memeriahkan penutupan pementasan seni budaya 2014 yang bertajuk Bali Mandara Mahalango 28 Agustus mendatang.

"Garapan yang berdurasi 60 menit itu diiringi dengan Gambelan Gong Gede Saih Pitu dengan persiapan yang sangat matang," kata Pembantu Rektor IV ISI Denpasar, I Ketut Garwa, S.Sn M.Sn di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, garapan oratorium tersebut mengisahkan Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih memadu cinta asmara di bumi. Dewa Siwa menilai prilaku dewa dewi itu tidak pantas.

Dewa Siwa menghukum sejoli itu hidup sebagai manusia di Mayapada dengan nama Kama dan Ratih. Selama menjalani hukumannya, Kama dan Ratih harus mengekang cinta asmaranya, dan jika melanggar keduanya akan mendapat hukuman yang lebih berat.

Kama dan Ratih memilih Pulau Bali sebagai tempat menjalani hukumannya. Kama dan Ratih mengembara melewati zaman prasejarah, zaman bali kuno, zaman kerajaan hingga zaman modern.

Setelah Bali dalam keadaan aman, damai, sejahtera (Mandara), Kama dan Ratih dipanggil kembali Dewa Siwa menuju kahyangan sebagai Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih.

Oratorium ini terdiri atas empat babak yakni babak pertama adalah prolog menggambarkan percintaan Dewa Kamajaya dengan Dewi Ratih. Kemudian Dewa Siwa menghukum keduanya untuk tinggal di bumi sebagai manusia.

Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih diturunkan di Pulau Bali pada zaman prasejarah melalui tari Sanghyang. Dewa Kamajaya menjadi Kama melalui Sanghyang Jaran dan Dewi Ratih turun dengan nama Ratih melalui Sanghyang Dedari.

Babak II melukiskan Bali zaman kuno, keadaan yang aman tenteram di mana masyarakat Bali hidup nyaman di bawah perlindungan dewata. Tetapi penguasa zalim yang bernama Mayadanawa menghancurkan kereligiusan itu. Dewa Indra datang menumpas kecongkakan dan kesewenang-wenangan Mayadenawa.

Babak III mengisahkan Bali dalam era kerajaan, di mana keadaan Pulau Bali yang damai di bawah pengayoman para raja yang arif bijaksana. Namun kehancuran kemudian datang ketika patih sakti Kebo Iwa berhasil diperdaya oleh Gajah Mada dengan iming-iming gadis cantik Putri Lemah Tulis.

Terakhir babak IV adalah Bali zaman modern yang melukiskan keadaan Pulau Bali yang sejahtera di bawah pemerintahan republik yang terencana. Namun penjajah dan terorisme sangat berambisi menguasai dan menghancurkan Pulau Bali.

Para penjajah mengadu domba masyarakat Bali untuk berseteru. Para teroris begitu beringas menghancur-leburkan jagat pariwisata andalan ekonomi Bali. Ketegaran masyarakat Bali dan integritas para pemimpin Bali mampu kembali menciptakan keadaan aman, damai, dan sejahtera yang dikenal dngan Mandara.

Peragaan dan pementasan seni budaya 2014 yang bertajuk Bali Mandara Mahalango berlangsung sebulan lebih sejak 13 Juli hingga 28 Agustus 2014.

Bali Mandara Mahalango mengangkat dinamika seni budaya menuju kesejahteraan kemajuan dan keagungan peradabana Bali akan ditutup oleh garapan oratorium dari ISI Denpasar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014