Desa Sanur, Kota Denpasar, dalam perkembangan seni rupa di Bali memiliki tempat istimewa karena menjadi medan kreatif bagi seniman yang tinggal dan mengenal Pulau Dewata pada awal abad ke-20.

Sanur telah menjelma jadi sepetak "surga pribadi" bagi segelintir ekspatriat yang jatuh cinta kepada eksotika alam dan tradisi Bali.     

Khusus bagi para seniman dari luar Bali, Sanur ibarat cagar alam; sebentang zona istimewa yang begitu inspiratif dan merangsang gairah kreatif.

Le Mayeur de Merpres, misalnya, adalah seniman besar yang betah bermukim dan berkarya di Sanur pada 1930-an. Pelukis asal Belgia itu menceburkan diri ke dalam budaya setempat, mengawini Ni Polok yang penari Bali terkenal.

Sesungguhnya, popularitas Sanur yang mendunia sebagai kawasan wisata utama di Bali turut dilambungkan oleh kehadiran para seniman dari luar Bali.

Dari masa ke masa, tak sedikit seniman mancanegara maupun seniman nusantara yang memilih tinggal dan berkarya di Sanur.

Dari luar negeri, nama yang sangat kondang adalah Donald Friend. Pelukis Australia itu datang ke Bali pada medio 1960-an, lalu membangun rumah dan studio di Sanur.

Sementara dari jajaran pelukis Indonesia, mendiang Agus Djaya pernah bertahun-tahun hidup di Sanur untuk mereguk ilham kreatif.

Melalui kiprah para seniman dari luar Bali yang menjadikan Sanur sebagai basis kreatif mereka, daerah itu turut mewarnai perjalanan sejarah seni rupa di Indonesia.

Kontribusi historis lain yang tak boleh dilupakan adalah kiprah kreatif para seniman Sanur sendiri. Sanur bersama Ubud dan Batuan Kabupaten Gianyar merupakan simpul penting dalam momentum pembaharuan seni rupa Bali pada 1930-an.

Momentum pembaharuan itu digerakkan oleh dua seniman mancanegara, Walter Spies dan Rudolf Bonnet. Wahana utamanya adalah perhimpunan Pita Maha yang mereka dirikan bersama dua bersaudara bangsawan Ubud, Cokorda Gede Agung Sukawati dan Cokorda Gede Raka Sukawati, pada 1936.

Perkembangan selanjutnya, Sanur memiliki corak seni lukis khas yang kemudian dikenal sebagai "Mazhab Sanur". Salah satu ciri seni lukis mazhab itu yang sering disebut-sebut para pengamat adalah menonjolnya tema binatang, dunia bahari, dan adegan erotis.

Sementara secara stilistik, seni lukis Mazhab Sanur cenderung menghadirkan karakter garis yang kuat, deformasi dan penggayaan atau stilisasi yang lentur tapi bertenaga, serta kandungan unsur dekoratif yang pekat.


Jejak sejarah

Jejak historis Sanur dalam peta perjalanan seni budaya di Bali pada akhirnya meresapi lanskap sosio kultural dan secara mencolok membentuk identitas Sanur dalam peta seni rupa Indonesia.

Seakan mengabadikan wibawa kultural artistik Sanur pada masa silam, kegiatan Festival Sanur (Sanur Village Festival/SVF) dalam program tahunannya selalu menghadirkan seni rupa sebagai program utamanya.

Maka pada tahun ini festival itu akan mengusung tema "Saha Nuhur"(tempat suci terbitnya matahari untuk meminta berkah) dan masih dalam bingkai "The New Spirit of Heritage".     

Kampung Seni menjadi format acara seni rupa yang akan ditampilkan.

Menurut Ida Bagus Sutama, penatia acara itu, Kampoeng Seni akan menghadirkan "Life studio, Dialog Seni, Performing Art, Art for Public dan Art Exhibition". 

Ida Bagus Sutama menjelaskan, Kampoeng Seni yang menempati bekas perumahan karyawan Inna Grand Bali Beach atau yang dikenal Maessonatte akan dijadikan sebagai kampung yang menyediakan ruang interaktif antara pengunjung, penikmat seni, maupun seniman lainnya.

Di tempat itu nantinya diharapkan akan terbangun suana yang cair dan terbuka melalui perbincangan tentang kreativitas dan karya seni terkini.

Sedangkan  "performing art" merupakan bagian dari respon membangun suasana kreatif yang terbentuk dan diharapkan pula tercipta lompatan keluar dari dua maupun tiga dimensi dalam respon gerak yang dipadu dalam suasana responsif atas tema-tema yang dimunculkan seniman.     

Karya-karya seniman akan dipamerkan  dalam ruang galeri seni.

Di Kampoeng Seni akan disuguhi "art public" yang menyediakan ruang terbuka untuk baca puisi, teater, musik dan pemanggungan seni pertunjukan lainnya.

Seniman-seniman telah hadir untuk ikut serta dalam acara itu, dan Ida Bagus Sutama selaku koordinator program seni rupa SVF 2010 mengajak seniman lainnya secara terbuka merayakan kebersamaan itu.

"Kami menyediakan ruang untuk kita garap bersama dan seniman sekelas Kartika Afandi sudah menyatakan akan turut serta," katanya. (I Komang Suparta)(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010