Denpasar (Antara Bali) - Danau Batur di Kabupaten Bangli, salah satu dari empat danau di Bali yang masuk dalam kawasan warisan budaya dunia (WBD) mengalami pendangkalan tujuh meter, sehingga Trunyan, desa kuno di tepi danau itu mulai kemasukan air.
"Tokoh masyarakat setempat Jero Gede Alitan mengungkapkan hal itu pada pertemuan pengelolaan warisan budaya dunia di Bali yang dihadiri Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Prof Kacung Marijan," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, pertemuan yang berlangsung di Desa Wanasari, Kabupaten Tabanan Selasa (12/8) juga dihadiri Direktur Internalisasi dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Diah.
Pendangkalan Danau Batur yang masuk kawasan Pura Danu Batur perlu segera mendapat penanganan, karena danau tersebut merupakan sumber pengairan bagi subak di Bali timur dan Bali selatan.
"Di Danau Batur menurut Jero Gede Alitan secara kasat mata (tidak nyata) ada sebelas saluran atau pembagian air untuk irigasi subak di Bali timur dan Bali selatan," ujar Prof Windia.
Windia yang juga Sekretaris Tim Penyusunan Proposal WBD menambahkan, Pura Danu Batur menjadi satu-kesatuan dengan kawasan Catur Angga Batukaru Kabupaten Tabanan, subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung yang telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Dr Diah yang memimpin pertemuan itu mengharapkan kepada Jero Gede Alitan yang saat itu didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli untuk segera membuat proposal dalam menangani kasus pendangkalan Danau Batur tersebut.
Windia mengingatkan, menghadapi kondisi yang demikian itu, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar segera tanggap dan dapat mengatasi masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik.
Pendangkalan Danau Batur itu diduga akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik.
Pertemuan yang dihadiri para pengurus subak (pekaseh), tokoh masyarakat dan Kepala Dinas Kebudayaan dari keempat kawasan yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia itu merupakan tindak lanjut dari hasil sidang komite warisan dunia UNESCO ke-38 yang berlangsung di Doha, Qatar pada Juni 2014. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Tokoh masyarakat setempat Jero Gede Alitan mengungkapkan hal itu pada pertemuan pengelolaan warisan budaya dunia di Bali yang dihadiri Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Prof Kacung Marijan," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, pertemuan yang berlangsung di Desa Wanasari, Kabupaten Tabanan Selasa (12/8) juga dihadiri Direktur Internalisasi dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Diah.
Pendangkalan Danau Batur yang masuk kawasan Pura Danu Batur perlu segera mendapat penanganan, karena danau tersebut merupakan sumber pengairan bagi subak di Bali timur dan Bali selatan.
"Di Danau Batur menurut Jero Gede Alitan secara kasat mata (tidak nyata) ada sebelas saluran atau pembagian air untuk irigasi subak di Bali timur dan Bali selatan," ujar Prof Windia.
Windia yang juga Sekretaris Tim Penyusunan Proposal WBD menambahkan, Pura Danu Batur menjadi satu-kesatuan dengan kawasan Catur Angga Batukaru Kabupaten Tabanan, subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung yang telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Dr Diah yang memimpin pertemuan itu mengharapkan kepada Jero Gede Alitan yang saat itu didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli untuk segera membuat proposal dalam menangani kasus pendangkalan Danau Batur tersebut.
Windia mengingatkan, menghadapi kondisi yang demikian itu, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Gianyar segera tanggap dan dapat mengatasi masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik.
Pendangkalan Danau Batur itu diduga akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik.
Pertemuan yang dihadiri para pengurus subak (pekaseh), tokoh masyarakat dan Kepala Dinas Kebudayaan dari keempat kawasan yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia itu merupakan tindak lanjut dari hasil sidang komite warisan dunia UNESCO ke-38 yang berlangsung di Doha, Qatar pada Juni 2014. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014