Lumajang (Antara Bali) -Gubernur Bali Made Mangku Pastika, hadir (tangkil) bersembahyang pada hari terakhir piodalan Panca Wali Krama di Pura Mandhara Giri Semeru Agung Lumajang (Jawa Timur), Sabtu(26/7).

Piodalan di pura terbesar di Jatim ini berlangsung sejak 4 sampai 26 Juli. Sehari sebelumnya Gubernur bersama rombongan para tokoh Hindu dan adat Bali serta aparat pemerintahan juga sembahyang di Pura Blambangan.

Ratusan pemedek dari berbagai daerah di Bali bersama rombongan masing-masing juga hadir bersembahyang di kedua pura tersebut.

Gubernur Made Mangku menyatakan kegiatan persembahyangan ini selain bermakna ibadah spiritual memohon keselamatan juga bermakna ibadah sosial untuk mengembangkan rasa toleransi sesama umat beragama. Di antara umat beragama yang berbeda memiliki persepsi yang sama tentang nilai spiritual, yaitu mewujudkan kesejahtertaan lahir batin.

Kita lihat masyartakat berbeda agama di sini pada sumringah menerima kita, inilah makna terhebat" ujar Gubernur.

Sementara panitia piodalan, Tjokorda Sukawati menyatakan kegiatan ritual terkait umatnya banyak dilakukan penyederhanaan untuk penghematan, tetapi substansi ritualnya tetap dipertahankan.

Acara persembahyangan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung dipuput dua Sulinggih, yaitu Ida Pedanda Wije Putra dan Ida Pedanda Mas widyatmika.

Menurut Mangku Misto, di Pura Mandhara Giri Semeru Agung ini bertahta (melinggih) Ide Betare Siwa Pasupati, selain juga delapan pelinggih lain namun Siwa Pasupati merupakan pusat pemujaan kita untuk meminta panugrahan dan keselamatan alam semesta. Untuk itu setiap Purname Kase sekitar Juli selalu dilakukan piodalan memuja Ide Betare.

Para pemedek dari Jawa dan Bali terpanggil tangkil memuja di pura ini untuk mendapatkan anugrah kerahayuan jagat.

Asal muasal pura ini berawal dari sejumlah tempat pemujaan yang ada di masyarakat. Saat itu seorang tokoh Hindu Lumajang, S Wijoyo Suseno mendapatkan wangsit agar membangun pura tepat di lokasi pura sekarang. Setelah melalui perjuangan akhirnya pada tahun 1984 pura Mandhara Giri berdiri tegak dengan sembilan pelinggih.

Pura menghadap ke Selatan dibangun di atas lahan seluas 1,6 hektar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Made Tinggal Karyawan

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014