Denpasar (Antara Bali) - Puluhan mayat terlantar yang sebagian besar berupa orok atau bayi, segera dikremasi secara massal oleh aparat RSUP Sanglah Denpasar, Bali, karena dianggap membebani.
"Ada 32 mayat terlantar dan hingga kini belum diambil pihak keluarga serta mayat yang tidak diketahui identitasnya," kata Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah dr Dudut Rustyadi dihubungi, Jumat.
Pihaknya merencanakan segera melakukan kremasi massal terhadap jasad jasad tersebut karena keberadaannya sudah mulai membebani biaya rumah sakit.
Ia menyatakan untuk penyimpanan selama di rumah sakit memerlukan biaya tidak sedikit.
"Surat permohonan untuk kremasi massal sudah kami kirim ke Direktur Rumah Sakit, ya semoga cepat disetujui sehingga mayat mayat itu bisa segera dikremasi," ucapnya sembari menyebutkan lokasi kremasi rencananya di Mumbul, Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Langkah tersebut dimungkinkan karena sesuai dengan ketentuan dan prosedur standar yang ada, bahwa mayat yang lebih dari jangka waktu 90 hari tidak diambil keluarga, maka pihak rumah sakit diperbolehkan melakukan kremasi.
Dari jumlah mayat terlantar tersebut, ujar Dudut, sebagian besar merupakan orok yang ditemukan di tempat sampah atau sungai setelah dibuang pelaku yang tidak bertanggungjawab.
Semua mayat terlantar tersimpan di lemari pendingin serta dua buah kontainer khusus penyimpanan mayat yang berada di luar ruangan kantor Instalasi Forensik.
Diakuinya, keberadaan mayat terlantar tersebut sangat membebani pihak rumah sakit, sebab tempat penyimpanan mayat tersebut tidak bisa dimanfaatkan untuk orang lain yang lebih membutuhkan.
"Karena tempat penyimpanan banyak diisi mayat terlantar sehingga kami tidak bisa memberi layanan kepada masyarakat yang membutuhkan jasa penitipan jenasah untuk keperluan upacara," sambungnya.
Dengan langkah kremasi tersebut, diharapkan pihak rumah sakit bisa memberi pelayanan kepada masyarakat dalam hal penitipan jenazah.
Saat ini, kapasitas tempat penyimpanan mayat sudah mendekati penuh karena untuk satu kontainer pendingin hanya mampu menampung idealnya 18 mayat orang dewasa.
Disinggung soal biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan mayat terlantar selama ini, Dudut enggan menjelaskan secara rinci.
Hanya saja, menyangkut besaran biaya yang dibutuhkan, pihaknya meminta bantuan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Bali.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Ada 32 mayat terlantar dan hingga kini belum diambil pihak keluarga serta mayat yang tidak diketahui identitasnya," kata Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah dr Dudut Rustyadi dihubungi, Jumat.
Pihaknya merencanakan segera melakukan kremasi massal terhadap jasad jasad tersebut karena keberadaannya sudah mulai membebani biaya rumah sakit.
Ia menyatakan untuk penyimpanan selama di rumah sakit memerlukan biaya tidak sedikit.
"Surat permohonan untuk kremasi massal sudah kami kirim ke Direktur Rumah Sakit, ya semoga cepat disetujui sehingga mayat mayat itu bisa segera dikremasi," ucapnya sembari menyebutkan lokasi kremasi rencananya di Mumbul, Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Langkah tersebut dimungkinkan karena sesuai dengan ketentuan dan prosedur standar yang ada, bahwa mayat yang lebih dari jangka waktu 90 hari tidak diambil keluarga, maka pihak rumah sakit diperbolehkan melakukan kremasi.
Dari jumlah mayat terlantar tersebut, ujar Dudut, sebagian besar merupakan orok yang ditemukan di tempat sampah atau sungai setelah dibuang pelaku yang tidak bertanggungjawab.
Semua mayat terlantar tersimpan di lemari pendingin serta dua buah kontainer khusus penyimpanan mayat yang berada di luar ruangan kantor Instalasi Forensik.
Diakuinya, keberadaan mayat terlantar tersebut sangat membebani pihak rumah sakit, sebab tempat penyimpanan mayat tersebut tidak bisa dimanfaatkan untuk orang lain yang lebih membutuhkan.
"Karena tempat penyimpanan banyak diisi mayat terlantar sehingga kami tidak bisa memberi layanan kepada masyarakat yang membutuhkan jasa penitipan jenasah untuk keperluan upacara," sambungnya.
Dengan langkah kremasi tersebut, diharapkan pihak rumah sakit bisa memberi pelayanan kepada masyarakat dalam hal penitipan jenazah.
Saat ini, kapasitas tempat penyimpanan mayat sudah mendekati penuh karena untuk satu kontainer pendingin hanya mampu menampung idealnya 18 mayat orang dewasa.
Disinggung soal biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan mayat terlantar selama ini, Dudut enggan menjelaskan secara rinci.
Hanya saja, menyangkut besaran biaya yang dibutuhkan, pihaknya meminta bantuan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Bali.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010