Gianyar (Antara Bali) - Perajin tenun di Kabupaten Gianyar, Bali, mendapatkan bantuan mesin celup pewarnaan kain tenun dari Kementerian Perindustrian.
"Dengan mesin berteknologi tinggi ini, perajin tidak perlu lagi melakukan proses pewarnaan dengan cara tradisional sehingga waktu proses yang digunakan lebih cepat dan ramah lingkungan," kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Wilayah II/Jawa-Bali Kemenperin, Roy Sianipar, di Gianyar, Senin.
Ia menjelaskan bahwa jika pencelupan tradisional hanya bisa menghasilkan 5 kilogram benang sehari, maka dengan mesin bantuan bisa menghasilkan 45-50 kilogram sekali kerja.
"Selain itu untuk pengeringan hanya membutuhkan proses sehari dengan mesin pengering," ujar Roy.
Mesin ini rencananya akan di tempatkan di salah satu sentra kerajinan milik Pande Sutara selaku Ketua Asosiasi Perajin Tenun Kabupaten Gianyar, namun pemanfaatannya dilakukan secara bersama sesuai kesepakatan antarperajin di daerah itu.
Pihaknya membantu para perajin dengan memberikan pelatihan desain. "Lewat pelatihan ini diharapkan timbul ide-ide
baru di bidang motif sehingga tenun ikat Bali dapat berkembang lebih pesat lagi," kata Roy.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan bantuan dari Kemenperin itu.
Ia berharap bantuan itu bisa meningkatkan kualitas
dan kuantitas kerajinan tenun ikat di daerahnya yang dikenal memiliki tampilan motif dan warna yang khas.
Saat ini terdapat sekitar 10 sentra pengerajin tenun ikat yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Gianyar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar I Wayan Suamba mengemukakan bahwa kerajinan tenun umumnya masih dikerjakan dengan alat-alat yang masih sederhana.
"Saat ini perajin tenun ikat masih terkendala masalah proses pewarnaan dan desain. Untuk pewarnaan, perajin biasanya menggunakan drum besar untuk merebus dan proses pencelupan
warna. Proses biasanya membutuhkan waktu yang lama karena tergantung pada sinar matahari untuk pengeringan dan tidak ramah lingkungan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perajin Gianyar, Pande Sutara, mengemukakan bahwa prospek tenun ikat saat ini masih sangat menjanjikan karena pangsa pasarnya masih terbuka lebar.
"Namun saat ini permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya minat para generasi muda bekerja di bidang tekstil sehingga berimbas pada inovasi maupun kreasi motif kain," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dengan mesin berteknologi tinggi ini, perajin tidak perlu lagi melakukan proses pewarnaan dengan cara tradisional sehingga waktu proses yang digunakan lebih cepat dan ramah lingkungan," kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Wilayah II/Jawa-Bali Kemenperin, Roy Sianipar, di Gianyar, Senin.
Ia menjelaskan bahwa jika pencelupan tradisional hanya bisa menghasilkan 5 kilogram benang sehari, maka dengan mesin bantuan bisa menghasilkan 45-50 kilogram sekali kerja.
"Selain itu untuk pengeringan hanya membutuhkan proses sehari dengan mesin pengering," ujar Roy.
Mesin ini rencananya akan di tempatkan di salah satu sentra kerajinan milik Pande Sutara selaku Ketua Asosiasi Perajin Tenun Kabupaten Gianyar, namun pemanfaatannya dilakukan secara bersama sesuai kesepakatan antarperajin di daerah itu.
Pihaknya membantu para perajin dengan memberikan pelatihan desain. "Lewat pelatihan ini diharapkan timbul ide-ide
baru di bidang motif sehingga tenun ikat Bali dapat berkembang lebih pesat lagi," kata Roy.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan bantuan dari Kemenperin itu.
Ia berharap bantuan itu bisa meningkatkan kualitas
dan kuantitas kerajinan tenun ikat di daerahnya yang dikenal memiliki tampilan motif dan warna yang khas.
Saat ini terdapat sekitar 10 sentra pengerajin tenun ikat yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Gianyar.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar I Wayan Suamba mengemukakan bahwa kerajinan tenun umumnya masih dikerjakan dengan alat-alat yang masih sederhana.
"Saat ini perajin tenun ikat masih terkendala masalah proses pewarnaan dan desain. Untuk pewarnaan, perajin biasanya menggunakan drum besar untuk merebus dan proses pencelupan
warna. Proses biasanya membutuhkan waktu yang lama karena tergantung pada sinar matahari untuk pengeringan dan tidak ramah lingkungan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Perajin Gianyar, Pande Sutara, mengemukakan bahwa prospek tenun ikat saat ini masih sangat menjanjikan karena pangsa pasarnya masih terbuka lebar.
"Namun saat ini permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya minat para generasi muda bekerja di bidang tekstil sehingga berimbas pada inovasi maupun kreasi motif kain," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014