Jakarta (Antara Bali) - Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) menilai perbankan nasional ketinggalan dua langkah dari Malaysia dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015, setelah mereka mengumumkan mega merger tiga bank utama di sana.
Mega merger bank-bank Malaysia itu antara CIMB, RHB Capital, dan Malaysia Building Society dan telah diamini Bank Sentral Malaysia, pada Sabtu kemarin.

Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono mengatakan, perbankan Malaysia konsisten terus-menerus memperkuat dan membesarkan industri perbankannya sejak krisis ekonomi Asia pada 1997 lalu hingga kini.
Dalam pengumumannya kepada regulator, ketiga bank Malaysia itu sepakat melakukan mega merger yang akan melahirkan bank keempat terbesar di Asia Tenggara.

"Malaysia membuktikan mereka mampu melakukan konsolidasi perbankan pada saat krisis Asia dan di saat normal seperti sekarang," kata Pramono.
"Tapi di Indonesia, ambil contoh saja rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri beberapa waktu lalu, bagaimana semua orang begitu ributnya, padahal itu merupakan bagian dari konsolidasi perbankan. Konsolidasi antar bank BUMN saja tidak berjalan," kata dia, di Jakarta, Minggu.

Dia menilai, dalam jangka pendek, mega merger bank Malaysia itu tidak berpengaruh signifikan terhadap Indonesia. Namun dalam jangka panjang hal tersebut mendukung pertumbuhan non organik.

"Merger dalam dunia perbankan itu pilihan rasional. Regulator memberikan insentif bagi yang berkonsolidasi. Sejak dulu Malaysia konsisten mengurangi jumlah bank mereka. Inilah salah satu strategi mereka menghadapi pasar bebas Asean," ujar dia.

Dia berharap, pemerintahan terpilih nanti bisa melaksanakan konsolidasi perbankan yang sudah sangat mendesak. Untuk itu, Perbanas akan mengusulkan cetak biru perbankan.

Menurut dia, cetak biru perbankan diperlukan sebagai arah pengembangan perbankan nasional ke depan.
Dalam rancangan itu, karakteristik masing-masing bank akan dijabarkan lebih lanjut dan cetak biru itu akan mengikat seluruh multi pengagem kepentingan, di antaranya OJK, pemerintah, BUMN, dan parlemen, sehingga selain setiap pihak terlibat, jika terjadi pergantian pemerintahan, kebijakan ini tak perlu berganti.

"Pasar bebas ASEAN sudah di depan mata, kita harus segera mengonsolidasi perbankan. Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia saja sekarang baru masuk urutan ke delapan di ASEAN," kata dia.

Keputusan mega merger guna membantu pemerintah Malaysia mewujudkan visinya, menjadi negara maju pada 2020, dengan menggandakan pendapatan perkapita penduduknya dalam enam tahun ke depan menjadi 15.000 dolar Amerika Serikat.

Menurut New Straits Times, entitas bank hasil mega merger itu akan memiliki total aset sebesar 614 miliar ringgit (183,1 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp2.123,96 triliun, melebihi APBN berjalan saat ini yang cuma sekitar Rp1.800 triliun), sekaligus mengalahkan aset Maybank sebesar 578 miliar ringgit. (WDY)

Pewarta: Oleh Citro Atmoko

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014