Denpasar (Antara Bali) - Penampilan kolaborasi seniwati Jepang dengan Sanggar Mekar Sari Banjar Lod Semah, Desa Mawang Ubud, Kabupaten Gianyar, mampu memukau ratusan penonton yang memenuhi Wantilan Taman Budaya Denpasar, Kamis malam.
Sebanyak 15 senimanwati yang terhimpun dalam "Sanggar Tari Bali Wyarihita" Yokohama, Jepang menunjukkan kepiawaiannya menari Bali dengan iringi gamelan yang dibawakan oleh 32 seniman Sanggar Mekar Sari.
Hampir tidak ada tempat duduk yang kosong, bahkan sebagian penonton harus berdiri selama pementasan berlangsung 2,5 jam yang menyuguhkan aneka jenis tarian Bali, mulai dari tari klasik dan tari-tari kreasi.
Diawali dengan penampilan tari Legong Supraba Duta yang dibawakan oleh tujuh penari Jepang yang terdiri atas Chie Nagasawa, Nobue Takanashi, Tamami Ishii, Tomoko Nonaka dan Suzoko Yahagi.
Tari yang terinspirasi dari tari Legong klasik menggambarkan peperangan antara Arjuna dengan Raksasa Niwatakawaca. Dewi Supraba mendapat mandat dari Dewa Indra untuk memperdaya Raksasa Niwatakawaca yang memiliki kesaktian di pangkal lidahnya. Atas rayuan dan tipu daya Dewi Supraba, Arjuna dengan mudah dapat mengalahkan Raksasa Niwatakawaca.
Menyusul penampilan tari kupu-kupu Tarum yang dibawakan oleh enam penari yakni Emiko Nakai yang juga akrab disapa Ni Putu Sulasmi, Yumi Takashi, Midori Kadooka, Masako Kimura dan Fumiko Komatsu.
Penampilan tari ketiga adalah tari Legong Kuntul yang dibawakan oleh empat penari masing-masing Miho Ishikawa, Kyoko, Makihata dan Naoko Seki. Tarian yang lemah gemulai itu mengisahkan sekelompok burung Kuntul (Bangau) sedang bercanda sambil mencari makan di tengah sawah.
Gerak-gerak dan kelebat sayap burung-burung itu memberikan inspirasi terciptanya tari Legong Kuntul yang mampu membangun suasana bersahabat dengan alam dan hidup yang damai.
Tari Tunggal Baris dibawakan oleh I Made Fairdy Rusdrajiana Putra dari Sanggar Mekar Sari Banjar Lod Semah, Desa Mawang Ubud. Tarian itu menggambarkan gegap gempita dan derap langkah heroik seorang kesatria dalam membela negara.
Gerak yang dinamis, tangkas dan lugas diiringi irama gambelan yang menghentak mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk terus berkarya, kreatif mencari terobosan baru dalam menyikapi problema dan kesulitan hidup. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Sebanyak 15 senimanwati yang terhimpun dalam "Sanggar Tari Bali Wyarihita" Yokohama, Jepang menunjukkan kepiawaiannya menari Bali dengan iringi gamelan yang dibawakan oleh 32 seniman Sanggar Mekar Sari.
Hampir tidak ada tempat duduk yang kosong, bahkan sebagian penonton harus berdiri selama pementasan berlangsung 2,5 jam yang menyuguhkan aneka jenis tarian Bali, mulai dari tari klasik dan tari-tari kreasi.
Diawali dengan penampilan tari Legong Supraba Duta yang dibawakan oleh tujuh penari Jepang yang terdiri atas Chie Nagasawa, Nobue Takanashi, Tamami Ishii, Tomoko Nonaka dan Suzoko Yahagi.
Tari yang terinspirasi dari tari Legong klasik menggambarkan peperangan antara Arjuna dengan Raksasa Niwatakawaca. Dewi Supraba mendapat mandat dari Dewa Indra untuk memperdaya Raksasa Niwatakawaca yang memiliki kesaktian di pangkal lidahnya. Atas rayuan dan tipu daya Dewi Supraba, Arjuna dengan mudah dapat mengalahkan Raksasa Niwatakawaca.
Menyusul penampilan tari kupu-kupu Tarum yang dibawakan oleh enam penari yakni Emiko Nakai yang juga akrab disapa Ni Putu Sulasmi, Yumi Takashi, Midori Kadooka, Masako Kimura dan Fumiko Komatsu.
Penampilan tari ketiga adalah tari Legong Kuntul yang dibawakan oleh empat penari masing-masing Miho Ishikawa, Kyoko, Makihata dan Naoko Seki. Tarian yang lemah gemulai itu mengisahkan sekelompok burung Kuntul (Bangau) sedang bercanda sambil mencari makan di tengah sawah.
Gerak-gerak dan kelebat sayap burung-burung itu memberikan inspirasi terciptanya tari Legong Kuntul yang mampu membangun suasana bersahabat dengan alam dan hidup yang damai.
Tari Tunggal Baris dibawakan oleh I Made Fairdy Rusdrajiana Putra dari Sanggar Mekar Sari Banjar Lod Semah, Desa Mawang Ubud. Tarian itu menggambarkan gegap gempita dan derap langkah heroik seorang kesatria dalam membela negara.
Gerak yang dinamis, tangkas dan lugas diiringi irama gambelan yang menghentak mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk terus berkarya, kreatif mencari terobosan baru dalam menyikapi problema dan kesulitan hidup. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014