Sekelompok wanita berwajah khas Asia Timur tampil berbinar mengenakan busana tari bergerak lincah di atas panggung, mengikuti irama gamelan, instrumen musik tradisional Bali yang mengiringinya.
Olah gerak tubuh yang disertai ekspresi jiwa itu menyuguhkan keindahan dan keagungan yang serasi dengan busana tari Bali yang dikenakan, sehingga sulit membedakan, jika penarinya itu adalah warga negara Jepang.
Sebanyak 15 senimanwati yang terhimpun dalam "Sanggar Tari Bali Wyarihita" Yokohama, Jepang ikut ambil bagian memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Taman Budaya Denpasar Kamis malam (10/7), tutur Ketua Sanggar tersebut Ni Wayan Deni Inaba, seorang wanita Bali yang bersuamikan pria Jepang Takahisa Inaba.
Dalam penampilannya itu akan berkolaborasi dengan 32 seniman yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari Kabupaten Gianyar pimpinan I Ketut Sudra.
Pernik tradisi, seni dan budaya Bali memberi inspirasi serta kebebasan berekspresi kepada para seniman dari berbagai negara di belahan dunia untuk menciptakan beraneka ragam karya seni monumental.
Ni Wayan Deni, seniwati tari kelahiran Kubutambahan, Buleleng, Bali utara yang disunting pria asal Jepang, Takahisa Inaba, darah seninya tiada henti berdegup kencang, menciptakan kreasi tari.
Di Negeri Sakura pada awal 1993, Deni yang diberi nama Jepang, Mihi, mendirikan "Sanggar Tari Bali Wyarihita", dan mendapat sambutan hangat masyarakat setempat.
Visi dan misi sanggar itu memang sangat luhur, yakni mengembangkan dan membina kesenian Bali di Jepang dan negara lain. Sampai sekarang ratusan orang Jepang telahberhasil dididik menjadi penari Bali.
Yang menggembirakan, tidak hanya anak-anak, remaja, atau generasi muda yang tertarik mempelajari kesenian Bali, tetapi juga orang-orang tua, terutama kaum ibu. Mereka tidak mengalami kesulitan mengikuti irama dan gerak tarian Bali, baik yang klasik maupun kreasi.
Aktivitas anggota Sanggar Wyarihita selain latihan rutin setiap Senin-Jumat, juga banyak mengisi acara, seperti pesta seni dan budaya yang diorganisir oleh Organisasi Volunteer Jepang.
Kesenian Bali seperti asalnya di Pulau Dewata banyak dimanfaatkan untuk kegiatan sosial yakni bekerja secara iklas tanpa mengharapkan imbalan balas jasa untuk menyukseskan kegiatan ritual di Pura (tempat suci) konsep itu juga diterapkannya di Jepang.
"Pementasan kesenian Bali sering ditampilkan untuk acara hiburan di panti jompo, sekolah luar biasa, sekolah dasar, sekolah menengah, dan yayasan pendidikan lainnya, disamping rutin tampil di Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo," tutur Deni Inaba.
Keseluruhan tarian yang dipentaskan memang penuh bernuansa Bali walaupun seluruh penarinya adalah seniman Jepang. "Harapan kami , tentu saja, pagelaran seni tari yang dibawakan oleh senimanwati Jepang di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) akan semakin mengukuhkan taksu Bali sebagai sebagai daerah tujuan wisata utama di dunia interasional," harap I Nyoman Cerita, S.S Kar., MSA dan Dr I Ketut Sumadi yang bertindak sebagai penanggung jawab pementasan tersebut.
Melalui Pesta Kesenian Bali, diharapkan mampu meningkatkan persahabatan antarbangsa, itulah moto yang terus dikumandangkan Sanggar Wyarihita-Jepang.
Setiap dua tahun
Nyonya Deni Inaba sejak tahun 2000 atau 14 tahun yang silan rutin pulang ketempat kelahirannya di Pulau Dewata setiap dua tahun sekali. Saat kepulangannya itulah mengajak anak didiknya yang terbaik untuk pentas di arena bergengsi Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan.
Keikutsertaannya dalam memeriahkan PKB hingga kini ketujuh kalinya, kali ini mengajak 15 senimanwati yang penampilannya berkolaborasi dengan seniman tabuh dan tari yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari Kabupaten Gianyar pimpinan I Ketut Sudra.
Sanggar seni tari dari Negeri Matahari Terbit terakhir tampil di PKB ke-34 tahun 2010 dengan melibatkan 17 wanita Jepang menunjukkan kebolehannya dalam penguasaan tabuh dan tari Bali.
Nyoman Carita yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menambahkan, kolaborasi seniman Jepang dan seniman Bali yang melibatkan sekitar 30 orang itu akan menyuguhkan sejumlah tarian Bali, baik tari kreasi maupun tarian klasik.
Sedikitnya tujuh jenis tarian akan ditampilkan antara lain Tari Legong Supraba Duta yang dibawakan oleh Chie Nagasawa, Nobue Takanashi, Tamami Ishii, Tomoko Nonaka, Suzoko Yahagi.
Tari itu mendapat inspirasi dari tari Legong klasik menggambarkan peperangan antara Arjuna dengan Raksasa Niwatakawaca. Dewi Supraba mendapat mandat dari Dewa Indra untuk memperdaya Raksasa Niwatakawaca yang memiliki kesaktian di pangkal lidahnya. Atas rayuan dan tipu daya Dewi Supraba, Arjuna dengan mudah dapat mengalahkan Raksasa Niwatakawaca.
Sementara tari Kupu-kupu Tarum dibawakan oleh lima penari wanita yakni Emiko Nakai yang juga akrab disapa Ni Putu Sulasmi, Yumi Takashi, Midori Kadooka, Masako Kimura dan Fumiko Komatsu.
Tari itu menggambarkan sekelompok kupu-kupu yang sedang beterbangan dan bermain-main di sebuah taman penuh aneka bunga. Gerakan penari yang ritmis, dinamis, dan lincah melahirkan suasana hati yang penuh keriangan.
Menyusul penampilan Tari Legong Kuntul yang mengisahkan sekelompok burung Kuntul (Bangau) yang sedang bercanda sambil mencari makan di tengah sawah dibawakan oleh Miho Ishikawa, Kyoko Makihata dan Naoko Seki.
Demikian pula penampilan Tari Baris Tunggal yang menggambarkan gegap gempita dan derap langkah heroik seorang kesatria dalam membela negara terekam kuat dalam tari Baris dibawakan oleh I Made Fairdy Rusdrajiana Putra.
Tari Legong Guak Macok yang diciptakan oleh Ni Wayan Deni Inaba yang terinspirasi dari kegirangan burung-burung Gagak berebut telor dibawakan oleh Naomi Komura dan Misuzu Mariyama.
Burung Gagak bagi sebagian masyarakat Jepang dipercaya sebagai burung keramat yang kemunculannya membawa pertanda-pertanda gaib tertentu dalam kehidupan seseorang atau masyarakat.
Gerak dan komposisi tari kreasi berangkat dari tari Legong ini mengajak penonton untuk selalu waspada terhadap sasmita (pertanda) zaman yang penuh dengan gejolak dan perebutan kekuasaan yang diwarnai konflik bersenjata di berbagai belahan dunia.
"Lewat irama dan gerak seni tari ini, kami berharap dapat bercermin pada masa lalu untuk merajut benang kasih yang tulus dan menghindari prilaku berebut kekuasaan yang mengorbankan rakyat," katanya.
Sedangkan tari penutup adalah tari Candra Metu yang menggambarkan keindahan bulan saat keluar dari peraduannya, sinar bulan yang bercahaya indah, seakan membagikan keindahan di setiap sudut bumi dibawakan oleh Emiko Nakai, Yumi Takahashi, Fumiko Komatsu, Ni Putu Masrapini dan Deni Inaba. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Olah gerak tubuh yang disertai ekspresi jiwa itu menyuguhkan keindahan dan keagungan yang serasi dengan busana tari Bali yang dikenakan, sehingga sulit membedakan, jika penarinya itu adalah warga negara Jepang.
Sebanyak 15 senimanwati yang terhimpun dalam "Sanggar Tari Bali Wyarihita" Yokohama, Jepang ikut ambil bagian memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Taman Budaya Denpasar Kamis malam (10/7), tutur Ketua Sanggar tersebut Ni Wayan Deni Inaba, seorang wanita Bali yang bersuamikan pria Jepang Takahisa Inaba.
Dalam penampilannya itu akan berkolaborasi dengan 32 seniman yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari Kabupaten Gianyar pimpinan I Ketut Sudra.
Pernik tradisi, seni dan budaya Bali memberi inspirasi serta kebebasan berekspresi kepada para seniman dari berbagai negara di belahan dunia untuk menciptakan beraneka ragam karya seni monumental.
Ni Wayan Deni, seniwati tari kelahiran Kubutambahan, Buleleng, Bali utara yang disunting pria asal Jepang, Takahisa Inaba, darah seninya tiada henti berdegup kencang, menciptakan kreasi tari.
Di Negeri Sakura pada awal 1993, Deni yang diberi nama Jepang, Mihi, mendirikan "Sanggar Tari Bali Wyarihita", dan mendapat sambutan hangat masyarakat setempat.
Visi dan misi sanggar itu memang sangat luhur, yakni mengembangkan dan membina kesenian Bali di Jepang dan negara lain. Sampai sekarang ratusan orang Jepang telahberhasil dididik menjadi penari Bali.
Yang menggembirakan, tidak hanya anak-anak, remaja, atau generasi muda yang tertarik mempelajari kesenian Bali, tetapi juga orang-orang tua, terutama kaum ibu. Mereka tidak mengalami kesulitan mengikuti irama dan gerak tarian Bali, baik yang klasik maupun kreasi.
Aktivitas anggota Sanggar Wyarihita selain latihan rutin setiap Senin-Jumat, juga banyak mengisi acara, seperti pesta seni dan budaya yang diorganisir oleh Organisasi Volunteer Jepang.
Kesenian Bali seperti asalnya di Pulau Dewata banyak dimanfaatkan untuk kegiatan sosial yakni bekerja secara iklas tanpa mengharapkan imbalan balas jasa untuk menyukseskan kegiatan ritual di Pura (tempat suci) konsep itu juga diterapkannya di Jepang.
"Pementasan kesenian Bali sering ditampilkan untuk acara hiburan di panti jompo, sekolah luar biasa, sekolah dasar, sekolah menengah, dan yayasan pendidikan lainnya, disamping rutin tampil di Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo," tutur Deni Inaba.
Keseluruhan tarian yang dipentaskan memang penuh bernuansa Bali walaupun seluruh penarinya adalah seniman Jepang. "Harapan kami , tentu saja, pagelaran seni tari yang dibawakan oleh senimanwati Jepang di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) akan semakin mengukuhkan taksu Bali sebagai sebagai daerah tujuan wisata utama di dunia interasional," harap I Nyoman Cerita, S.S Kar., MSA dan Dr I Ketut Sumadi yang bertindak sebagai penanggung jawab pementasan tersebut.
Melalui Pesta Kesenian Bali, diharapkan mampu meningkatkan persahabatan antarbangsa, itulah moto yang terus dikumandangkan Sanggar Wyarihita-Jepang.
Setiap dua tahun
Nyonya Deni Inaba sejak tahun 2000 atau 14 tahun yang silan rutin pulang ketempat kelahirannya di Pulau Dewata setiap dua tahun sekali. Saat kepulangannya itulah mengajak anak didiknya yang terbaik untuk pentas di arena bergengsi Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan.
Keikutsertaannya dalam memeriahkan PKB hingga kini ketujuh kalinya, kali ini mengajak 15 senimanwati yang penampilannya berkolaborasi dengan seniman tabuh dan tari yang terhimpun dalam Sanggar Mekar Sari Kabupaten Gianyar pimpinan I Ketut Sudra.
Sanggar seni tari dari Negeri Matahari Terbit terakhir tampil di PKB ke-34 tahun 2010 dengan melibatkan 17 wanita Jepang menunjukkan kebolehannya dalam penguasaan tabuh dan tari Bali.
Nyoman Carita yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menambahkan, kolaborasi seniman Jepang dan seniman Bali yang melibatkan sekitar 30 orang itu akan menyuguhkan sejumlah tarian Bali, baik tari kreasi maupun tarian klasik.
Sedikitnya tujuh jenis tarian akan ditampilkan antara lain Tari Legong Supraba Duta yang dibawakan oleh Chie Nagasawa, Nobue Takanashi, Tamami Ishii, Tomoko Nonaka, Suzoko Yahagi.
Tari itu mendapat inspirasi dari tari Legong klasik menggambarkan peperangan antara Arjuna dengan Raksasa Niwatakawaca. Dewi Supraba mendapat mandat dari Dewa Indra untuk memperdaya Raksasa Niwatakawaca yang memiliki kesaktian di pangkal lidahnya. Atas rayuan dan tipu daya Dewi Supraba, Arjuna dengan mudah dapat mengalahkan Raksasa Niwatakawaca.
Sementara tari Kupu-kupu Tarum dibawakan oleh lima penari wanita yakni Emiko Nakai yang juga akrab disapa Ni Putu Sulasmi, Yumi Takashi, Midori Kadooka, Masako Kimura dan Fumiko Komatsu.
Tari itu menggambarkan sekelompok kupu-kupu yang sedang beterbangan dan bermain-main di sebuah taman penuh aneka bunga. Gerakan penari yang ritmis, dinamis, dan lincah melahirkan suasana hati yang penuh keriangan.
Menyusul penampilan Tari Legong Kuntul yang mengisahkan sekelompok burung Kuntul (Bangau) yang sedang bercanda sambil mencari makan di tengah sawah dibawakan oleh Miho Ishikawa, Kyoko Makihata dan Naoko Seki.
Demikian pula penampilan Tari Baris Tunggal yang menggambarkan gegap gempita dan derap langkah heroik seorang kesatria dalam membela negara terekam kuat dalam tari Baris dibawakan oleh I Made Fairdy Rusdrajiana Putra.
Tari Legong Guak Macok yang diciptakan oleh Ni Wayan Deni Inaba yang terinspirasi dari kegirangan burung-burung Gagak berebut telor dibawakan oleh Naomi Komura dan Misuzu Mariyama.
Burung Gagak bagi sebagian masyarakat Jepang dipercaya sebagai burung keramat yang kemunculannya membawa pertanda-pertanda gaib tertentu dalam kehidupan seseorang atau masyarakat.
Gerak dan komposisi tari kreasi berangkat dari tari Legong ini mengajak penonton untuk selalu waspada terhadap sasmita (pertanda) zaman yang penuh dengan gejolak dan perebutan kekuasaan yang diwarnai konflik bersenjata di berbagai belahan dunia.
"Lewat irama dan gerak seni tari ini, kami berharap dapat bercermin pada masa lalu untuk merajut benang kasih yang tulus dan menghindari prilaku berebut kekuasaan yang mengorbankan rakyat," katanya.
Sedangkan tari penutup adalah tari Candra Metu yang menggambarkan keindahan bulan saat keluar dari peraduannya, sinar bulan yang bercahaya indah, seakan membagikan keindahan di setiap sudut bumi dibawakan oleh Emiko Nakai, Yumi Takahashi, Fumiko Komatsu, Ni Putu Masrapini dan Deni Inaba. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014