Denpasar (Antara Bali) - Harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di daerah Bali pada minggu pertama Juli 2014 naik Rp13.000 menjadi Rp47.000 per kilogram jika dibandingkan awal Januari lalu yang tercatat Rp34.000/kg.
"Kenaikan harga kopi di tingkat petani tersebut tentu akan membawa perbaikan kesejahteraan masyarakat di daerah perdesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Sabtu.
Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang terus mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti kakao, vanili, mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.
Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.800 pada Januari lalu menjadi Rp35.100/kg dalam minggu I-Juli 2014. Penambahan nilai jual tersebut cukup berarti bagi masyarakat pekebun di daerah perdesaan.
Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harga di tingkat petani juga mengalami kenaikan dari Rp25.000 menjadi Rp30.000/kg (basah).
Sedangkan vanili kering yang sudah siap ekspor masih tetap stabil yakni Rp100.000/kg sepanjang tahun 2014. Bali baru memperdagangkan kopi, kakao dan vanili ke pasar antarbangsa dengan perolehan devisa cukup bagus.
Dewa Made Buana mengakui Kakao produksi petani daerah ini dalam jumlah terbatas--belasan ton per bulan--baru mulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali melaporkan bahwa realisasi perdagangan luar negeri berupa kakao baru tercatat sebanyak 29,3 ton yang dikapalkan ke pasar ekspor dengan harga 284.472 dolar AS selama tiga bulan I-2014.
Perolehan devisa tersebut ternyata mampu menyalip hasil perdagangan Kopi Bali yang selama ini sudah memasuki pasar mancanegara terutama ke Jepang, Prancis dan negara Eropa lainnya yang hanya 238.757 dolar hasil pengapalan 5.382 ton. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kenaikan harga kopi di tingkat petani tersebut tentu akan membawa perbaikan kesejahteraan masyarakat di daerah perdesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Sabtu.
Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang terus mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti kakao, vanili, mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.
Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.800 pada Januari lalu menjadi Rp35.100/kg dalam minggu I-Juli 2014. Penambahan nilai jual tersebut cukup berarti bagi masyarakat pekebun di daerah perdesaan.
Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harga di tingkat petani juga mengalami kenaikan dari Rp25.000 menjadi Rp30.000/kg (basah).
Sedangkan vanili kering yang sudah siap ekspor masih tetap stabil yakni Rp100.000/kg sepanjang tahun 2014. Bali baru memperdagangkan kopi, kakao dan vanili ke pasar antarbangsa dengan perolehan devisa cukup bagus.
Dewa Made Buana mengakui Kakao produksi petani daerah ini dalam jumlah terbatas--belasan ton per bulan--baru mulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali melaporkan bahwa realisasi perdagangan luar negeri berupa kakao baru tercatat sebanyak 29,3 ton yang dikapalkan ke pasar ekspor dengan harga 284.472 dolar AS selama tiga bulan I-2014.
Perolehan devisa tersebut ternyata mampu menyalip hasil perdagangan Kopi Bali yang selama ini sudah memasuki pasar mancanegara terutama ke Jepang, Prancis dan negara Eropa lainnya yang hanya 238.757 dolar hasil pengapalan 5.382 ton. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014