Denpasar (Antara Bali) - Permainan tradisional anak-anak atau "dolanan" memasuki dunia seni pertunjukan melalui penampilan sejumlah anak di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Taman Budaya, Denpasar.
"Ini menimbulkan pemaknaan baru dengan sedikit pengaruh dari unsur globalisasi," kata pengamat seni dan budaya dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr I Gusti Ayu Srinatih, Sabtu.
Ia melihat permainan anak-anak, seperti "dolanan mebarong-barongan" dalam kemasan seni itu diiringi dengan gong kebyar yang juga dibawakan oleh anak-anak dapat membawa mereka hanyut dalam kegembiraan.
Anak-anak bermain dengan meniru gerakan barong merupakan produk budaya baru dari Kabupaten Badung sebagai transformasi "Dolan Mebarong-Barongan" tradisi dan budaya "Ngelawang" yakni bentuk pementasan yang berpindah-pindah.
Peraih gelar doktor kajian budaya dari Universitas Udayana Denpasar itu menambahkan, PKB kegiatan kesenian Bali yang merupakan gagasan monumental yang dicetuskan Prof dr Ida Bagus Mantra tahun 1978 atau 36 tahun yang silam memang bertujuan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya Bali.
"Semua itu sangat penting artinya sebagai salah satu pondasi bagi kehidupan manusia, bahkan PKB kini berkembang dari kegiatan yang bersifat lokal menjadi nasional dan internasional," kata Ayu Srinatih.
Pada setiap pelaksanaan PKB ditampilkan berbagai jenis kesenian dari sembilan kabupaten dan kota di Bali, termasuk duta seni Kabupaten Badung menampilan permainan anak-anak "Dolanan mebarong-barongan".
Semua pelakunya adalah anak-anak umur 9-15 tahun yang masih duduk di sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama (SMP), baik penari dan penabuh pria maupun wanita.
Ayu Srinatih yang melakukan penelitian terhadap permainan anak-anak dalam kemaan seni itu menganggap dolanan sebagai salah satu produk kebudayaan Bali.
Kebudayaan Bali mempunyai hasil budaya yang beragam dan dolanan juga mempunyai berbagai bentuk sebagai sebuah ekspresi masyarakat Bali. Bermain sambil belajar sangat kental dengan nilai-nilai lokal yang telah hidup dan berkembang secara tradisi.
"Permainan itu juga tidak dapat menghindar dari pengaruh globalisasi yang sangat dahyat sebagai akibat pengaruh budaya asing," ujar Ayu Srinatih. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Ini menimbulkan pemaknaan baru dengan sedikit pengaruh dari unsur globalisasi," kata pengamat seni dan budaya dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr I Gusti Ayu Srinatih, Sabtu.
Ia melihat permainan anak-anak, seperti "dolanan mebarong-barongan" dalam kemasan seni itu diiringi dengan gong kebyar yang juga dibawakan oleh anak-anak dapat membawa mereka hanyut dalam kegembiraan.
Anak-anak bermain dengan meniru gerakan barong merupakan produk budaya baru dari Kabupaten Badung sebagai transformasi "Dolan Mebarong-Barongan" tradisi dan budaya "Ngelawang" yakni bentuk pementasan yang berpindah-pindah.
Peraih gelar doktor kajian budaya dari Universitas Udayana Denpasar itu menambahkan, PKB kegiatan kesenian Bali yang merupakan gagasan monumental yang dicetuskan Prof dr Ida Bagus Mantra tahun 1978 atau 36 tahun yang silam memang bertujuan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya Bali.
"Semua itu sangat penting artinya sebagai salah satu pondasi bagi kehidupan manusia, bahkan PKB kini berkembang dari kegiatan yang bersifat lokal menjadi nasional dan internasional," kata Ayu Srinatih.
Pada setiap pelaksanaan PKB ditampilkan berbagai jenis kesenian dari sembilan kabupaten dan kota di Bali, termasuk duta seni Kabupaten Badung menampilan permainan anak-anak "Dolanan mebarong-barongan".
Semua pelakunya adalah anak-anak umur 9-15 tahun yang masih duduk di sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama (SMP), baik penari dan penabuh pria maupun wanita.
Ayu Srinatih yang melakukan penelitian terhadap permainan anak-anak dalam kemaan seni itu menganggap dolanan sebagai salah satu produk kebudayaan Bali.
Kebudayaan Bali mempunyai hasil budaya yang beragam dan dolanan juga mempunyai berbagai bentuk sebagai sebuah ekspresi masyarakat Bali. Bermain sambil belajar sangat kental dengan nilai-nilai lokal yang telah hidup dan berkembang secara tradisi.
"Permainan itu juga tidak dapat menghindar dari pengaruh globalisasi yang sangat dahyat sebagai akibat pengaruh budaya asing," ujar Ayu Srinatih. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014