Bali sebagai daerah tujuan wisata yang menerima kunjungan wisatawan dan luar negeri yang mencapai puluhan ribu orang setiap hari selalu siap sedia akan kebutuhan bahan pokok.

Demikian pula dalam menyambut bulan Ramadhan akhir Juni 2014 yang tinggal beberapa hari lagi, Bali telah melakukan langkah-langkah strategis agar kebutuhan pokok itu tersedia dalam jumlah yang memadai, sehingga tidak memicu terjadinya kenaikan harga.

Jika kebutuhan bahan pokok pada bulan puasa itu tidak lancar akan memicu terjadinya kenaikan harga sekaligus menimbulkan terjadinya inflasi yang tinggi. Untuk itu Bali sejak dini telah mempersiapkan diri agar kebutuhan bahan pokok tersedia dalam jumlah memadai dan penyalurannya lancar.

"Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta sudah mengadakan rapat koordinasi dengan instansi terkait agar kebutuhan pokok menjelang selama bulan puasa dan Idul Fitri tersedia dalam jumlah yang mencukup," tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar.

Hal itu menjadi penekanan, karena setiap bulan puasa dan menjelang Idul Fitri inflasi di Bali selalu tinggi, meskipun umat muslim di Bali jumlahnya jauh lebih kecil dibanding umat Hindu.

Oleh sebab itu antisipasi menjadi penekanan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali yang akan mengecek jalur-jalur distribusi kebutuhan pokok menjelang bulan Ramadhan untuk menjamin kelancaran penyalurannya.

TPID akan mengecek ke berbagai pasar hingga ke gudang-gudang distributor karena selama ini permasalahan terkait kebutuhan pokok yang kerap terjadi itu dari sisi distribusinya, tutur Ketua TPID Provinsi Bali I Ketut Wija.

Hal itu penting dilakukan karena persoalan distribusi kebutuhan bahan pokok di Bali sering menimbulkan masalah sebagian didatangkan dari Pulau Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.

Namun sepanjang tidak ada gangguan penyeberangan, umumnya distribusi kebutuhan pokok akan aman dan lancar.

Biasanya kenaikan yang cukup tinggi saat Ramadan terjadi untuk kelompok bumbu-bumbuan seperti cabai, bawang merah dan bawah putih, tutur Ketut Wija yang juga Asisten II Pemprov Bali. Sedangkan untuk harga beras umumnya tidak terlalu bermasalah karena sudah ada sistem yang diatur oleh Bulog, jadi begitu harga naik, maka akan segera didatangkan beras ke Bali.

Ingatkan inflasi

Panusunan Siregar sejak dini telah mengingatkan TPID Bali untuk dapat mengendalikan inflasi Bali yang hingga kini tergolong tinggi yakni tahun kelender Januari-Mei 2014 mencapai 2,40 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Mei 2013 terhadap Mei 2014 mencapai 6,51 persen.

Untuk Kota Denpasar dan sekitarnya laju inflasi dipicu oleh kenaikan lima kelompok pengeluaran masyarakat sehingga pada bulan Mei 2014 terjadi inflasi sebesar 0,31 persen lebih tinggi dari inflasi tingkat nasional yang hanya 0,16 persen.

Kenaikan kelompok pengeluaran masyarakat meliputi kelompok sandang sebesar 0,56 persen, kesehatan 0,55 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,47 persen. Selain itu juga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,45 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,32 persen, kelompok bahan makanan 0,28 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,01 persen.

Semua itu akan menjadi perhatian yang serius TPID selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya idul Fitri.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara, Benny Siswanto sejak dini telah mengingatkan akan terjadinya tekanan inflasi terhadap kelompok bahan makanan menjelang Bulan Suci Ramadan.

Hasil pemantauan harga sampai dengan minggu kedua Juni 2014 menunjukkan terjadinya indikasi peningkatan harga beberapa komoditas. Peningkatan beberapa komoditas termasuk dalam kelompok "volatile foods" atau komoditas bahan makanan yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor tertentu itu di antaranya telur, beras, ayam ras, bawang merah, tomat sayur, wortel, kacang panjang, jeruk impor dan udang basah.

Semakin tingginya konektivitas ekonomi antara Bali dengan wilayah lainnya menyebabkan pergerakan harga di Pulau Dewata sangat terpengaruh oleh harga di luar Bali.

Pihaknya memprediksi bahwa inflasi di Denpasar pada triwulan II 2014 berada pada kisaran 6,7 hingga 7,3 persen.

Beberapa minggu jelang bulan puasa, harga sejumlah komoditas "volatile foods" khususnya di Denpasar mulai merangkak naik.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Kusumawathi mengatakan, pihanya dalam menyambut bulan Ramadhan akan memfasilitasi penyelenggaraan pasar murah.

Pemprov Bali tidak akan memberikan subsidi pada pelaksanaan pasar murah itu, namun hanya memfasilitas pengusaha maupun distributor untuk berpartisipasi dan bisa menjual barangnya lebih murah dibandingkan di pasaran.

Dengan demikian diharapkan dapat membantu meringankan masyarakat yang membeli berbagai keperluan Ramadhan.

Persediaan

Kepala Perum Bulog Divisi Regional Bali Wayan Budita menjelaskan Pulau Dewata menjelang Umat Islam melakukan ibadah Puasa memiliki persediaan beras sebagai stok nasional sebanyak 9.234 ton.

Beras tersebut tersimpan di gudang milik Bulog yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan empat bulan ke depan. Selain itu Bulog juga memiliki persediaan gula pasir keluaran pabrik nusantara untuk memenuhi permintaan pasar dalam jumlah yang mencukupi.

Gula pasir dipasarkan di Bali adalah keluaran pabrik dalam negeri sekitar 700 ton untuk tahun 2014. Persediaan beras dan gula pasir yang menjadi keperluan pokok masyarakat akan mampu meredam gejolak harga di pasaran sekaligus menekan inflasi.

Oleh sebab itu masyarakat tidak perlu khawatir akan keperluan beras maupun gula pasir, meskipun Bali banyak menerima wisatawan dalam musim libur sekolah.

Perdagangan antarpulau beras di daerah ini cukup lancar baik yang datang dari Jawa timur, Lombok maupun sebaliknya, sehingga persediaan beras di pasaran mencukupi, begitu pula harga salah satu keperluan pokok masyarakat cukup stabil.

Bulog selama ini hanya melayani permintaan beras untuk keperluan masyarakat kurang mampu atau raskin sebanyak 2.300 ton per bulan, disamping permintaan dari golonngan TNI yang jumlahnya sekitar 300 ton per bulan.

Bali dalam memenuhi permintaan beras untuk program raskin sepenuhnya mendatangkan dari daerah lain terutama dari Jawa Timur sekitar 14.107 ton selama 2014 hingga awal Juni, disamping hasil pembelian Bulog kepada petani setempat.

Dalam merealisasikan beras untuk masyarakat kurang mampu atau lazim disebut Raskin untuk masyarakat Bali sudah mencapai 14.673 ton atau 81 persen dari sasaran yang ditetapkan sebanyak 18.097 ton hingga 5 Juni 2014.

Beras harga murah yang diterima masyarakat setempat cukup baik sesuai kondisi yang ada, dan hal itu terbukti belum ada protes yang sigtifikan diterima petugas, dan jika ada beras yang kurang baik dan dilaporkan ke Bulog segera akan diganti dengan kualitas memadai.

Bulog bertekad semua beras yang diterima masyarakat harus baik dan layak dikonsumsi, jika ada yang rusak, masyarakat supaya segera melaporkannya kepada petugas Bulog terdekat dan diganti dalam jumlah yang diketahui rusak, tutur Wayan Budita. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014