Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku sangat mengkhawatirkan kerusakan lingkungan dan semakin menyempitnya luas Danau Buyan di Kabupaten Buleleng sehingga diperlukan langkah penanganan segera untuk mengatasi persoalan tersebut.

"Makin sempitnya Danau Buyan, menurut saya karena ada faktor kesengajaan dengan cara sedikit demi sedikit dijadikan lahan pertanian," katanya di sela-sela memimpin rapat koordinasi perencanaan kegiatan infrastruktur tahun 2015, di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, menyempitnya dan pendangkalan Danau Buyan juga disebabkan karena masyarakat mengganti jenis tanaman pada lahan perkebunan di atas danau dari tanaman kopi menjadi bunga dan sayur-sayuran.

Akibatnya ketika ada hujan, maka tanah akan mudah meluncur ke danau sehingga berakibat mempercepat proses sedimentasi atau pendangkalan.

"Kondisi Buyan itu sudah mengerikan. Prediksi saya nanti sekitar 20-25 tahun ke depan bisa habis danau itu sehingga mulai sekarang harus diambil tindakan," ujar Pastika.

Pihaknya pun tidak bermasalah kalau untuk melakukan penanganan awal Danau Buyan harus menggunakan dana APBD Bali. Ia sangat menginginkan salah satu danau di Kabupaten Buleleng itu dapat kembali pada luas awalnya.

Pastika juga meminta Balai Wilayah Sungai Bali Penida juga memperhatikan kondisi danau lainnya di Bali seperti Danau Tamblingan, Beratan, dan Batur dan mempriotaskan perbaikan lingkungan Danau Buyan.

"Di sisi lain, daerah-daerah yang kritis air semestinya menjadi prioritas karena air itu sangat diperlukan dan berdampak langsung dengan kesejahteraan masyarakat. Jika ada daerah yang kesulitan air, masyarakatnya akan menjadi miskin dan bodoh. Oleh karena itu, pembangunan pada daerah yang makmur sebaiknya kita tinggal dulu," katanya.

Mantan Kapolda Bali itu menyoroti alokasi APBN yang diperuntukkan bagi perbaikan kualitas lingkungan kumuh sekitar Rp20 miliar dalam setahun.

Ia berpandangan dana tersebut lebih tepat digunakan untuk membuat embung sehingga dapat membantu masyarakat di daerah yang kekeringan untuk memanen air.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Satker) Balai Wilayah Sungai Bali Penida Ketut Jayada mengatakan ketersediaan air di Pulau Dewata memang sangat kurang yakni hanya 0,09 miliar kubik, padahal total kebutuhan air mencapai 1,37 miliar kubik.

"Kebutuhan air sebesar 1,37 miliar kubik terdiri dari irigasi air 1,005 miliar kubik, kebutuhan domestik 0,325 miliar kubik dan nondomestik 0,04 miliar kubik," katanya.

Di sisi lain, sesungguhnya total potensi air di Bali sebanyak 7,7 miliar kubik yang terdiri dari air permukaan 6,55 miliar kubik, mata air 0,73 miliar kubik dan air tanah 0,29 miliar kubik. Hanya saja diperlukan berbagai infrastruktur untuk mengalirkannya.

"Sedangkan untuk persoalan penyelamatan lingkungan danau memang sudah menjadi kajian kami pula," kata Jayada. (LHS/ADT)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014