Denpasar (Antara Bali) - Sarana irigasi pertanian di wilayah subak di Bali hingga kini sekitar 90 persen masih berpengairan setengah teknis, sehingga sering menjadi kendala dalam mengatur masalah pengairan subak.

"Sedangkan 10 persen sawah sisanya beririgasi pengairan sederhana, irigasi desa, non teknis serta tadah hujan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardana, di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare didukung dengan sistem pengairan subak.

Petani yang terhimpun dalam wadah subak itu melakukan adopsi teknologi pertanianj yang cukup responsif, terbukti dari tingkat produktivitas padi di atas rata-rata nasional.

Wisnuardana menjelaskan, produksi padi di Bali tahun 2013 sebanyak 881.175 ton gabah kering giling (KGK) atau rata-rata setiap hektarnya 58,60 kuintal.

Kondisi itu meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 865.554 ton KGK atau setiap hektarenya rata-rata 58,09 kuintal.

Sedangkan dalam tahun 2014 ini Bali diharapkan mampu memproduksi 871.668 ton GKG, dengan harapan ketahanan pangan itu tetap mampu dipertahankan.

Bagus Wisnuardana menjelaskan, Bali selama lima tahun terakhir (2009-2013) yakni dua kali panen dalam setahun, luas panenan padi berkisaran pada 150.741 hektare.

Dari jumlah produksi tersebut Bali hingga 2011 masih mencukupi untuk memenuhi konsumsi domestik masyarakat Bali termasuk wisatawan yang jumlahnya terus meningkat berliburan di daerah ini.

Bali dari hasil perhitungan masih mengalami kelebihan beras rata-rata 58.822 ton per tahun selama tiga tahun kurun waktu 2009-2011, ujar Bagus Wisnuardana. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014