Denpasar (Antara Bali) - Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Bali Gede Suarjana mengatakan realisasi investasi selama triwulan I/2014 di Pulau Dewata didominasi oleh sektor swasta dengan nilai sekitar Rp8 triliun lebih.
"Secara umum, dari sisi investasi secara keseluruhan pada triwulan I ini masih relatif melemah, memang didominasi sektor swasta sekitar Rp8 triliun, sedangkan investasi dari pemerintah baru Rp1 triliun lebih," katanya di Denpasar, Senin.
Menurut dia, sementara ini investasi pada sektor swasta masih bergerak di bidang perdagangan, hotel dan restoran, baru disusul posisi kedua di bidang konstruksi dan jasa.
Sementara itu, untuk realisasi investasi dari pemerintah yang jumlahnya baru mencapai Rp1 triliun lebih terbagi menjadi investasi dari APBN sekitar Rp400 miliar, investasi dari Pemprov Bali sebanyak Rp224 miliar dan investasi pemerintah kabupaten/kota sekitar Rp401 miliar.
"Masih lemahnya investasi pada triwulan I karena umumnya pengeluaran pemerintah banyak terjadi pada triwulan kedua, di sisi lain konsumsi masyarakat juga banyak mengandalkan kredit investasi, sedangkan kredit investasi itu baru dimulai," ujarnya.
Suarjana memprediksi pada triwulan II peluang usaha akan semakin bagus karena investasi mulai masuk dan pengeluaran pemerintah mulai masuk, demikian juga konsumsi masyarakat serta didorong oleh penanaman modal asing (PMA).
"Untuk menjalankan investasi yang bagus dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Bali, paling tidak tahun ini harus tercapai investasi murni sekitar Rp24 triliun dan minimal produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai Rp94 triliun," katanya.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, pihaknya menargetkan dapat tercapai kisaran 5,8-6,2 persen dan akan lebih bagus lagi jika berhasil mencapai di atas angka tersebut.
"Target pertumbuhan ekonomi itu kami rasa cukup realistis di tengah kondisi rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia sekitar lima persen dan di Indonesia sekitar 5,6 persen," ujar Suarjana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Secara umum, dari sisi investasi secara keseluruhan pada triwulan I ini masih relatif melemah, memang didominasi sektor swasta sekitar Rp8 triliun, sedangkan investasi dari pemerintah baru Rp1 triliun lebih," katanya di Denpasar, Senin.
Menurut dia, sementara ini investasi pada sektor swasta masih bergerak di bidang perdagangan, hotel dan restoran, baru disusul posisi kedua di bidang konstruksi dan jasa.
Sementara itu, untuk realisasi investasi dari pemerintah yang jumlahnya baru mencapai Rp1 triliun lebih terbagi menjadi investasi dari APBN sekitar Rp400 miliar, investasi dari Pemprov Bali sebanyak Rp224 miliar dan investasi pemerintah kabupaten/kota sekitar Rp401 miliar.
"Masih lemahnya investasi pada triwulan I karena umumnya pengeluaran pemerintah banyak terjadi pada triwulan kedua, di sisi lain konsumsi masyarakat juga banyak mengandalkan kredit investasi, sedangkan kredit investasi itu baru dimulai," ujarnya.
Suarjana memprediksi pada triwulan II peluang usaha akan semakin bagus karena investasi mulai masuk dan pengeluaran pemerintah mulai masuk, demikian juga konsumsi masyarakat serta didorong oleh penanaman modal asing (PMA).
"Untuk menjalankan investasi yang bagus dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Bali, paling tidak tahun ini harus tercapai investasi murni sekitar Rp24 triliun dan minimal produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai Rp94 triliun," katanya.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, pihaknya menargetkan dapat tercapai kisaran 5,8-6,2 persen dan akan lebih bagus lagi jika berhasil mencapai di atas angka tersebut.
"Target pertumbuhan ekonomi itu kami rasa cukup realistis di tengah kondisi rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia sekitar lima persen dan di Indonesia sekitar 5,6 persen," ujar Suarjana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014