Semarapura (Antara Bali) - Sebanyak 171 santri dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali mengikuti lomba membaca kitab klasik agama Islam atau biasa dikenal dengan sebutan "kitab kuning" di Pondok Pesantren Diponegoro, Kabupaten Klungkung.

"Tentu kami sangat mengapresiasi kepada pihak panitia karena di kota sekecil ini bisa terselenggara kegiatan besar seperti ini," kata Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta, saat membuka lomba bertajuk "Musabaqah Qiroatil Kutub" (MQK) ke-V se-Bali di Semarapura, Kabupaten Klungkung, itu, Minggu.

Sebanyak 171 peserta tersebut berasal dari Kabupaten Buleleng, Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Klungkung sebagai tuan rumah ajang tiga tahunan sekali itu.

Wabup menyemangati kafilah daerahnya untuk bisa memberikan yang terbaik pada ajang tersebut. "Jangan sampai berkecil hati. Sekali pun Klungkung kecil, namun kecil-kecil cabe rawit. Ingat sejarah membutikan kalau Klungkung pernah menjadi pusat pemerintahan di Bali," kata Made Kasta memotivasi kafilah tuan rumah.

Kegiatan tersebut dimeriahkan marhingband Madrasah Ibtidaiyah Klungkung dan suguhan tari Rudat sebagai kesenian klasik komunitas muslim Kampung Gelgel, Kabupaten Klungkung.

Sekretaris Panitia MQK Bali, Baidlawi, menjelaskan bahwa ajang tersebut melombakan 13 katagori. "Lomba ini untuk menjaring utusan dari Bali pada MQK tingkat nasional yang akan digelar di Jambi," ujarnya.

Pada hari pertama, Sabtu (3/5) digelar lomba debat kitab kuning dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Selanjutnya dilombakan juga pemuradan kitab-kitab kuning tentang Akhlaq, Sirah, Fiqih, Hadits, dan Tafsir Alquran dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Menurut Baidlawi, meskipun saat ini banyak pesantren yang mengubah sistem pendidikan modern, kitab kuning tetap menjadi referensi para santri karena ajaran yang terkandung di dalamnya masih relevan dengan persoalan kekinian (waqi`iyah).

"Dulu pesantren memang dikelola keluarga kiai, sekarang sudah dikelola secara modern oleh yayasan," kata Ketua Panitia MQK Bali Syamsul Bahri menambahkan.

MQK berbeda dengan MTQ yang melombakan seni membaca Alquran dan pengetahuan di dalamnya. MQK tidak sekadar membaca kitab kuning berbahasa Arab tanpa harakat, melainkan juga mendiskusikan atau memperdebatkannya dalam bahasa Inggris. Sejumlah pondok pesantren mengajarkan kitab kuning berbahasa Arab yang dialihbahasakan ke dalam bahasa daerah.

Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Bali Anak Agung Gde Mulyawan berharap ajang MQK mempu menghasilkan santri-santri potensial dari Pulau Dewata.

"Selain bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarpesantren, kami berharap kegiatan ini dapat melahirkan santri berprestasi," ujarnya. (M038)

Pewarta: Oleh Putu Arthayasa

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014