Balikpapan (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan menjadi salah satu
sponsor program Rumah Pangan Lestari (RPL) untuk budidaya cabai organik
demi turut mengantisipasi tekanan inflasi yang kerap dipicu oleh naiknya
harga cabai.
"Kami menyediakan bibit, membantu pengadaan pupuk kandang, hingga kemudian pelatihan membuat pupuk kandang dan pestisida organik," kata Mawardi BH Ritonga, Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Balikpapan hari ini.
Proyek ini melibatkan ibu rumah tangga di rumah sehingga bisa menyisihkan waktu untuk berkebun, sambung Muhammad Soleh, koordinator program dari Bank Indonesia.
Pertanian organik sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik juga, seperti pupuk kandang untuk pemupukan, dan racun hama yang dibuat sendiri dengan meramu sejumlah tanaman, sedangkan bahan-bahan kimia massal buatan pabrik sama sekali tidak digunakan.
BI terpanggil untuk turut mensponsori budidaya cabai karena ingin masyarakat memenuhi kebutuhannya sendiri akan bahan dapur ini.
"Terutama karena di Balikpapan cabai itu bisa mahal sekali harganya. Kami ingin dengan ditanam sendiri, warga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di rumah," kata Mawardi BH Ritonga.
Namun kepentingan utama BI adalah menekan laju inflasi yang salah satu penyebab besarnya adalah harga cabai yang kerap melangit.
"Jadi kami coba menyelesaikan masalah langsung dari akarnya bersama-sama dengan seluruh yang terlibat dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kami menyediakan bibit, membantu pengadaan pupuk kandang, hingga kemudian pelatihan membuat pupuk kandang dan pestisida organik," kata Mawardi BH Ritonga, Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Balikpapan hari ini.
Proyek ini melibatkan ibu rumah tangga di rumah sehingga bisa menyisihkan waktu untuk berkebun, sambung Muhammad Soleh, koordinator program dari Bank Indonesia.
Pertanian organik sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik juga, seperti pupuk kandang untuk pemupukan, dan racun hama yang dibuat sendiri dengan meramu sejumlah tanaman, sedangkan bahan-bahan kimia massal buatan pabrik sama sekali tidak digunakan.
BI terpanggil untuk turut mensponsori budidaya cabai karena ingin masyarakat memenuhi kebutuhannya sendiri akan bahan dapur ini.
"Terutama karena di Balikpapan cabai itu bisa mahal sekali harganya. Kami ingin dengan ditanam sendiri, warga bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di rumah," kata Mawardi BH Ritonga.
Namun kepentingan utama BI adalah menekan laju inflasi yang salah satu penyebab besarnya adalah harga cabai yang kerap melangit.
"Jadi kami coba menyelesaikan masalah langsung dari akarnya bersama-sama dengan seluruh yang terlibat dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014