Jakarta (Antara Bali) - Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara mengatakan konsekuensi yang harus dipikul Partai Demokrat jika berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam Pemilu 2014 adalah peluang punahnya trah atau keturunan Cikeas sebagai pemimpin pemerintahan.

"Jika Demokrat berkoalisi secara rasional dengan Gerindra maka masalahnya cuma satu, yaitu bisa saja trah Cikeas akan punah," kata Igor dihubungi Antara, dari Jakarta, Senin (14/4) malam.

Menurut Igor, salah satu peluang penerus trah Cikeas saat ini adalah sosok Pramono Edhi Wibowo yang sekarang menjadi salah satu peserta konvensi capres Demokrat. Jika Demokrat berpikir rasional dengan berkoalisi dengan Gerindra maka kemungkinan besar Pramono Edhie Wibowo hanya akan memperoleh jabatan Menkopolkam.

Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono diperkirakan akan merestui Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.

Igor mengatakan koalisi Demokrat yang paling rasional adalah dengan Partai Gerindra yang saat ini mengusung Prabowo Subianto selaku capres. Sebab berdasarkan hitung cepat suara Pemilu Legislatif 2014, perolehan suara Demokrat masih berada di bawah Gerindra.

"Sehingga yang masuk akal bagi Demokrat jika berkoalisi dengan Gerindra adalah cawapres plus menteri, bukan lagi capres. Apalagi Demokrat sudah tidak memiliki sosok seperti SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang pada Pilpres 2004 mampu unggul meskipun hanya meraih tujuh persen suara," kata dia.

Dia mengatakan punahnya trah Cikeas serupa dengan yang dialami PDI Perjuangan. Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu mau tidak mau harus merelakan punahnya trah Soekarno yakni Puan Maharani untuk bisa langsung mendampingi Jokowi sebagai cawapres, lantaran PDIP gagal meraup suara diatas 20 persen.

"Posisi Puan Maharani sekarang hanya mungkin untuk mengambil jatah menteri dalam kabinet nanti jika koalisi Jokowi yang menang," ujar Igor.  (WDY)

Pewarta: Oleh Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014