Denpasar (Antara Bali) - Harga kopi jenis arabika di tingkat petani di Bali pada pertengahan Maret 2014 hanya Rp.35.000 per kilogram atau menurun tajam dibandingkan harga pada akhir Desember 2013 yang mencapai Rp.50.000 per kilogram.
"Memang harga ini kembali ke tingkat terendah yang pernah dialami petani bulan Oktober 2012 sebesar Rp.35.000/kg atau lebih tinggi dari harga dasar di pasaran dunia yang hanya Rp.21.983/kg," kata Made Subrata petani kopi asal Singaraja, Kabupaten Buleleng, Sabtu.
Harga kopi jenis robusta di tingkat petani di Buleleng, Tabanan, dan Bangli tetap bertahan yakni Rp.25.000 per kg sama seperti akhir Desember 2013. Harga kopi jenis arabika yang kualitasnya lebih baik sering berfluktuasi di pasaran dalam maupun luar negeri.
Harga hasil perkebunan rakyat itu masih relatif baik, termasuk kakao, cengkeh, jambu mete, vanili, termasuk tembakau yang kondisi pasarnya cukup stabil sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di daerah ini.
Harga hasil perkebunan rakyat yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Bali per minggu II Maret 2014 menyebutkan, harga kopi arabika biji kering Ose Olah basah di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Badung dan Buleleng tercatat Rp.35.000 per kg.
Kakao yang mulai banyak dikembangkan petani di Kabupaten Tabanan, Gianyar dan Jembrana mampu tumbuh baik. Hasil panenannya banyak ditampung para pedagang luar daerah terutama dari Jawa Timur yang akan dijadikan mata dagangan untuk ekspor.
Harga kakao biji kering fermentasi di tingkat petani seharga Rp.34.200 per kg, naik jika dibandingkan periode akhir 2013 yang hanya seharga Rp.30.000 per kg. Meningkat harga hasil perkebunan itu berkat sudah menjadi matadagangan ekspor.
Sementara biji mete yang dihasilkan di daerah Karangasem, Bali bagian Timur memiliki harga yang cukup stabil yakni Rp.13.000/kg, biji mete gelondongan organik Rp.120.000/kg di tingkat petani dan hasil perkebunan ini pula menjadi mata dagangan ekspor.
Cengkeh hasil perkebunan rakyat di daerah ini juga mendapatkan harga yang lebih baik yang bisa diterima pekebun, karena dihargai hanya Rp.138.000/kg bunga kering di tingkat petani, pada hal awal tahun 2014 hanya mencapai Rp.130.000/kg.
Bali juga menghasilkan tembakau yang dikembangkan petani di kabupaten Gianyar, Buleleng dan Klungkung dan produksinya dihargai Rp.60.000/kg (tembakau rajangan) di tingkat petani setempat, naik seratus persen dari tahun sebelumnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Memang harga ini kembali ke tingkat terendah yang pernah dialami petani bulan Oktober 2012 sebesar Rp.35.000/kg atau lebih tinggi dari harga dasar di pasaran dunia yang hanya Rp.21.983/kg," kata Made Subrata petani kopi asal Singaraja, Kabupaten Buleleng, Sabtu.
Harga kopi jenis robusta di tingkat petani di Buleleng, Tabanan, dan Bangli tetap bertahan yakni Rp.25.000 per kg sama seperti akhir Desember 2013. Harga kopi jenis arabika yang kualitasnya lebih baik sering berfluktuasi di pasaran dalam maupun luar negeri.
Harga hasil perkebunan rakyat itu masih relatif baik, termasuk kakao, cengkeh, jambu mete, vanili, termasuk tembakau yang kondisi pasarnya cukup stabil sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di daerah ini.
Harga hasil perkebunan rakyat yang dikeluarkan Dinas Perkebunan Bali per minggu II Maret 2014 menyebutkan, harga kopi arabika biji kering Ose Olah basah di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Badung dan Buleleng tercatat Rp.35.000 per kg.
Kakao yang mulai banyak dikembangkan petani di Kabupaten Tabanan, Gianyar dan Jembrana mampu tumbuh baik. Hasil panenannya banyak ditampung para pedagang luar daerah terutama dari Jawa Timur yang akan dijadikan mata dagangan untuk ekspor.
Harga kakao biji kering fermentasi di tingkat petani seharga Rp.34.200 per kg, naik jika dibandingkan periode akhir 2013 yang hanya seharga Rp.30.000 per kg. Meningkat harga hasil perkebunan itu berkat sudah menjadi matadagangan ekspor.
Sementara biji mete yang dihasilkan di daerah Karangasem, Bali bagian Timur memiliki harga yang cukup stabil yakni Rp.13.000/kg, biji mete gelondongan organik Rp.120.000/kg di tingkat petani dan hasil perkebunan ini pula menjadi mata dagangan ekspor.
Cengkeh hasil perkebunan rakyat di daerah ini juga mendapatkan harga yang lebih baik yang bisa diterima pekebun, karena dihargai hanya Rp.138.000/kg bunga kering di tingkat petani, pada hal awal tahun 2014 hanya mencapai Rp.130.000/kg.
Bali juga menghasilkan tembakau yang dikembangkan petani di kabupaten Gianyar, Buleleng dan Klungkung dan produksinya dihargai Rp.60.000/kg (tembakau rajangan) di tingkat petani setempat, naik seratus persen dari tahun sebelumnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014