Denpasar (Antara Bali) - Peneliti dari Fakultas Kedokteran Bagian Paru Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Dewi Nurul Makhabah mengatakan masyarakat Indonesia belakangan ini cenderung terserang penyakit paru pada usia produktif.
"Salah satu peyebabnya rentan penyakit paru yang menyerang masyarakat adalah karena menghirup atau mengisap asap rokok," katanya pada acara "Managemen and Leadership of Tobacco Control" di Kuta, Bali, Jumat.
Ia mengatakan hasil penelitian yang pernah dilakukan adalah penyakit paru sudah menyerang pada masa produktif antara 30-35 tahun.
"Itu terjadi sebagian besar pada kaum laki-laki dan yang terserang itu adalah warga perokok aktif," ucapnya.
Dengan hasil penelitian tersebut, kata dia, artinya generasi muda, terutama laki-laki perokok yang banyak kena penyakit paru akut.
"Sebab kandungan zat nikotin tersebut akan mempengaruhi daya kerja paru-paru, sehingga flek dari zat tersebut menyebabkan kesehatan terganggu pernapasan," katanya.
Dewi mengharapkan pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi kawasan tanpa rokok (KTR) karena dengan langkah ini akan mampu menekan perokok tidak merokok sembarangan.
"Orang yang tak perokok, tetapi mereka kena asap rokok bahayanya akan sama dengan warga yang merokok," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah pusat harus segera melakukan ratifikasi "Framework Convention on Tobacco Control" (FCTC). Sebab dalam ratifikasi tersebut ada pembatasan dan aturan terkait penggunaan tembakau.
"Pemerintah harus segera melakukan ratifikasi FCTC. Saya juga mengamati dibeberapa daerah di Indonesia sudah memiliki Perda KTR. Ini harus ditegakkan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah setempat, demi kesehatan masyarakat," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Salah satu peyebabnya rentan penyakit paru yang menyerang masyarakat adalah karena menghirup atau mengisap asap rokok," katanya pada acara "Managemen and Leadership of Tobacco Control" di Kuta, Bali, Jumat.
Ia mengatakan hasil penelitian yang pernah dilakukan adalah penyakit paru sudah menyerang pada masa produktif antara 30-35 tahun.
"Itu terjadi sebagian besar pada kaum laki-laki dan yang terserang itu adalah warga perokok aktif," ucapnya.
Dengan hasil penelitian tersebut, kata dia, artinya generasi muda, terutama laki-laki perokok yang banyak kena penyakit paru akut.
"Sebab kandungan zat nikotin tersebut akan mempengaruhi daya kerja paru-paru, sehingga flek dari zat tersebut menyebabkan kesehatan terganggu pernapasan," katanya.
Dewi mengharapkan pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi kawasan tanpa rokok (KTR) karena dengan langkah ini akan mampu menekan perokok tidak merokok sembarangan.
"Orang yang tak perokok, tetapi mereka kena asap rokok bahayanya akan sama dengan warga yang merokok," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah pusat harus segera melakukan ratifikasi "Framework Convention on Tobacco Control" (FCTC). Sebab dalam ratifikasi tersebut ada pembatasan dan aturan terkait penggunaan tembakau.
"Pemerintah harus segera melakukan ratifikasi FCTC. Saya juga mengamati dibeberapa daerah di Indonesia sudah memiliki Perda KTR. Ini harus ditegakkan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah setempat, demi kesehatan masyarakat," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014