Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat (Antara Bali) - Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menggelar rangkaian terbaru sidang
darurat untuk membahas krisis Ukraina pada Senin.
Sidang itu dilangsungkan atas permintaan Rusia.
Luksemburg, yang saat ini menjadi presiden bulanan Dewan Keamanan, berencana menggelar sidang itu pada pukul 15.30 waktu setempat (Kamis, 3.30 WIB), kata para diplomat.
Sidang darurat ini akan menjadi yang ketiga kalinya digelar dalam waktu empat hari dalam membahas Ukraina.
Pemerintah Ukraina mengatakan pasukan Rusia masih terus berdatangan ke Krimea, tindakan yang melanggar aturan-aturan internasional.
Pada Sabtu, pertemuan yang berlangsung di antara para utusan kelima belas anggota Dewan Keamanan berakhir dengan pertentangan antara Barat dan Rusia.
Washington dan London mendesak Moskow menarik pasukan militernya dari semenanjung Laut Hitam yang strategis. Wilayah itu dihuni oleh penduduk mayoritas etnis Rusia.
Pertemuan pembuka pada Sabtu juga menghasilkan kebuntuan menyangkut prosedur.
Menurut seorang diplomat di Dewan Keamanan, Rusia "hari Sabtu merasa terkejut dan ingin memberikan pandangannya tentang apa yang terjadi, terutama saat situasi di lapangan menjadi buruk."
Sementara itu, menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov, pada Senin di Jenewa mengecam keras munculnya ancaman "sanksi dan boikot", menyusul tindakan-tindakan yang dilakukan Moskow di Ukraina.
Negara-negara kuat Barat sedang mempertimbangkan apakah mereka akan mendepak Moskow dari G8.
Lavrov mengulang tuduhannya bahwa pemerintahan baru Ukraina mengancam nyawa para penduduk etnis Rusia. Lavrov membela pembentukan kelompok-kelompok pembela diri untuk melindungi penduduk Rusia dan para warga berbahasa Rusia.
Parlemen Rusia pada Sabtu memberikan lampu hijau bagi penggunaan kekuatan di Ukraina, termasuk Krimea --semenanjung Laut Hitam yang dihuni penduduk mayoritas etnis Rusia, demikian AFP. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Sidang itu dilangsungkan atas permintaan Rusia.
Luksemburg, yang saat ini menjadi presiden bulanan Dewan Keamanan, berencana menggelar sidang itu pada pukul 15.30 waktu setempat (Kamis, 3.30 WIB), kata para diplomat.
Sidang darurat ini akan menjadi yang ketiga kalinya digelar dalam waktu empat hari dalam membahas Ukraina.
Pemerintah Ukraina mengatakan pasukan Rusia masih terus berdatangan ke Krimea, tindakan yang melanggar aturan-aturan internasional.
Pada Sabtu, pertemuan yang berlangsung di antara para utusan kelima belas anggota Dewan Keamanan berakhir dengan pertentangan antara Barat dan Rusia.
Washington dan London mendesak Moskow menarik pasukan militernya dari semenanjung Laut Hitam yang strategis. Wilayah itu dihuni oleh penduduk mayoritas etnis Rusia.
Pertemuan pembuka pada Sabtu juga menghasilkan kebuntuan menyangkut prosedur.
Menurut seorang diplomat di Dewan Keamanan, Rusia "hari Sabtu merasa terkejut dan ingin memberikan pandangannya tentang apa yang terjadi, terutama saat situasi di lapangan menjadi buruk."
Sementara itu, menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov, pada Senin di Jenewa mengecam keras munculnya ancaman "sanksi dan boikot", menyusul tindakan-tindakan yang dilakukan Moskow di Ukraina.
Negara-negara kuat Barat sedang mempertimbangkan apakah mereka akan mendepak Moskow dari G8.
Lavrov mengulang tuduhannya bahwa pemerintahan baru Ukraina mengancam nyawa para penduduk etnis Rusia. Lavrov membela pembentukan kelompok-kelompok pembela diri untuk melindungi penduduk Rusia dan para warga berbahasa Rusia.
Parlemen Rusia pada Sabtu memberikan lampu hijau bagi penggunaan kekuatan di Ukraina, termasuk Krimea --semenanjung Laut Hitam yang dihuni penduduk mayoritas etnis Rusia, demikian AFP. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014