Cuaca terang di sekitar perairan Nusa Lembongan yang berdekatan dengan Pulau Nusa Penida yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung yang lokasinya terpisah dengan daratan Bali dalam waktu singkat berubah menjadi gelap.
Tujuh wanita Jepang termasuk pemandunya Furukawa Saori (38), yang juga warga negara Jepang- sudah lama bermukim di Bali- menyelam menikmati panorama alam bawah laut di sekitar perairan yang kondisinya lestari sebagai habitat belasan jenis ikan hias berwarna-warni.
Begitu menceburkan diri dari atas perahu kapal yang secara khusus membawanya itu secara tiba-tiba cuaca buruk terjadi. Kondisi yang tadinya terang berubah menjadi gelap, angin bertiup kencang dan gulungan ombak yang dashyat, tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Klungkung, Ajun Komisaris Nyoman Wirajaya.
Pihaknya telah menginterogasi pemilik toko peralatan selam yang digunakan ke-tujuh wisatawan Jepang yang sempat hilang di perairan laut Nusa Lembongan.
Diperoleh keterangan dari Mahadana Sembah, pemilik toko peralatan selam yang digunakan oleh ke-tujuh wisatawan Jepang itu bahwa para penyelam, termasuk pemandunya sudah melalui persiapan yang matang.
Mahadana Sembah merupakan suami dari Takashi Shoko selaku pemilik Yellow Scuba yang turut menjadi korban bersama enam wisatawan lainnya.
Takashi bersama Furuko Saori adalah instruktur selam berpengalaman yang lama menetap di Denpasar. Keduanya memandu lima wisatawan Jepang menuntaskan hobi olahraga selam di Nusa Lembongan.
Pihak pengelola menyiapkan 24 tabung oksigan, namun yang dipakai oleh tujuh penyelam itu sebanyak 21 tabung, sedangkan tiga lainnya sebagai cadangan kalau terjadi kebocoran.
Peralatan lain, termasuk regulator dalam kondisi bagus sehingga kecil kemungkinan kecelakaan tersebut terjadi akibat peralatan. Mereka menyelam dari "Manta Point" di Lembongan, lalu "Crystal Bay" di Lembongan, dan berakhir di hutan bakau Jungut Batu.
Di "Manta Point" dan "Crystal Bay" cuaca masih normal. Namun saat di kawasan hutan bakau cuaca mulai gelap. Sekitar 45 menit setelah mereka menyelam di Jungut Batu, tak satu pun dari tujuh orang itu muncul di permukaan air.
Awak perahu yang membawa mereka dari Sanur, Denpasar, ke Nusa Lembongan melakukan pencarian sekitar pukul 13.30 Wita. Namun tidak juga ditemukan. Akibat kehabisan bahan bakar, perahu tersebut kembali ke pangkalan sekaligus melapor kehilangan kontak dengan ketujuh turis itu pada pukul 19.00 Wita, tutur Ajun Komisaris Nyoman Wirajaya.
Lima dari tujuh termasuk instrukturnya Furukawa Saori (38), berhasil diselamatkan tim Search and Rescue (SAR) Denpasar bersama masyarakat Nusa Lembongan, seorang diketemukan meninggal dan seorang lagi hingga kini belum diketemukan.
Jepang Berterima Kasih
Kerja keras tim SAR Denpasar, masyarakat, pemerintah serta instansi terkait lainnya dalam upaya penyelamatan hingga perawatan kelima wisatawan Jepang mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah Negeri Sakura.
"Kami sangat berterima kasih kepada SAR, polisi, TNI, dan tak lupa kepada penduduk Nusa Lembongan dan masyarakat Bali, pemerintah dan instansi lainnya karena telah menyelamatkan warga kami," tutur Direktur Penerangan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang, Takeyama.
Ia mengatakan hal itu ketika menjemput empat dari lima warganya yang kondisinya sudah pulih setelah empat hari mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Denpasar Kamis (20/2).
Pihaknya telah selesai mengurus proses kepulangan keempat warganya untuk kembali ke Jepang yakni Yamamoto Emi (33), Tomita Nahomi (29), Morizono Aya (27), Yoshidome Atshumi (29).
Sedangkan Furukawa Saori (instruktur) dirawat di Rumah Kasih Ibu Jimbaran bersuamikan orang Bali menetap di Pulau Dewata.
Kelima wanita Jepang itu selama tiga hari sempat terombang ambing di tengah lautan tanpa makan dan minum di tengah sengatan terik matahari, sebelum berhasil dotolong tim SAR.
Keempat wisatawan Jepang setelah kondisinya baik ke luar dari rumah sakit dan langsung terbang ke negaranya.
Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Anak Agung Ngurah Jayakusuma menjelaskan keempat korban yang dirawat itu hanya mengalami nyeri pada beberapa bagian kulitnya akibat tersengat sinar matahari selama hampir tiga hari terkatung-katung di tengah laut.
Keempat korban mengalami luka bakar "grade" satu dan sebagian luka lecet akibat gesekan dengan karang. Sementara kondisi mentalnya dalam kondisi baik setelah empat hari menjalani perawatan.
Mereka tampak sehat dan segar meski kulit di beberapa bagian wajahnya mengelupas dan memerah akibat tersengat sinar matahari.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan Bali, rumah sakit, tim SAR, dan penduduk setempat yang membantu kami serta pihak-pihak lainnya," tutur Yamamoto Emi, salah seorang dari lima korban selamat tersebut.
Pemprov Tanggung Biaya
Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta sempat mengunjungi para korban wisatawan Jepang itu di RSUP Sanglah dan menanggung penuh biaya pengobatan dan perawatannya.
Hal itu sebagai bentuk empati dan rasa tanggung jawab atas musibah yang menimpa para korban, Pemprov Bali akan memberikan keringanan kepada lima korban dengan menanggung penuh biaya pengobatannya.
Mantan Wakil Bupati Badung itu juga mengingatkan para wisatawan yang akan menyelam wajib menginformasikan lokasi penyelaman kepada pemandu wisata yang membawa mereka.
Dengan demikian jika terjadi sesuatu yang janggal dan tidak diinginkan akan lebih cepat untuk ditangani.
Tim SAR Denpasar terhitung Kamis (21/2) sore akhirnya menghentikan proses pencarian Takashi Shoko (36), satu-satunya dari tujuh korban terseret arus di perairan laut Nusa Lembongan yang belum diketemukan.
Sedangkan satu orang korban Ritsako Miyata (59) telah ditemukan tewas di Pantai Serangan, Denpasar.
Kepala Kantor SAR Denpasar Didi Hamzar mengatakan meskipun pencarian secara resmi dihentikan namun tetap melakukan koordinasi untuk pemantauan dan evakuasi jika ada informasi penemuan satu korban itu.
Penghentian upaya pencarian itu dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan SAR bahwa tidak adanya tanda-tanda ditemukannya target yang masih hilang selama tujuh hari.
Pada pencarian terakhir, tim telah menyisir area pencarian yang difokuskan pada kawasan dimana target ditemukan dan menyisir seluruh pesisir di Nusa Dua, Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Seluruh masyarakat di dua pulau yang kini terkenal dengan wisata bawah laut itu juga telah mengetahui peristiwa itu dan berharap mereka bisa memberi informasi kepada tim SAR apabila menemukan korban, harap Didi. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Tujuh wanita Jepang termasuk pemandunya Furukawa Saori (38), yang juga warga negara Jepang- sudah lama bermukim di Bali- menyelam menikmati panorama alam bawah laut di sekitar perairan yang kondisinya lestari sebagai habitat belasan jenis ikan hias berwarna-warni.
Begitu menceburkan diri dari atas perahu kapal yang secara khusus membawanya itu secara tiba-tiba cuaca buruk terjadi. Kondisi yang tadinya terang berubah menjadi gelap, angin bertiup kencang dan gulungan ombak yang dashyat, tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Klungkung, Ajun Komisaris Nyoman Wirajaya.
Pihaknya telah menginterogasi pemilik toko peralatan selam yang digunakan ke-tujuh wisatawan Jepang yang sempat hilang di perairan laut Nusa Lembongan.
Diperoleh keterangan dari Mahadana Sembah, pemilik toko peralatan selam yang digunakan oleh ke-tujuh wisatawan Jepang itu bahwa para penyelam, termasuk pemandunya sudah melalui persiapan yang matang.
Mahadana Sembah merupakan suami dari Takashi Shoko selaku pemilik Yellow Scuba yang turut menjadi korban bersama enam wisatawan lainnya.
Takashi bersama Furuko Saori adalah instruktur selam berpengalaman yang lama menetap di Denpasar. Keduanya memandu lima wisatawan Jepang menuntaskan hobi olahraga selam di Nusa Lembongan.
Pihak pengelola menyiapkan 24 tabung oksigan, namun yang dipakai oleh tujuh penyelam itu sebanyak 21 tabung, sedangkan tiga lainnya sebagai cadangan kalau terjadi kebocoran.
Peralatan lain, termasuk regulator dalam kondisi bagus sehingga kecil kemungkinan kecelakaan tersebut terjadi akibat peralatan. Mereka menyelam dari "Manta Point" di Lembongan, lalu "Crystal Bay" di Lembongan, dan berakhir di hutan bakau Jungut Batu.
Di "Manta Point" dan "Crystal Bay" cuaca masih normal. Namun saat di kawasan hutan bakau cuaca mulai gelap. Sekitar 45 menit setelah mereka menyelam di Jungut Batu, tak satu pun dari tujuh orang itu muncul di permukaan air.
Awak perahu yang membawa mereka dari Sanur, Denpasar, ke Nusa Lembongan melakukan pencarian sekitar pukul 13.30 Wita. Namun tidak juga ditemukan. Akibat kehabisan bahan bakar, perahu tersebut kembali ke pangkalan sekaligus melapor kehilangan kontak dengan ketujuh turis itu pada pukul 19.00 Wita, tutur Ajun Komisaris Nyoman Wirajaya.
Lima dari tujuh termasuk instrukturnya Furukawa Saori (38), berhasil diselamatkan tim Search and Rescue (SAR) Denpasar bersama masyarakat Nusa Lembongan, seorang diketemukan meninggal dan seorang lagi hingga kini belum diketemukan.
Jepang Berterima Kasih
Kerja keras tim SAR Denpasar, masyarakat, pemerintah serta instansi terkait lainnya dalam upaya penyelamatan hingga perawatan kelima wisatawan Jepang mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah Negeri Sakura.
"Kami sangat berterima kasih kepada SAR, polisi, TNI, dan tak lupa kepada penduduk Nusa Lembongan dan masyarakat Bali, pemerintah dan instansi lainnya karena telah menyelamatkan warga kami," tutur Direktur Penerangan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang, Takeyama.
Ia mengatakan hal itu ketika menjemput empat dari lima warganya yang kondisinya sudah pulih setelah empat hari mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Denpasar Kamis (20/2).
Pihaknya telah selesai mengurus proses kepulangan keempat warganya untuk kembali ke Jepang yakni Yamamoto Emi (33), Tomita Nahomi (29), Morizono Aya (27), Yoshidome Atshumi (29).
Sedangkan Furukawa Saori (instruktur) dirawat di Rumah Kasih Ibu Jimbaran bersuamikan orang Bali menetap di Pulau Dewata.
Kelima wanita Jepang itu selama tiga hari sempat terombang ambing di tengah lautan tanpa makan dan minum di tengah sengatan terik matahari, sebelum berhasil dotolong tim SAR.
Keempat wisatawan Jepang setelah kondisinya baik ke luar dari rumah sakit dan langsung terbang ke negaranya.
Direktur Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Anak Agung Ngurah Jayakusuma menjelaskan keempat korban yang dirawat itu hanya mengalami nyeri pada beberapa bagian kulitnya akibat tersengat sinar matahari selama hampir tiga hari terkatung-katung di tengah laut.
Keempat korban mengalami luka bakar "grade" satu dan sebagian luka lecet akibat gesekan dengan karang. Sementara kondisi mentalnya dalam kondisi baik setelah empat hari menjalani perawatan.
Mereka tampak sehat dan segar meski kulit di beberapa bagian wajahnya mengelupas dan memerah akibat tersengat sinar matahari.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan Bali, rumah sakit, tim SAR, dan penduduk setempat yang membantu kami serta pihak-pihak lainnya," tutur Yamamoto Emi, salah seorang dari lima korban selamat tersebut.
Pemprov Tanggung Biaya
Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta sempat mengunjungi para korban wisatawan Jepang itu di RSUP Sanglah dan menanggung penuh biaya pengobatan dan perawatannya.
Hal itu sebagai bentuk empati dan rasa tanggung jawab atas musibah yang menimpa para korban, Pemprov Bali akan memberikan keringanan kepada lima korban dengan menanggung penuh biaya pengobatannya.
Mantan Wakil Bupati Badung itu juga mengingatkan para wisatawan yang akan menyelam wajib menginformasikan lokasi penyelaman kepada pemandu wisata yang membawa mereka.
Dengan demikian jika terjadi sesuatu yang janggal dan tidak diinginkan akan lebih cepat untuk ditangani.
Tim SAR Denpasar terhitung Kamis (21/2) sore akhirnya menghentikan proses pencarian Takashi Shoko (36), satu-satunya dari tujuh korban terseret arus di perairan laut Nusa Lembongan yang belum diketemukan.
Sedangkan satu orang korban Ritsako Miyata (59) telah ditemukan tewas di Pantai Serangan, Denpasar.
Kepala Kantor SAR Denpasar Didi Hamzar mengatakan meskipun pencarian secara resmi dihentikan namun tetap melakukan koordinasi untuk pemantauan dan evakuasi jika ada informasi penemuan satu korban itu.
Penghentian upaya pencarian itu dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan SAR bahwa tidak adanya tanda-tanda ditemukannya target yang masih hilang selama tujuh hari.
Pada pencarian terakhir, tim telah menyisir area pencarian yang difokuskan pada kawasan dimana target ditemukan dan menyisir seluruh pesisir di Nusa Dua, Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Seluruh masyarakat di dua pulau yang kini terkenal dengan wisata bawah laut itu juga telah mengetahui peristiwa itu dan berharap mereka bisa memberi informasi kepada tim SAR apabila menemukan korban, harap Didi. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014