Semarapura (Antara Bali) - Maestro seni lukis Nyoman Gunarsa memprotes pembangunan patung Soekarno di perempatan Kediri, Kabupaten Tabanan, karena tidak sesuai dengan etika dan estetika.
"Di peremptan itu cocoknya patung dewa," katanya saat ditemui di bengkel seninya di Semarapura, Kabupaten Klungkung, Jumat.
Menurut dia, pembangunan patung Soekarno yang menggusur patung Dewa Wisnu di perempatan Kediri itu melukai hati umat Hindu di Bali.
"Apalagi patung yang sangat sakral itu dipotong-potong begitu saja di tengah jalan. Tentu hal ini sangat menyakitkan," kata pemilik museum seni lukis Gunarsa itu.
Ia tidak mempersoalkan pembangunan patung Soekarno itu, asalkan dibuatkan tempat tersendiri bukan menggusur patung yang sudah ada.
"Saya ini pengagum Bung Karno. Tapi saya sedih kalau penghargaan terhadap Bung Karno seperti itu," kata Gunarsa.
Apalagi bentuk patung Soekarno yang dibangun Pemerintah Kabupaten Tabanan itu duduk. "Seharusnya berdiri karena posisinya di tengah perempatan," kata mantan dosen ISI Yogyakarta itu.
Oleh sebab itu, dia meminta Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mempertimbangkan unsur etika dan estetika patung Proklamator RI itu. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Di peremptan itu cocoknya patung dewa," katanya saat ditemui di bengkel seninya di Semarapura, Kabupaten Klungkung, Jumat.
Menurut dia, pembangunan patung Soekarno yang menggusur patung Dewa Wisnu di perempatan Kediri itu melukai hati umat Hindu di Bali.
"Apalagi patung yang sangat sakral itu dipotong-potong begitu saja di tengah jalan. Tentu hal ini sangat menyakitkan," kata pemilik museum seni lukis Gunarsa itu.
Ia tidak mempersoalkan pembangunan patung Soekarno itu, asalkan dibuatkan tempat tersendiri bukan menggusur patung yang sudah ada.
"Saya ini pengagum Bung Karno. Tapi saya sedih kalau penghargaan terhadap Bung Karno seperti itu," kata Gunarsa.
Apalagi bentuk patung Soekarno yang dibangun Pemerintah Kabupaten Tabanan itu duduk. "Seharusnya berdiri karena posisinya di tengah perempatan," kata mantan dosen ISI Yogyakarta itu.
Oleh sebab itu, dia meminta Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mempertimbangkan unsur etika dan estetika patung Proklamator RI itu. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014