Denpasar (Antara Bali) - Motivator kelahiran Surabaya yang kini tinggal di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Gobind Vasdev menjalani hidup dengan konsep kembali ke alam, antara lain mandi menggunakan garam sebagai pengganti sabun.

Gobind yang ditemui ANTARA saat berada di Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Selasa mengungkapkan bahwa ia juga menggunakan shampo alami dari bahan tumbuhan, termasuk buah lerak (sapindus rarak) untuk mencuci pakaian.

"Memang awalnya tidak nyaman menggunakan garam untuk mandi, tapi lama-lama enak juga dan tidak ada masalah. Saya juga menggosok gigi tanpa pasta, melainkan hanya berkumur dengan garam," kata lelaki yang juga dikenal sebagai pesulap ini.

Penulis buku "Happiness Inside" ini bercerita, kehidupan yang ia jalani sejak dua tahun lalu itu berangkat dari kegelisahannya setiap selesai mandi dan keramas atau setiap selesai mencuci pakaian.

Ia merasa menyesal karena busa sabun dan shampo yang ia gunakan akan mengotori alam.

Kegelisahan itu akhirnya berpuncak pada alergi sabun, khususnya sabun cuci di tangannya. Tangan Gobind menjadi gatal-gatal dan setelah berkonsultasi dengan seorang dokter yang juga akupunkturis di Jakarta, ia disarankan untuk tidak menggunakan sabun.

"Saya disuruh menggunakan garam saat mandi. Saya kaget juga dengan saran dokter itu. Ternyata setelah saya jalani, akhirnya enak dan alergi saya hilang. Dari sisi spiritual, garam itu juga menetralisasi energi," katanya.

Menurut dia, garam adalah pembersih alami. Sementara saat ini, mulai banyak bermunculan sabun antiseptik di pasaran. Padahal saat menggunakan sabun itu, ada ribuan bakteri "jahat" dan bakteri yang baik, mati secara bersamaan.

"Kalau sabun itu mematikan ribuan bakteri jahat dan bakteri baik sekaligus, berarti kan lebih jahat dari bakteri itu sendiri. Saya berpikir, lebih baik bakteri itu masuk ke tubuh dari pada sabun yang masuk tubuh saya," kata bujangan keturunan India ini.

Lelaki yang juga menjalani hidup vegetarian ini mengemukakan bahwa setiap mengisi pelatihan motivasi di berbagai kota di Indonesia, ia selalu menyelipkan ajakan-ajakan untuk mencintai dan memperlakukan alam dengan baik.

"Kita ini sudah terlalu banyak diberi kebaikan oleh alam, tapi alam kita balas dengan limbah-limbah. Maka tentunya alam akan membalas apa yang kita berikan itu dengan tidak baik pula. Karena itu mari berikan kebaikan pada alam ini, agar alam juga memberikan kebaikan," ujarnya.

Ia mengaku beruntung karena hidup di kawasan Ubud yang terkenal ke berbagai negara itu sangat mendukung pola hidupnya. Di Ubud juga dijual buah lerak yang digunakan untuk mencuci pakaian, termasuk shampo alami yang terbuat dari tumbuhan. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010