Denpasar (Antara Bali) - Organisasi pecinta satwa ProFauna menggelar aksi kampanye perlindungan satwa primata di depan Gedung DPRD Bali, Kamis, terkait maraknya perdagangan satwa.
Koordinator Lapangan Aksi ProFauna Bayu Sandi mengatakan aksi ini digelar bertepatan dengan Hari Primata Indonesia yang peringati setiap 30 Januari.
Dalam aksi tersebut mereka mengenakan topeng primata.
"Hari ini hari primata Indonesia. Kami meminta seluruh masyarakat berperan aktif melindungi satwa liar, utamanya primata," kata Bayu Sandi.
Bayu Sandi mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memperjualbelikan satwa primata. Biarkan satwa tersebut bebas dihabitatnya dalam menjaga keseimbangan alam.
"Mereka memiliki fungsi di alam. Apabila masyarakat ikut campur mengambil mereka dari alam, maka akan mengubah ekosistem. Tentu akan berdampak langsung kepada kehidupan manusia itu sendiri," katanya.
Menurut catatan ProFauna, perdagangan primata di Indonesia cukup tinggi. Lebih dari 95 persen primata yang diperdagangkan di Indonesia adalah hasil tangkapan dari alam. Proses penangkapan, pengangkutan dan perdagangan primata itu juga seringkali kejam.
"Salah satu primata yang kini sedang banyak diperdagangkan adalah kukang (Nycticebus sp). Kukang yang diperdagangkan sudah dicabuti gigi taringnya. Sepanjang tahun 2013 ProFauna Indonesia mencatat sedikitnya ada 40 kasus perdagangan kukang secara online," ujarnya.
Di Bali, kata dia, dalam satu bulan penjualan primata mencapai puluhan ekor. "Satu bulan 20 monyet ekor panjang (kera abu-abu) diperjualbelikan. Itu terjadi di Pasar Satria, Kota Denpasar," katanya.
Ia mengatakan ProFauna juga mencatat di Bali masih terdapat perburuan Lutung yang merupakan jenis primata dilindungi.
Bagi ProFauna, jual beli primata di Bali, utamanya yang terekam di Pasar Satria bisa jadi semacam puncak dari gunung es belaka.
"Ini semacam puncak dari gunung es. Di bawah, perdagangan jauh dari yang saya sebutkan tadi," kata Bayu Sandi
Ia berharap instansi terkait untuk bekerja lebih serius menyikapi hal tersebut. "Kami berharap BKSDA untuk bekerja lebih serius terhadap hal itu," ujarnya.
Ia menjelaskan, di dunia terdapat sekitar 200 jenis primata. Dan hampir 40 jenis atau 25 persen di antaranya hidup di Indonesia. Pada tahun 2000 Badan Konservasi Internasional (IUCN) menerbitkan daftar 25 jenis primata yang paling terancam punah.
Dari 25 jenis primata itu, empat di antaranya adalah primata asal Indonesia yakni, Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), Tarsius Siau (Tarsius Tumpara), Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) dan Simakubo. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Koordinator Lapangan Aksi ProFauna Bayu Sandi mengatakan aksi ini digelar bertepatan dengan Hari Primata Indonesia yang peringati setiap 30 Januari.
Dalam aksi tersebut mereka mengenakan topeng primata.
"Hari ini hari primata Indonesia. Kami meminta seluruh masyarakat berperan aktif melindungi satwa liar, utamanya primata," kata Bayu Sandi.
Bayu Sandi mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memperjualbelikan satwa primata. Biarkan satwa tersebut bebas dihabitatnya dalam menjaga keseimbangan alam.
"Mereka memiliki fungsi di alam. Apabila masyarakat ikut campur mengambil mereka dari alam, maka akan mengubah ekosistem. Tentu akan berdampak langsung kepada kehidupan manusia itu sendiri," katanya.
Menurut catatan ProFauna, perdagangan primata di Indonesia cukup tinggi. Lebih dari 95 persen primata yang diperdagangkan di Indonesia adalah hasil tangkapan dari alam. Proses penangkapan, pengangkutan dan perdagangan primata itu juga seringkali kejam.
"Salah satu primata yang kini sedang banyak diperdagangkan adalah kukang (Nycticebus sp). Kukang yang diperdagangkan sudah dicabuti gigi taringnya. Sepanjang tahun 2013 ProFauna Indonesia mencatat sedikitnya ada 40 kasus perdagangan kukang secara online," ujarnya.
Di Bali, kata dia, dalam satu bulan penjualan primata mencapai puluhan ekor. "Satu bulan 20 monyet ekor panjang (kera abu-abu) diperjualbelikan. Itu terjadi di Pasar Satria, Kota Denpasar," katanya.
Ia mengatakan ProFauna juga mencatat di Bali masih terdapat perburuan Lutung yang merupakan jenis primata dilindungi.
Bagi ProFauna, jual beli primata di Bali, utamanya yang terekam di Pasar Satria bisa jadi semacam puncak dari gunung es belaka.
"Ini semacam puncak dari gunung es. Di bawah, perdagangan jauh dari yang saya sebutkan tadi," kata Bayu Sandi
Ia berharap instansi terkait untuk bekerja lebih serius menyikapi hal tersebut. "Kami berharap BKSDA untuk bekerja lebih serius terhadap hal itu," ujarnya.
Ia menjelaskan, di dunia terdapat sekitar 200 jenis primata. Dan hampir 40 jenis atau 25 persen di antaranya hidup di Indonesia. Pada tahun 2000 Badan Konservasi Internasional (IUCN) menerbitkan daftar 25 jenis primata yang paling terancam punah.
Dari 25 jenis primata itu, empat di antaranya adalah primata asal Indonesia yakni, Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), Tarsius Siau (Tarsius Tumpara), Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) dan Simakubo. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014