Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi mengatakan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari menjunjung tinggi nilai etik yang meliputi kesucian, kebenaran, dan keindahan.

"Tiga hal penting sesuai ajaran agama yang dianutnya, yakni siwam (kesucian), satyam (kebenaran), dan sundaram (keindahan). Oleh sebab itu, dalam tari Bali pada umumnya mengacu pada konsep tersebut," kata Sumadi yang juga Ketua Program Doktor IHDN itu di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan eksistensi tari Bali tidak bisa dilepaskankan dari nilai-nilai religius (siwam) dalam kehidupan nyata dan tidak nyata (sekala-niskala).

Pesan-pesan moral tari Bali, katanya, terikat dengan tata susila dan nilai kebenaran, sedangkan keindahan tari Bali menunjukkan keberlanjutan perkembangan yang fleksibel dan beridentitas Bali.

Sumadi mengatakan kearifan lokal Bali mengandung nilai keharmonisan, yakni Tri Hita Karana, hubungan yang harmonis sesama manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Kondisi itu pula, katanya, menjadi kiblat berkesenian masyarakat Bali.

Ia menjelaskan bahwa kebahagiaan oleh karena sikap bakti dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai kebahagiaan karena menghargai sesama manusia dan kebahagiaan karena peduli dengan lingkungan sekitar.

"Semua itu merupakan landasan filosofi yang membinarkan tari Bali. Menari adalah bakti atau persembahan pada Tuhan, sebab seni tari merupakan keindahan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam wujudnya sebagai Siwa Nata Raja," katanya. 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014