Denpasar (Antara Bali) - Peran subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, kecil, unggas dan hasil ternak lainnya di Bali naik sebesar 0,22 persen dari 112,22 persen pada bulan Nopember menjadi 112,46 persen pada Desember 2013.

"Kondisi itu berkat naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,52 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,30 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Amirudin di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, naiknya indeks yang diterima petani dipincu oleh naiknya harga komoditas pada kelompok ternak besar 1,43 persen, yang didorong oleh naiknya harga sapi dan kerbau masing-masing sebesar 1,43 persen.

Sementara kelompok lainnya mengalami penurunan indeks harga, yakni ternak kecil 0,90 persen, unggas 0,91 persen dan hasil ternak 1,01 persen.

Kondisi itu dipicu oleh turunnya harga babi sebesar 0,95 persen, ayam ras pedaging 2,60 persen, telur itik 1,78 persen dan telur ayam tas 1,01 persen. Pada sisi lain kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya konsumsi rumah tangga sebesar 0,35 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,25 persen.

Amirudin menambahkan subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu tiga di antaranya mengalami kenaikan dan dua menunjukkan angka penurunan.

Tiga komponen yang mengalami kenaikan selain subektor peternakan juga perkebunan dan subsektor perikanan,

Sedangkan dua komponen yang mengalami penurunan meliputi subsektor hortikultura dan tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija, ujar Amirudin. (LHS)

Pewarta: Oleh IK Sutika

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014