Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta adanya evaluasi terhadap para pendamping setiap desa yang menerima dana hibah program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) Mandara karena dinilai tidak efektif.
"Pendamping sekarang itu menjadi tidak efektif karena mereka tinggal di Denpasar, sedangkan desa yang menerima Gerbangsadu tersebar di kabupaten lainnya seperti Karangasem, Buleleleng, Klungkung dan Bangli," katanya saat menggelar simakrama (tatap muka) bulanan dengan masyarakat di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, perlu dievaluasi kembali orang-orang yang ditunjuk sebagai pendamping Gerbangsadu termasuk pemahaman mereka terhadap program itu serta hendaknya mendapat pembekalan yang cukup sebelum terjun sebagai pendamping.
Gerbangsadu Mandara adalah salah satu program prioritas pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Bali sejak 2012. Setiap desa miskin berhak mendapatkan dana hibah untuk pengembangan ekonomi produktif sebesar Rp1,02 miliar.
Hingga saat ini sudah 127 desa yang mendapatkan dana program Gerbangsadu yang terdiri atas 82 desa dengan tingkat kemiskinan di atas 35 persen, serta 45 desa dengan tingkat kemiskinan 25-34 persen.
"Saya minta segera dievaluasi para pendamping itu, jangan sampai program pemerintah yang pro rakyat menjadi kandas di tengah jalan disebabkan pendamping yang tidak memiliki kemampuan," kata Pastika.
Mantan Kapolda Bali itu pun mengharapkan masyarakat dan media turut mengawasi pelaksanaan program Gerbangsadu, supaya implementasinya di lapangan tidak salah sasaran.
Di sisi lain, ia juga menyoroti pendamping penerima program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri). Ia mencontohkan, salah satu pendamping Simantri di sebuah desa di kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, justru sarjana pendidikan.
"Ini kan jadi tidak nyambung, padahal yang namanya Simantri tidak hanya sekadar memelihara sapi, namun dapat mengintegrasikan sektor pertanian dalam arti luas. Alangkah baiknya juga terintegrasi dengan sektor pariwisata, koperasi dan sebagainya," kata Pastika.
Pada acara simakrama kali ini dikemas dengan suasana yang berbeda. Jika rutin digelar di Wantilan DPRD Bali, kali ini dilaksanakan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.
Selain itu tidak diisi penyampaian satu persatu pertanyaan maupun masukan dari masyarakat, namun diawali dengan acara nonton bareng pertunjukan kesenian bondres. Usai pertunjukan bondres itu, barulah Pastika menanggapi pertanyaan tertulis yang disampaikan masyarakat. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Pendamping sekarang itu menjadi tidak efektif karena mereka tinggal di Denpasar, sedangkan desa yang menerima Gerbangsadu tersebar di kabupaten lainnya seperti Karangasem, Buleleleng, Klungkung dan Bangli," katanya saat menggelar simakrama (tatap muka) bulanan dengan masyarakat di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, perlu dievaluasi kembali orang-orang yang ditunjuk sebagai pendamping Gerbangsadu termasuk pemahaman mereka terhadap program itu serta hendaknya mendapat pembekalan yang cukup sebelum terjun sebagai pendamping.
Gerbangsadu Mandara adalah salah satu program prioritas pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Bali sejak 2012. Setiap desa miskin berhak mendapatkan dana hibah untuk pengembangan ekonomi produktif sebesar Rp1,02 miliar.
Hingga saat ini sudah 127 desa yang mendapatkan dana program Gerbangsadu yang terdiri atas 82 desa dengan tingkat kemiskinan di atas 35 persen, serta 45 desa dengan tingkat kemiskinan 25-34 persen.
"Saya minta segera dievaluasi para pendamping itu, jangan sampai program pemerintah yang pro rakyat menjadi kandas di tengah jalan disebabkan pendamping yang tidak memiliki kemampuan," kata Pastika.
Mantan Kapolda Bali itu pun mengharapkan masyarakat dan media turut mengawasi pelaksanaan program Gerbangsadu, supaya implementasinya di lapangan tidak salah sasaran.
Di sisi lain, ia juga menyoroti pendamping penerima program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri). Ia mencontohkan, salah satu pendamping Simantri di sebuah desa di kawasan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, justru sarjana pendidikan.
"Ini kan jadi tidak nyambung, padahal yang namanya Simantri tidak hanya sekadar memelihara sapi, namun dapat mengintegrasikan sektor pertanian dalam arti luas. Alangkah baiknya juga terintegrasi dengan sektor pariwisata, koperasi dan sebagainya," kata Pastika.
Pada acara simakrama kali ini dikemas dengan suasana yang berbeda. Jika rutin digelar di Wantilan DPRD Bali, kali ini dilaksanakan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.
Selain itu tidak diisi penyampaian satu persatu pertanyaan maupun masukan dari masyarakat, namun diawali dengan acara nonton bareng pertunjukan kesenian bondres. Usai pertunjukan bondres itu, barulah Pastika menanggapi pertanyaan tertulis yang disampaikan masyarakat. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013