Denpasar (Antara Bali) - Bali akan ikut ambil bagian dalam Festival Barongsai bertepatan dengan Hari Tri Suci Waisak 2554 di Surabaya, Jawa Timur, 28 Mei 2010.

"Kegiatan bertaraf nasional itu melibatkan perkumpulan barongsai dari sejumlah daerah di Indonesia dengan memperebutkan piala dan hadiah yang disediakan Wali Kota Surabaya," kata Ketua Yayasan Dharma Semadi Vihara Dharmayasa Kuta, Hindra Suarlin, di Denpasar Kamis.

Ia menyebutkan 14 seniman andal sudah lebih awal berangkat ke Surabaya dengan membawa seperangkat barongsai serta instrumen yang akan mengiringinya.

"Para penggembira sekitar 60 orang baru berangkat ke Surabaya setelah mengikuti perayaan Hari Waisak Jumat (28/5)," kata Hindra Suarlin.

Ia mengatakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Badung memberikan dorongan untuk mengikuti festival tersebut dengan memberi bantuan sebesar Rp10 juta.

Yayasan Dharma Semadi Vihara Dharmayasa Kuta yang memiliki tiga perangkat barongsai pada tahun 2009 juga ikut dalam kegiatan yang sama, hanya meraih juara harapan.

"Penampilan barongsai Bali saat itu sebenarnya paling baik di antara peserta lainnya. Namun, seniman tabuh saat menunjukkan kebolehannya, alat pemukul kendang (panggung) pada bagian atasnya lepas," tutur Hindra Suarlin.

Atas dasar itu, hampir semua warga masyarakat dan seniman yang terhimpun dalam Yayasan Dharma Semadi ingin kembali ikut dalam festival barongsai di Surabaya dengan harapan bisa keluar sebagai juara.

"Keinginan yang besar dari masyarakat dan seniman itu ternyata mendapat dukungan positif dari DPRD Bali dengan mengucurkan dana Rp10 juta untuk kelancaran mengikuti festival," kata Hindra Suarlin menjelaskan.

Yayasan Dharma Semadi yang menghimpun sekitar 500 kepala keluarga umat Buddha di kawasan wisata Kuta dan sekitarnya setiap perayaan tahun baru Imlek menggelar prosesi barongsai dalam kemasan atraksi unik dan menarik.

Prosesi mengawali perayaan Tahun Baru Imlek menempuh jalur mengelilingi Vihara Dharmayana dan jalan-jalan protokol di kawasan Kuta dan sekitarnya.

Pagelaran barongsai "ngelawang" itu bermakna untuk menetralisir alam semesta dengan harapan umat manusia dapat menjalani kehidupan secara damai, tenang, dan rukun tanpa gangguan, kata Hindra Suarlin.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010