Bogor (Antara Bali) - Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya memberikan nama dua bayi satwa yang lahir di lembaga konservasi "ex-situ" Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, dengan nama dua gunung di Papua.
"Untuk anak macan tutul (Panthera pardus) saya berikan nama 'Arfak', dan anak singa (Panthera leo) namanya 'Cyclops'," katanya di Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Saat memberikan sambutan pada penyerahan pemenang Lomba Foto Satwa Internasional 2013, ia mengatakan bahwa Pegunungan Arfak adalah titik tertinggi di Provinsi Papua Barat.
Sedangkan Gunung Cyclops adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
"Dua gunung itu, tertinggi di Papua Barat dan Papua," katanya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Lingkungan Hidup juga memberikan apresiasi kepada Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua atas upaya konservasi satwa, termasuk dengan lomba foto satwa.
"Kita harapkan dengan lomba foto satwa ini, bisa mengenalkan satwa Indonesia bagi yang belum mengetahui, terlebih kepada generasi muda," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Foto Satwa Internasional Frans Manansang mengatakan bahwa kegiatan yang digagas setiap tahun dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) setiap 5 November dan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia setiap 5 Juni, sudah terselenggara selama 23 kali.
Menurut dia, sebagai objek wisata nasional dan lembaga konservasi, TSI senantiasa mengedapankan fungsi edukasi konservasi kepada masyarakat.
"Sebagai salah satu upaya perwujudan fungsi tersebut, kami berupaya meningkatkan kecintaan masyarakat kepada satwa liar melalui lomba foto satwa yang diselenggarakan setiap tahun," kata Frans Manansang, yang juga direktur TSI.
Ia menjelaskan, pada lomba ke-23 ini, tercatat sebanyak 13.027 lembar foto yang berpartisipasi.
"Jumlahnya meningkat dibanding 2012, yang saat itu tercatat 11.000 lembar foto," katanya.
Pada lomba 2013, lokasi pemotretan juga beragam, tidak hanya di Indonesia, namun juga datang dari Namibia, Amerika Serikat, Kanada, Chile, India, Uni Emirat Arab, China, serta negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Vietnam.
Dalam ajang itu, foto Bekantan (Nasalis lavartus), salah satu satwa langka jenis primata endemik Kalimantan yang sedang menyusui anaknya, menjadi juara pertama.
Foto Bekantan itu adalah karya Gerdi Hutomo Nurhadi asal Jakarta, yang mendapat nilai tertinggi dari para juri. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Untuk anak macan tutul (Panthera pardus) saya berikan nama 'Arfak', dan anak singa (Panthera leo) namanya 'Cyclops'," katanya di Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Saat memberikan sambutan pada penyerahan pemenang Lomba Foto Satwa Internasional 2013, ia mengatakan bahwa Pegunungan Arfak adalah titik tertinggi di Provinsi Papua Barat.
Sedangkan Gunung Cyclops adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
"Dua gunung itu, tertinggi di Papua Barat dan Papua," katanya.
Dalam kesempatan itu, Menteri Lingkungan Hidup juga memberikan apresiasi kepada Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua atas upaya konservasi satwa, termasuk dengan lomba foto satwa.
"Kita harapkan dengan lomba foto satwa ini, bisa mengenalkan satwa Indonesia bagi yang belum mengetahui, terlebih kepada generasi muda," katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Foto Satwa Internasional Frans Manansang mengatakan bahwa kegiatan yang digagas setiap tahun dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) setiap 5 November dan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia setiap 5 Juni, sudah terselenggara selama 23 kali.
Menurut dia, sebagai objek wisata nasional dan lembaga konservasi, TSI senantiasa mengedapankan fungsi edukasi konservasi kepada masyarakat.
"Sebagai salah satu upaya perwujudan fungsi tersebut, kami berupaya meningkatkan kecintaan masyarakat kepada satwa liar melalui lomba foto satwa yang diselenggarakan setiap tahun," kata Frans Manansang, yang juga direktur TSI.
Ia menjelaskan, pada lomba ke-23 ini, tercatat sebanyak 13.027 lembar foto yang berpartisipasi.
"Jumlahnya meningkat dibanding 2012, yang saat itu tercatat 11.000 lembar foto," katanya.
Pada lomba 2013, lokasi pemotretan juga beragam, tidak hanya di Indonesia, namun juga datang dari Namibia, Amerika Serikat, Kanada, Chile, India, Uni Emirat Arab, China, serta negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Vietnam.
Dalam ajang itu, foto Bekantan (Nasalis lavartus), salah satu satwa langka jenis primata endemik Kalimantan yang sedang menyusui anaknya, menjadi juara pertama.
Foto Bekantan itu adalah karya Gerdi Hutomo Nurhadi asal Jakarta, yang mendapat nilai tertinggi dari para juri. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013