Denpasar (Antara Bali) - Guru besar Universitas Udayana Prof I Wayan Windia menyoroti ketimpangan pembangunan di Bali sehingga kesejahteraan masyarakat tidak merata di sembilan kabupaten/kota.

"Di wilayah timur, barat, dan utara sangat lamban sehingga perlu upaya dan terobosan untuk menyeimbangkan pembangunan," katanya di Denpasar, Sabtu.

Wilayah selatan yang saat ini berkembang pesat, seperti Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, lanjut dia, tidak selalu harus melibatkan investor.

"Daerah-daerah lain itu dapat mengembangkan sektor pertanian dalam arti luas untuk menopang pariwisata di Bali selatan, tidak selama ini keperluan hasil pertanian itu mendatangkan dari luar Bali maupun impor," ujar mantan anggota DPR-RI itu.

Menurut dia, menambah pembangunan hotel di Bali bukan jalan yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat karena pengalaman selama ini lebih dari 50 persen pendapatan sektor pariwisata kembali mengalir ke luar Bali.

"Pendapatan itu hanya lewat saja di Bali, namun dampak negatif dari berkembang pesatnya pariwisata Bali itu sangat besar, terutama para pendatang yang ingin mencoba mengadu nasib sehingga menimbulkan tempat-tempat kumuh," ujar Windia.

Untuk itu pembangunan hotel dan fasilitas pariwisata hendaknya dibatasi sesuai daya dukung Bali secara ideal.

Jika bercermin dari hasil penelitian dan pengkajian SCETO, konsultan pariwisata dari Prancis tahun 1975, Bali maksimal bisa menampung pembangunan 24.000 kamar hotel berbintang untuk menjaga keseimbangan daya dukung Bali.

Namun kenyataannya di Bali kini telah dibangun lebih dari 55.000 kamar hotel berbintang belum lagi vila yang mejamur hingga ke pelosok pedesaan atau dua kali lipat daya dukung yang ada. (LHS)

Pewarta: Oleh IK Sutika

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013