Sosok seniman sastra yang penuh daya kreativitas dengan suara yang nyaring dan merdu mengumandangkan ayat-ayat suci agama Hindu, berupa kekawin, kekidung dan jenis metembang lagu daerah Bali lainnya.

Puluhan karya-karya sastra yang dihasilkan I Wayan Seregeg S pd (73), pria kelahiran Timpag, Kabupaten Tabanan, 31 Desember 1940 itu mempunyai andil dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali, khususnya di wilayah Kabupaten Buleleng, Bali utara, tempatnya mengabdikan diri sebagai guru sekolah dasar (SD).

Atas dasar kecintaan dan kepedulian terhadap pelestarian warisan seni budaya bangsa yang merupakan puncak dari seni-seni budaya daerah itulah, suami dari Ni Nyoman Radnyani mendalami sastra daerah dan sastra agama.

Kesenangannya sejak kecil itu dijadikan tuntunan yang mampu memberikan ketenangan batin, sekaligus inspirasi baginya untuk menghasilkan karya sastra berkaitan dengan bahasa daerah dan budaya Bali.

Ayah dari empat putra dan putri itu menghasilkan karya sastra yang bermutu antara lain Kekawin Penyembrama Tamyu, Geguritan Tetuwek Siwaratri, Kumpulan Kidung Panca Yadnya dan Kekawin Karnantaka.

Selain itu juga karya sastra Wyakarana Kawi, terjemahan Kekawin Negara Kretagama, terjemahan Nirarta Prakreta dan terjemahan Kekawin Bharata Yudha.

I Wayan Seregeg Spd yang kini pensiunan guru sekolah dasar (SD) itu berawal belajar bahasa Jawa Kuno dari gurunya Made Menaka (almarhum) pada tahun 1960 dan ikut kegiatan pasantian di Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Pada saat itu sekaligus mendirikan sekaa santi "Widya Sancaya" Desa Patas, Kabupaten Buleleng mendapat kepercayaan sebagai ketua yang diembannya selama 16 tahun kurun waktu 1960-1976.

Ayah dari Ni Putu Suardani, Made Suardana Spd, Nyoman Suarsana Spd dan Putu Suartana itu, aktivitas sehari-harinya adalah guru SD, namun juga ikut mengajar bidang studi bahasa Bali di SMP Amartha Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Selain itu juga ikut sebagai peserta kegiatan pesantian "Widya Ananta Adi Krama" Seririt selama enam tahun kurun waktu 1970-1976. Atas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki, sosok I Wayan Seregeg mendapat kepercayaan dari Dinas Pendidikan Provinsi Bali sebagai penatar Bahasa Bali kepada para guru dari berbagai jenjang pendidikan pada tahun 1978/1979.

Demikian pula mendapat kepercayaan sebagai ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng sejak tahun 1980 hingga sekarang, sekaligus membina sekaa pesantian yang ada di banjar-banjar sekecamatan Gerokgak selama 33 tahun terakhir.

Nominasi Dharma Kusuma

Berkat pengabdian, dedikasi dan prestasi dalam pengembangan seni budaya Bali, sosok I Wayan Seregeg menjadi dominasi penerima Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali terkait HUT ke-55 Pemprov Bali, 14 Agustus 2013, tutur Kepala Seksi Perfilman dan Perizinan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh.

Pemerintah Provinsi Bali telah membentuk satu tim untuk menyeleksi seniman yang dinilai berjasa terhadap pengembangan seni budaya Bali untuk memperoleh Dharma Kusuma.

Tim beranggotakan dari instansi terkait antara lain Listibia, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Dinas Pendidikan, Biro Kesra dan Dinas Kebudayaan.

Pemerintah Kabupaten/kota di Bali telah melakukan seleksi dan mengusulkan sejumlah seniman di daerahnya untuk mendapat penghargaan Dharma Kusuma.

Usulan dari kabupaten/kota itu kembali diseleksi oleh tim yang diketuai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, karena usulan yang masuk cukup banyak sementara penghargaan yang diberikan sangat terbatas, ujar Wayan Dauh.

Sosok I Wayan Seregeg senang belajar untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang agama dan seni sastra itu mendapat kepercayaan untuk mengendalikan Widya Sabha Kabupaten Buleleng selama 13 tahun terakhir.

Untuk itu senantiasa menambah pengalaman dan pengetahuan dalam bidang sastra Jawa Kuno dengan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Bali bersamaan dengan utusan dari Kabupaten/kota lainnya di Pulau Dewata.

Selain itu juga dipercaya mewakili Kabupaten Buleleng menjadi anggota dewan juri Utsawa Dharma Gita Provinsi Bali selama sebelas tahun, kurun waktu 1994-2005. Ia juga mendirikan sekaa santi "Widya Sabha" Kecamatan Gerokgak sebagai pembina merangkap anggota sejak 2002 hingga sekarang.

I Wayan Seregeg sejak kecil sangat menyenangi gending-gending Bali, mesatwa dan menulis halus aksara Bali. Semua itu berkat bimbingan, membaca dan menulis aksara Bali dari orang tuanya, sehingga proses pendidikan non formal itu mampu memudahkan hasil dalam mempelajari dan membaca ayat-ayat suci agama Hindu.

Semua itu dapat dipelajarinya dengan baik berkat keinginannya yang besar dari dirinya sendiri serta dorongan orang tuanya yang mewariskan sejumlah lontar.

Dalam menekuni kesusastraan Bali, sosok pria yang tampak segar bugar pada usia senjanya itu merasa beruntung karena dibina secara tekun dan teliti oleh orang tuanya dalam pendidikan non formal.

Sosok seniman yang hidup dalam keluarga sederhana dari segi finansial, namun sangat getol mempelajari dan menekuni sastra daerah Bali, khususnya kesusastraan Jawa Kuno.

Belajar dari sejumlah lontar yang diwarisi dari leluhurnya telah berhasil menerbitkan sejumlah karya sastra yang cukup diminati masyarakat umum serta aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.

Meskipun usianya semakin "senja", namun kreativitas, khususnya dalam bidang seni sastra ,justru semakin mantap dan menambah tekadnya untuk lebih memberikan perhatian khusus terhadap pelestarian dan pengembangan sastra daerah Bali.

Semua itu, diharapkan dapat diwariskan kepada generasi mendatang, dengan harapan seni budaya Bali tetap kokoh dan berkembang di tengah pesatnya sektor pariwisata.  (LHS)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013