Denpasar (Antara Bali) - Bocah yang baru menginjak usia sepuluh tahun itu mampu menguasai tari jauk dan tari baris, dua jenis kesenian khas Bali dengan sempurna dan sanggup tampil di hadapan banyak penonton.

Penampilannya mampu memukau penonton, berkat kesungguhannya belajar secara terus menerus dari seniman setempat yang membinanya secara ikhlas.

Putu Selamat pria ingusan itu kini berusia 62 tahun, kelahiran Desa Kalisada, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Daerah pesisir utara Pulau Bali, 31 Desember 1951 adalah seorang sosok seniman serba bisa.

Selain belajar berbagai jenis tari dari orang tuanya yang kebetulan juga seniman andal, juga sangat senang belajar tabuh dan tari Bali dari siapapun yang dinilainya mempunyai keahlian bidang tari.

Banyak guru yang dimilikinya untuk belajar tabuh dan tari Bali, tanpa mengenyampingkan pendidikan formal yang digelutinya.

Sosok pria berpenampilan sederhana itu tergolong cerdas, karena sekali gending-gending tetabuhan maupun tari yang diajarkan dapat dikuasainya dengan sempurna.

Putu Selamat, pria yang mengantongi sejumlah penghargaan dari Pemkab Buleleng maupun Pemprov Bali itu berkat prestasinya dalam bidang seni, yang memang memiliki kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dengan seni, khususnya tabuh dan tari.

Hal itu mendorong suami dari Ni Nyoman Sari untuk bisa mengabdikan diri dan merangkul masyarakat sekitarnya, untuk belajar dalam bidang tabuh dan tari Bali.

Warga masyarakat banjar-banjar sekitarnya berhasil dirangkul untuk bersama-sama mengembangkan dan melestarikan tabuh dan tari Bali.

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdiannya dalam bidang seni budaya secara terus menerus hampir setengah abad sosok Putu Selamat masuk salah seorang nominasi penerima Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dari Pemrov Bali bertepatan dengan HUT ke-55 pada 14 Agustus 2013, tutur Kepala Seksi Perfilman dan Perizinan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh.

Pemerintah Provinsi Bali membentuk satu tim untuk menyeleksi seniman yang dinilai berjasa terhadap pengembangan seni budaya Bali untuk memperoleh Dharma Kusuma.

Tim beranggotakan dari instansi terkait antara lain Listibia, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Dinas Pendidikan, Biro Kesra dan Dinas Kebudayaan.

Pemerintah Kabupaten/kota di Bali telah melakukan seleksi dan mengusulkan sejumlah seniman di daerahnya untuk mendapat penghargaan Dharma Kusuma.

"Usulan dari kabupaten/kota itu kembali diseleksi oleh tim yang diketuai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, karena usulan yang masuk cukup banyak sementara penghargaan yang diberikan jumlahnya terbatas," ujar Wayan Dauh.

Untuk itu Tim melakukan seleksi secara ketat terhadap usulan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, sehingga mereka yang menerima penghargaan tertinggi dalam bidang seni itu betul-betul mempunyai prestasi tinggi, dedikasi dan pengabdian untuk pelestarian seni budaya Bali.

Penghargaan tersebut berupa satya lencana emas 23 karat seberat 20 gram melambangkan Siwa Nataraja dan sejumlah uang. Penghargaan tersebut sesuai Peraturan Daerah Bali Nomor 11 tahun 1992 tentang Penghargaan Seni.


Jangkau Buleleng

Putu Selamat, ayah dari tiga putra-putri itu setelah sukses mengembangkan sekaa kesenian dalam wilayah Kecamatan Seririt, terus berkembang ke desa-desa lain hingga menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Buleleng, Bali utara.

Tidak terhitung jumlahnya berapa puluh sekaa kesenian di berbagai desa di wilayah pesisir utara Pulau Bali itu, pernah dibinanya, mulai dari drama jangger, topeng, arja, joged, gambuh, prembon, gong kebyar dan jenis kesenian lainnya.

Ayah dari Luh Suarmi, Ni Made Seri Asti dan Nyoman Listibiani itu mengantongi segudang penghargaan antara lain dari Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sebagai penyuluh bahasa, aksara dan sastra Bali, Balai Arkeologi, Bupati Buleleng dan penghargaan seni Wija Kusuma dari Pemkab Buleleng dan sebagai pengabdi seni dari Gubernur Bali.

Putu Selamat mengabdikan seluruh hidupnya dalam bidang seni dan berkesenian serta anak-anaknya juga sebagai seniman itu, tahun demi tahun waktunya dilewati dengan membina sekaa kesenian untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.

Meskipun sudah memasuki usia lanjut, semangatnya semakin menggebu-gebu dalam membina dan mengembangkan kesenian tradisional Bali, khususnya di wilayah Kabupaten Buleleng dan daerah tetangga Kabupaten Karangasem.

Ia mengajak para seniman lebih kreatif agar mutu kesenian Bali semakin meningkat, sekaligus menggali, pengembangkan dan melestarikan seni budaya Bali. (*/ADT)

Pewarta: Oleh : I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013