Denpasar (Antara Bali) - Para pelajar pilihan dari 33 provinsi di Indonesia diajak menyebarkan "virus" positif penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
"Dalam penyelenggaraan penataan ruang sangat dibutuhkan peran generasi muda sebagai perwujudan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan atas pemanfaatan ruang yang proporsional dan seimbang," kata Kepala Sub-Direktorat Bina Kemitraan Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU Rezeki Peranginangin di Denpasar, Kamis.
Saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Pelatihan Pembentukan Kader Pelopor Madya Penataan Ruang Nasional itu, dia berharap potensi generasi muda dapat diakomodasi dengan baik sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bangsa dan negara.
"Mengutip data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Agustus 2007, jumlah pelajar dengan pendidikan SMA/SMK sederajat di Indonesia mencapai 14 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia sekitar 237 juta jiwa. Negara kita yang sedang membangun tentu memerlukan generasi muda yang tangguh dan bisa membuat keputusan yang tepat, termasuk dalam hal penataan ruang," ucapnya.
Oleh karena itu, dengan pelatihan tersebut diharapkan generasi muda nantinya dapat menjadi pelopor penataan ruang yang inovatif yang mempunyai nilai sadar, peka, kritis dan kreatif.
"Paling tidak dapat diterapkan di lingkungan terdekat dulu seperti keluarga, teman, sekolah maupun kawasan tempat mereka bermukim dan mampu melihat permasalahan ketataruangan yang memberikan dampak positif dan negatif," katanya.
Selain mampu melihat permasalahan, lanjut dia, pelajar SMA sebagai pelopor madya diharapkan secara aktif mengelola tata ruang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sehingga ada rasa saling memiliki untuk memperjuangkan nilai-nilai atas pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
"Pelatihan kami fokuskan pada pelajar karena nantinya juga mereka akan menjadi penerus kita. Kami harapkan dari awal mereka sudah mengerti sehingga ketika sudah menjadi pejabat ataupun pengusaha bisa melakukan penataan ruang dengan sebaik-baiknya," ucapnya.
Hanya saja, ia tidak memungkiri permasalahan yang dihadapi saat ini justru banyak generasi muda yang mengalami disorientasi dan dislokasi seperti tawuran.
Sementara itu Sudarto selaku ketua panitia pelatihan tersebut mengatakan, para siswa juga akan diajak melakukan peninjauan lapangan dalam rangkaian acara pelatihan yang berlangsung dari 27 Juni-3 Juli 2013 itu.
"Selain diberikan materi dari para ahli tata ruang dan akademisi, mereka pun kami ajak meninjau tempat pengolahan sampah dan air laut, serta teknis penyusunan proposal terkait penataan ruang," katanya.
Ia menambahkan, para pelajar dengan proposal terbaik juga akan dibantu pembiayaannya untuk merealisasikan gagasannya terkait penataan ruang seperti pembuatan biopori, penataan taman, pembentukan komunitas hijau, penanaman mangrove dan sebagainya. Pada pelatihan ini, masing-masing provinsi diwakili oleh dua siswa SMA yang telah melalui seleksi yang ketat.
Sedangkan Riris Galingging, perwakilan SMA Negeri 1 Mimika, Papua, mengatakan sangat senang dapat mengikuti pelatihan tersebut. "Saya juga akan menceritakan pada teman-teman pengalaman ini dan akan menyusun proposal supaya bisa direalisasikan di lingkungan saya di Papua," katanya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Dalam penyelenggaraan penataan ruang sangat dibutuhkan peran generasi muda sebagai perwujudan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan atas pemanfaatan ruang yang proporsional dan seimbang," kata Kepala Sub-Direktorat Bina Kemitraan Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU Rezeki Peranginangin di Denpasar, Kamis.
Saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Pelatihan Pembentukan Kader Pelopor Madya Penataan Ruang Nasional itu, dia berharap potensi generasi muda dapat diakomodasi dengan baik sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bangsa dan negara.
"Mengutip data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Agustus 2007, jumlah pelajar dengan pendidikan SMA/SMK sederajat di Indonesia mencapai 14 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia sekitar 237 juta jiwa. Negara kita yang sedang membangun tentu memerlukan generasi muda yang tangguh dan bisa membuat keputusan yang tepat, termasuk dalam hal penataan ruang," ucapnya.
Oleh karena itu, dengan pelatihan tersebut diharapkan generasi muda nantinya dapat menjadi pelopor penataan ruang yang inovatif yang mempunyai nilai sadar, peka, kritis dan kreatif.
"Paling tidak dapat diterapkan di lingkungan terdekat dulu seperti keluarga, teman, sekolah maupun kawasan tempat mereka bermukim dan mampu melihat permasalahan ketataruangan yang memberikan dampak positif dan negatif," katanya.
Selain mampu melihat permasalahan, lanjut dia, pelajar SMA sebagai pelopor madya diharapkan secara aktif mengelola tata ruang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya sehingga ada rasa saling memiliki untuk memperjuangkan nilai-nilai atas pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
"Pelatihan kami fokuskan pada pelajar karena nantinya juga mereka akan menjadi penerus kita. Kami harapkan dari awal mereka sudah mengerti sehingga ketika sudah menjadi pejabat ataupun pengusaha bisa melakukan penataan ruang dengan sebaik-baiknya," ucapnya.
Hanya saja, ia tidak memungkiri permasalahan yang dihadapi saat ini justru banyak generasi muda yang mengalami disorientasi dan dislokasi seperti tawuran.
Sementara itu Sudarto selaku ketua panitia pelatihan tersebut mengatakan, para siswa juga akan diajak melakukan peninjauan lapangan dalam rangkaian acara pelatihan yang berlangsung dari 27 Juni-3 Juli 2013 itu.
"Selain diberikan materi dari para ahli tata ruang dan akademisi, mereka pun kami ajak meninjau tempat pengolahan sampah dan air laut, serta teknis penyusunan proposal terkait penataan ruang," katanya.
Ia menambahkan, para pelajar dengan proposal terbaik juga akan dibantu pembiayaannya untuk merealisasikan gagasannya terkait penataan ruang seperti pembuatan biopori, penataan taman, pembentukan komunitas hijau, penanaman mangrove dan sebagainya. Pada pelatihan ini, masing-masing provinsi diwakili oleh dua siswa SMA yang telah melalui seleksi yang ketat.
Sedangkan Riris Galingging, perwakilan SMA Negeri 1 Mimika, Papua, mengatakan sangat senang dapat mengikuti pelatihan tersebut. "Saya juga akan menceritakan pada teman-teman pengalaman ini dan akan menyusun proposal supaya bisa direalisasikan di lingkungan saya di Papua," katanya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013