Denpasar (Antara Bali) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong Pemerintah Provinsi Bali terus membenahi manajemen transportasi publik supaya kemacetan tidak sampai merusak citra pariwisata Pulau Dewata.
"Adanya jalan tol dan `underpass` yang sudah selesai dibangun itu sangat membantu, tetapi nanti akan dikejar oleh pertumbuhan kendaraan dan alat-alat transportasi pribadi," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Prof I Gde Pitana, di Denpasar, Senin.
Ia tidak memungkiri adanya jalan di atas perairan (JDP) yang menghubungkan Pelabuhan Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua dan "underpass" di Simpang Dewa Ruci, Bali, sebagai prasarana untuk memperlancar lalu lintas. Tetapi keduanya itu bukan satu-satunya solusi mengatasi kemacetan.
"Yang lebih penting adalah perbaikan manajemen transportasi publik, artinya bagaimana mengelola transportasi yang nyaman, terjangkau dan andal untuk masyarakat," ucapnya.
Kalau manajemen transportasi sudah terpenuhi, kata dia, maka kendaraan pribadi bisa dikurangi dengan signifikan. Ia mengajak Bali dapat belajar manajemen transportasi dari Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.
"Di Jepang keinginan masyarakatnya untuk membeli mobil dan motor kecil sekali karena transportasi publiknya sudah bagus. Tetapi kalau di Bali sekarang jika tidak punya motor kita tidak akan bisa kemana-mana," katanya.
Pitana juga mencontohkan keberadaan jalan tol di DKI Jakarta yang awalnya kendaraan dapat melaju kencang, saat ini kondisinya memprihatinkan karena kendaraan yang lewat di tol begitu padat. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Adanya jalan tol dan `underpass` yang sudah selesai dibangun itu sangat membantu, tetapi nanti akan dikejar oleh pertumbuhan kendaraan dan alat-alat transportasi pribadi," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Prof I Gde Pitana, di Denpasar, Senin.
Ia tidak memungkiri adanya jalan di atas perairan (JDP) yang menghubungkan Pelabuhan Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua dan "underpass" di Simpang Dewa Ruci, Bali, sebagai prasarana untuk memperlancar lalu lintas. Tetapi keduanya itu bukan satu-satunya solusi mengatasi kemacetan.
"Yang lebih penting adalah perbaikan manajemen transportasi publik, artinya bagaimana mengelola transportasi yang nyaman, terjangkau dan andal untuk masyarakat," ucapnya.
Kalau manajemen transportasi sudah terpenuhi, kata dia, maka kendaraan pribadi bisa dikurangi dengan signifikan. Ia mengajak Bali dapat belajar manajemen transportasi dari Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.
"Di Jepang keinginan masyarakatnya untuk membeli mobil dan motor kecil sekali karena transportasi publiknya sudah bagus. Tetapi kalau di Bali sekarang jika tidak punya motor kita tidak akan bisa kemana-mana," katanya.
Pitana juga mencontohkan keberadaan jalan tol di DKI Jakarta yang awalnya kendaraan dapat melaju kencang, saat ini kondisinya memprihatinkan karena kendaraan yang lewat di tol begitu padat. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013