Wakatobi (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, terus berupaya menjaga kelestarian Taman Nasional Laut Wakatobi dalam mendukung objek wisata di sekitarnya.

"Pemerintah dan masyarakat kami terus menjaga Taman Nasional Laut Wakatobi sudah menjadi komitmen utama. Sehingga keberadaan Wakatobi di mata pelancong menjadi daya tarik datang ke wilayah kami," kata Ketua Bappeda Kabupaten Wakatobi Abdul Manan saat menerima rombongan Pekan Informasi Pembangunan (PIP) Kabupaten Badung di Wakatobi, Kamis.

Ia mengatakan, kelestarian lingkungan di Wakatobi dilindungi, karena kawasan perairan laut taman nasional tersebut memiliki keragaman terumbu karang dan biota laut yang cukup tinggi, bila dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di dunia.

Abdul Manan mengemukakan jumlah spesies terumbu karang di perairan laut Wakatobi mencapai 750 spesies dari 850 spesies terumbu karang dunia.

"Potensi kekayaan laut di wilayah kami luar biasa. Karena itu kami terus berupaya melestarikan dan menjaga agar tidak sampai rusak. Upaya yang kami lakukan adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama dalam membuang sampah di darat, sehingga tidak sampai mencemari lingkungan laut," katanya.

Ia mengatakan, komitmen yang dibangun saat ini bersama masyarakat setempat adalah bagaimana alam dan laut tersebut memberi nilai tambah dalam sektor perekonomian.

"Bagi masyarakat kami bahwa laut adalah saudaranya. Karena itu kami harus menjaga sehingga memberi kesejahteraan dalam sektor perekonomian," ucapnya.

Abdul Manan lebih jauh mengatakan, potensi laut di kawasan Wakatobi luar biasa, terutama keberadaan spiesies terumbu karang, terbesar di dunia. Hal tersebut dibanding dengan negara-negara lain. Di laut Karibia yang banyak dikunjungi wisatawan terutama penyelam, hanya memiliki 50 spesies terumbu karang, dan di laut Merah hanya 300 spesies.

Ia mengatakan untuk kepentingan ekonomi yang perlu dilindungi adalah bagaimana masyarakat di kawasan Wakatobi dapat mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan, tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan sekitar.

"Wakatobi yang terletak di pusat segi tiga terumbu karang dunia, saat ini bukan lagi hanya milik masyarakat Wakatobi tetapi sudah menjadi milik dunia," katanya.

Ia mengharapkan kepada semua pihak agar terus menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan alam Wakatobi dari berbagai ancaman kerusakan, bukan lagi hanya tanggung jawab masyarakat setempat, namun juga masyarakat dunia.

Abdul Manan lebih lanjut mengatakan bagi masyarakat Wakatobi sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan kawasan cagar biosfir dunia tersebut, dituntut berpartisipasi aktif mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

"Sebagai masyarakat pesisir yang kerap dengan mata pencaharian sebagai nelayan, mengenai Taman Nasional Laut Wakatobi merupakan tanggung jawab bersama dalam melestarikannya," kata Abdul Manan menegaskan.

Ia mengatakan untuk melindungi dan menangkap ikan karang dari warga, maka disediakan kawasan seluas satu kilometer persegi di masing-masing desa wilayah pesisir itu.

Tujuan dari penyediaan lahan seluas itu, kata dia, agar masyarakat bisa melakukan budi daya ikan karang.

"Area konservasi tersebut bertu7juan untuk pembudidayaan ikan karang yang sekaligus melestarikan sumber daya alam tersebut," ucapnya.

Dikatakan area konservasi ikan tersebut untuk mengembalikan induk-induk ikan yang populasinya terus menurun akibat penangkapan oleh para nelayan.

Ia mengharapkan pertumbuhan populasi ikan, bisa lebih tinggi dari jumlah ikan yang ditangkap. "Kami harapkan minimal dapat terjadi keseimbangan antara jumlah ikan yang ditangkap dengan jumlah ikan yang berkembang," katanya.

Masyarakat pesisir

Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Made Badra mengatakan potensi daerah pesisir di daerah tersebut cukup berpotensi.

"Kami ke depannya juga mengembangkan pemberdayaan masyarakat pesisir yang selama ini belum digarap maksimal, seperti para nelayan di wilayah Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan," katanya.

Dikatakan di wilayah ini belum digarap sepenuhnya, karena itu dengan semakin banyaknya penggunaan lahan di kawasan Pantai Pendawa, diharapkan masyarakat sekitar juga terangkat kehidupan perekonomiannya.

"Yang awalnya mengandalkan dari penangkapan ikan dan petani rumput laut, seiring perkembangan sektor pariwisata di kawasan itu nantinya mampu terangkat pendapatan perekonomian per kapitanya," kata Badra.

Begitu juga nelayan yang ada di Kelurahan Tanjung Benoa, selama ini masih banyak melaut, namun melaut pada siang hari melalui kelompok-kelompok nelayan untuk menambah penghasilan dari sektor pariwisata.

"Nelayan kita melayani pelancong yang kebetulan berlibur di Pulau Dewata. Mereka singgah di Tanjung Benoa untuk berwisata marina. Sehingga wisatawan yang ingin melihat lebih dekat laut di sana, mereka menyewa naik jukung (perahu tradisional)," katanya.

Dari penghasilan para nelayan itu, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan pendapatannya sehingga dalam kehidupan rumah tangganya juga lebih baik.

"Saya melihat kelompok nelayan tradisional di Tanjung Benoa perannya dalam sektor pariwisata bersinergi dengan pengusaha pariwisata sekitarnya," kata Badra yang juga praktisi pariwisata itu.

Sementara itu, Asisten III Bidang Administrasi Pemerintah Kabupaten Badung Anak Agung Oka Dharmawan mengatakan pemkab terus berupaya memberi pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat pesisir agar mampu berhadaptasi dengan lingkungan pariwisata.

"Karena dengan bersinergi terhadap sektor industri pariwisata maka eksistensi dari perkembangan pariwisata akan bisa dinikmati juga oleh para nelayan setempat," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya terus melakukan studi banding yang ada kaitannya dengan daerah pesisir, seperti yang terjadi di Wakatobi.

"Pemerintah Wakatobi cukup berhasil dalam memberdayakan masyarakat pesisirnya, terbukti para nelayan di wilayah tersebut sangat menjaga potensi yang dimiliki tersebut. Kawasan taman nasional laut sangat dijaga dan dilestarikan biota yang ada dilaut tersebut," ucapnya.

Dalam mengambil sumber daya alam, kata dia, nelayan dalam menangkap ikan juga ada persyaratan, semisal kalau ikan itu belum layak di tangkap, namun terkena jaring, maka nelayan melepaskan kembali ikan-ikan itu.

"Ini artinya bentuk dari pelestarian dan menjaga ekosistem tersebut tetap lestari. Kami di Badung berrharap masyarakat pesisir juga mempunya komitmen yang sama," ucap mantan Ketua DPD KNPI Bali ini.

Untuk itu, kata dia, pihaknya juga terus berupaya mengarahkan masyarakat pesisir mengubah perlakunya dalam menangkap ikan.

"Ini juga pengalaman untuk pembelajaran kepada masyarakat Bali, khususnya warga Badung yang hidup langsung bersentuhan dengan laut. Jika ada ikan-ikan yang belum siap di konsumsi agar rela mengembalikan ke habitat semula supaya pelestarian tersebut mampu berjalan sesuai dengan aturan," katanya.

Surga Bawah Laut

Taman Nasional Laut Wakatobi memiliki ratusan spesies karang laut, karena itu dijuluki sebagai surganya bawah laut bagi para petualang penyelam.

Ada empat pulau besar yaitu Wangiwangi, Kalidupa, Tomia dan Binongko. Dengan kota kabupatennya terletak di Wangi-wangi, luas wilayahnya mencapai 823 km persegi sedangkan wilayah perairan lautnya diperkirakan seluas lebih kurang 18.377,31 km persegi. Dan pada tahun 2011 berpenduduk 94.846 jiwa.

Wakatobi juga merupakan nama kawasan Taman Nasional, dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektare. Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu daerah konservasi laut di Indonesia dengan prioritas tertinggi, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang alami.

Keindahan alam bawah laut yang memiliki 25 buah gugusan terumbu karang, yang dapat dijumpai sekitar 112 jenis dari 13 famili yang terletak pada 25 titik di sepanjang 600 km garis pantai. Serta memiliki ragam spesies ikan sebanyak 93 jenis ikan konsumsi perdagangan dan ikan hias.

Taman Nasional Wakatobi telah dikenal di dunia sebagai salah satu tujuan wisata bahari. Banyak wisatawan asing dan juga domestik, datang untuk menyelam ataupun snorkelling, untuk menikmati eksotisme kehidupan bawah laut Wakatobi.

Agar dapat menikmati eksotisme itu, waktu yang terbaik untuk mengunjungi Taman Nasional Wakatobi, adalah antara bulan April sampai dengan Juni. Dan bulan Oktober sampai dengan Desember, setiap tahunnya. (LHS)

Pewarta: Oleh: I Komang Suparta

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013