Denpasar (Antara Bali) - Anggota Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (HAM) Hesti Armiwulan mengatakan, nilai-nilai budaya hampir semua daerah di Indonesia hingga kini masih banyak yang bertentangan HAM.

"Kami amati budaya yang dinilai bertentangan dengan HAM itu, antara lain budaya patriarki, sistem kasta yang cenderung menerapkan perlakuan diskriminatif dalam memperoleh akses pendidikan, kesehatan dan lainnya," kata Hesti di Denpasar, Kamis.

Usai acara pembukaan pelatihan HAM bagi instansi Pemerintah di Pemprov Bali dan tokoh masyarakat itu, ia mengatakan, budaya-budaya diskriminatif seperti itu perlu dikikis terus, demi terwujudnya nilai budaya baru yang egaliter.

"Ke depannya kita harapkan perlakuan yang diskriminatif dapat ditekan dan dihilangkan, karena dalam HAM, semua orang hidup dalam kesetaraan dan perlakukan yang sama," katanya.

Langkah yang dilakukan untuk memposisikan kesetaraan, kata dia, dengan menyadarkan semua manusia dimuka bumi ini adalah sama.

"Jadi, nilai-nilai budaya peninggalan zaman penjajah harus ditinggalkan. Harus mengedepankan kesetaraan gender dan perlakuan yang adil," ujarnya.

Menyinggung tingginya kasus pelanggaran HAM di Indonesia, kata Hesti, adanya budaya-budaya yang bertentangan dengan HAM ini, diduga ikut menyebabkan tingginya kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan ke Komnas HAM.

Dikatakan, selama 2009, kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan ke Komnas HAM mencapai 5.000 kasus. Sebelum direkomendasi ke instansi penegak hukum, pihaknya melakukan penelitian dan pendalamanan kasus tersebut.

"Hampir semua kasus yang masuk itu kami rekomendasikan ke instansi penegak hukum untuk diproses lebih lanjut," kata Hesti.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010