Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) saat ini tengah melakukan evaluasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) setelah terjadi banjir besar di sejumlah wilayah Bali, termasuk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung yang ekosistemnya dalam kondisi kritis.
"Kami mendorong saat ini dilakukannya evaluasi KLHS, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, di wilayah Provinsi Bali," kata Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLH/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Rasio Ridho Sani ditemui usai taklimat media di Jakarta, Senin.
Hal itu dilakukan, kata Rasio, setelah Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq meninjau kondisi lokasi banjir yang terjadi di sejumlah daerah di Bali beberapa waktu lalu.
Evaluasi KLHS itu dilakukan, lanjutnya, untuk melihat kondisi lingkungan dan memperbaiki penataan daya dukung dan daya tampung lingkungan, termasuk DAS Ayung dan DAS lain, yang menjadi salah satu faktor penyebab banjir setelah curah hujan ekstrem di Bali pada Selasa, 9 September 2025.
Curah hujan ekstrem pada Selasa 9 September itu mencapai 245,75 milimeter dalam sehari atau setara 121 juta meter kubik air mengalir di DAS Ayung yang mengalami krisis tutupan hutan, berdampak pada banjir di hilir.
Menurut data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dari total 49.500 hektare luas kawasan DAS Ayung, hanya sekitar 1.500 hektare atau tiga persen yang masih berhutan. Padahal secara ekologis minimal dibutuhkan 30 persen agar ekosistem tetap berfungsi optimal.
Rasio mengatakan Menteri Hanif sudah menyampaikan kepada Pemprov Bali dan pemerintah kota/kabupaten setempat tentang perlunya rehabilitasi lahan yang ada di DAS Ayung dan sejumlah DAS lain.
Tim dari KLH/BPLH, kata dia, sudah dikerahkan untuk mendukung evaluasi KLHS yang dilakukan di wilayah tersebut.
"Menteri menugaskan tim kita untuk melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk memastikan pada jangka panjang permasalahan banjir di Provinsi Bali ini bisa diatasi," tuturnya
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali sampai dengan pagi hari ini, terdapat 17 korban meninggal dunia akibat bencana tersebut dan empat orang menghilang.
Baca juga: Menteri LH: Rendahnya tutupan hutan sungai di Bali sudah sejak 2015
Baca juga: Menteri LH identifikasi tutupan hutan hulu Bali tergolong minim
Baca juga: Menteri LH nilai tutupan hutan minim salah satu sebab banjir di Bali
Baca juga: Menteri LH dalami faktor penyebab banjir di Bali
Baca juga: Menteri LH ingatkan sampah dapat jadi faktor dalam kejadian bencana
Editor : Widodo Suyamto Jusuf
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2025