Denpasar (Antara Bali) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa MCA melihat keterlibatan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi sebagai juru kampanye Pilkada Bali sekadar bintang iklan lewat.

"Jokowi belum tentu kenal dengan pasangan kandidat. Jadi perannya hanya bintang iklan yang kebetulan berada di Bali," katanya saat dihubungi dari Denpasar, Minggu.

Pengajar Program Magister Media Komunikasi Unair asal Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung, itu menganggap bahwa kedatangan Jokowi dan juru kampanye nasional lainnya di Bali tak akan efektif untuk mendongkrak perolehan suara bagi pasangan calon.

"Itu gaya politik lama yang belum sepenuhnya efektif mendongkrak elektabilitas kandidat tertentu. Mereka (juru kampanye) memang populer, tapi ingat Bali itu punya spesifikasi dan keunikan tersendiri," kata peraih gelar magister bidang seni kreatif dari Curtin University Australia itu.

Justru dia menyayangkan kedua pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Bali tidak mengoptimalkan tokoh-tokoh lokal yang memiliki pengaruh luas selama masa kampanye pilkada.

Tokoh-tokoh lokal berpengaruh, seperti "penglingsir" puri, sebut dia, menjadi panutan bagi masyarakat Bali. "Apalagi masyarakat Bali itu sejak awal sudah punya pilihan. Kalau pun ada Jokowi atau menteri yang datang berkampanye, tentu bukan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan sikap politik masyarakat," ujarnya.

Bahkan Satrya memandang tokoh-tokoh lokal yang berpengaruh di Bali ucapannya dianggap sebagai "kalimat sakti", seperti halnya ucapan Sri Sultan Hamengku Buwono kepada masyarakat Yogyakarta. (M038)

Pewarta: Oleh M. Irfan Ilmie

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013