Tabanan (Antara Bali) - Kubu calon bupati-wakil bupati Ni Putu Eka Wiryastuti - Komang Gede Sanjaya (Eka-Jaya) dari PDIP Tabanan, Bali, mempersoalkan penyertaan atribut partainya pada kegiatan calon bupati-wakil bupati yang diajukan partai lain.

"Kami mempertanyakan penyertaan atribut PDIP yang dibawa saat pendaftaran calon bupati-wakil bupati dari partai lain. Itu merugikan pihak kami dan tidak etis," kata Ketut Purnaya, anggota tim sukses Eka-Jaya di Tabanan, Jumat.

Guna menyikapi hal tersebut, kubu Eka-Jaya segera membahas masalah itu secara intern, kemudian disampaikan ke DPC PDIP, dengan harapan dapat ditindaklanjuti dan disikapi sesuai aturan atau mekanisme yang ada.

Menurut Purnaya yang juga Ketua PAC PDIP Kecamatan Marga, selain keberatan dengan disertakannya atribut PDIP, seperti bendera, saat kegiatan calon dari partai lain, kubu Eka-Jaya juga menyoroti kiprah kader-kader partainya yang terlibat pemberian dukungan ke pasangan calon dari partai lain.

Ia tidak menjelaskan, siapa yang dimaksud pasangan calon dari partai lain yang menggunakan atribut PDIP itu.

Berdasarkan pemantauan, saat pendaftaran pasangan I Wayan Sukaja - I Gusti Ngurah Anom yang diusung Partai Golkar, sejumlah elit PDIP terlihat hadir. Mereka adalah I Made Sudana (Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali dan mantan Ketua DPC PDIP Tabanan), I Ketut Suardiana (anggota DPRD Tabanan dari PDIP) dan sejumlah elit PDIP lainnya.

Demikian pula saat deklarasi dan pendaftaran pasangan IGG Putra Wirasana - Putu Oka Mahendra, yang diusung partai Demokrat, juga dihadiri para elit PDIP seperti I Made Arimbawa, I Wayan Wardita, I Wayan Supartha dan Gede Wayan Sutarja yang kesemuanya mantan anggota DPRD Tabanan dari PDIP.

Hal itu mengingat I Wayan Sukaja merupakan kader senior PDIP yang terdepak dari pencalonan lewat partainya. Demikian pula IGG Putra Wirasana adalah Ketua Depercab PDIP dan kini masih menjabat Wakil Bupati Tabanan.

Saat pendaftaran I Wayan Sukaja ke KPU Tabanan beberapa waktu lalu, terlihat semarak kibaran bendera PDIP yang membaur bersama kibaran bendera Partai Golkar.

Menurut Purnaya, sikap kader PDIP yang menyebrang mendukung calon dari partai lain, harus segera disikapi oleh induk organisasi. "Kami rekomendasikan kepada jajaran partai yang lebih atas (DPD, DPP) untuk diambil penyikapan," kata Purnaya yang juga anggota DPRD Tabanan.

Menurut Purnaya, jika hal itu merupakan bagian dari strategi kampanye, justru dinilai sebagai tindakan yang kurang beretika.

"Cara-cara seperti itu tak ubahnya seperti yang dilakukan oleh rezim masa lalu yang harus segera dihapuskan. Dalam era demokratis ini, kita harus mengembangkan budaya politik yang santun, bukan politik yang meresahkan warga dan mengganggu kenyamanan masyarakat," tegasnya.

Hal sama disampaikan Nyoman Arnawa, juga anggota tim suskes Eka-Jaya, yang menilai tindakan beberapa elit PDI-P mengantarkan pendaftaran dan mendukung calon dari partai lain merupakan tindakan konyol.

"Kita sudah punya pasangan calon yang harus didukung. Kenapa justru turut mendukung pasangan dari partai lain. Itu tindakan konyol dan melawan kebijakan partai," tegas Arnawa yang akrab disapa Komet.

Ia juga menuding manuver politik yang dilakukan kader-kader PDIP yang menyokong calon dari partai lain, tak ubahnya sebagai kader petualang yang semata-mata demi kepentingan sesaat.

"Peristiwa ini bisa jadi merupakan salah satu bentuk rekayasa politik dalam menggembosi kesolidan dan kekompakan PDI-P Tabanan dalam mendukung Eka-Jaya," katanya menegaskan.

Karena itu, Komet ingin mengusulkan kepada induk partai guna memberi tindakan tegas atas tindakan kader-kader PDI-P yang mendukung calon dari partai lain.

Ditambahkan, setelah deklarasi paket Eka-Jaya, sesuai perintah organisasi seluruh kader PDI-P harus turut berupaya memenangkannya dalam pemilihan yang dijadwalkan 4 Mei mendatang.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010