- Para pakar berkumpul di Dhaka, Bangladesh untuk menghadiri International Conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses ke-8
Dhaka, Bangladesh (Antara Bali/PRNewswire) - Para ahli kesehatan internasional dan regional akan bersidang di Dhaka, Bangladesh pada tanggal 1-2 Maret 2013 untuk meninjau kemajuan dalam kontrol dan pencegahan demam tifoid, demam enterik (penyakit yang disebabkan oleh tifus atau paratifoid), dan penyakit yang disebabkan oleh salmonella non-tifoid invasif, antara lain berita tentang pengembangan/lisensi vaksin generasi berikutnya. International Conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses [http://www.typhoidconference.org/ ] ke-8 diselenggarakan oleh Sekretariat Coalition against Typhoid [http://www.coalitionagainsttyphoid.org/ ] (CaT), bersama dengan mitra-mitranya icddr,b [http://www.icddrb.org/ ], Bangladesh Pediatric Association (BPA) [http://www.bangladeshdir.com/webs/catalog/bangladesh_paediatric_association.html ] dan International Vaccine Institute (IVI) [http://www.ivi.int/web/www/home].
"Pertemuan ini akan memfasilitasi percakapan penting antara para dokter, peneliti dan pemimpin pemerintahan dari seluruh dunia dan di seluruh Asia," kata Dr. Christopher Nelson, Direktur Sekretariat CaT di Sabin Vaccine Institute. "Sangat penting membahas tingkat endemik tifus yang sangat tinggi di wilayah tersebut dan bagaimana vaksin tifus dapat membantu mengendalikan dan mencegah penyakit."
Demam tifus dan demam enterik tersebar luas di masyarakat tanpa akses air yang aman dan sanitasi dasar serta menyebar melalui air dan makanan yang terkontaminasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) [http://www.who.int/wer/2008/wer8306.pdf ], tifus berdampak pada sekitar 21 juta orang dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian setiap tahunnya, terutama antara anak-anak prasekolah dan usia sekolah. WHO melaporkan bahwa 90 persen kematian akibat tifus terjadi di Asia.
"Para dokter di seluruh Asia Selatan dan Tenggara mengakui dampak kesehatan yang serius akibat tifus, terutama ancaman perkembangan dan penyebaran luas tifus yang tahan terhadap obat." kata Dr. Zulfiqar A. Bhutta, Ketua Pendiri, Divisi Kesehatan Perempuan dan Anak-anak, Aga Khan University, Karachi, Pakistan. "Selain peningkatan jumlah kasus dan kematian yang parah, infeksi tifus berdampak pada kehadiran dan prestasi di sekolah serta membatasi partisipasi kerja para orang tua dan perawat."
Beberapa negara, seperti China, Vietnam, Thailand, Sri Lanka dan Nepal telah menggunakan vaksin tifus yang ada untuk secara efektif mengendalikan dan mencegah penyakit.
"Nepal telah menunjukkan bahwa program vaksinasi tifus dapat diluncurkan dengan sukses dalam bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya," kata Dr. Shyam Raj Upreti, Direktur, Departemen Layanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Penduduk Nepal.
Meskipun contoh-contoh program vaksinasi tifus telah sukses di wilayah tersebut dan rekomendasi WHO [http://www.who.int/wer/2008/wer8306.pdf ] untuk memprioritaskan vaksin tifus dilakukan "segera", banyak negara yang belum merekomendasikan atau memperkenalkan vaksin tifus.
"Asosiasi Dokter Anak dan pihak lainnya di seluruh wilayah ini mengenali dampak serius tifus, terutama ancaman perkembangan dan penyebaran luas tifus yang tahan terhadap obat. Indian Academy of Pediatrics, organisasi terbesar dokter anak di negara ini, telah merekomendasikan pencantuman langsung vaksin tifus pada program imunisasi nasional." kata Prof. Lalitha Mendis, Ketua Technical Consultative Group untuk imunisasi di South East Asia Regional Office (SEARO) WHO di New Delhi dan mantan Presiden Sri Lanka Medical Council. "Pemangku kepentingan nasional dan pembuat kebijakan harus meninjau bukti tertentu dari negara dan membuat langkah ke depan dengan diskusi tentang strategi yang mungkin dan tepat untuk vaksinasi tifus."
Dengan kepemimpinan dan dukungan dari organisasi-organisasi internasional seperti Bill & Melinda Gates Foundation [http://www.gatesfoundation.org/ ] dan Wellcome Trust Sanger Institute [http://www.sanger.ac.uk/ ], International conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses ke-8 ini merupakan upaya internasional yang dilakukan untuk mencari solusi dalam mengendalikan dan mencegah demam tifus, demam enterik dan penyakit yang disebabkan oleh salmonella non-tifoid invasif, antara lain upaya untuk mengembangkan vaksin generasi berikutnya dan meningkatkan diagnostik. Dukungan keuangan disediakan oleh IVI [http://www.ivi.int/web/www/home ] dan Sekretariat CaT [http://www.coalitionagainsttyphoid.org/ ] di Sabin Vaccine Institute [http://www.sabin.org/ ].
Untuk informasi lebih lanjut tentang International Conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses ke-8, kunjungi situs web konferensi di www.typhoidconference.org.
Tentang Coalition against Typhoid (CaT)
Coalition against Typhoid (CaT) merupakan forum global bagi para ilmuwan dan ahli imunisasi yang bekerja untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan dengan mengembangkan vaksinasi tifus di komunitas dengan beban tinggi yang merupakan salah satu dari aliansi terkemuka lainnya. Dengan memprioritaskan tifus dalam agenda kesehatan global dan mengembangkan rencana kerja yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini, Coalition against Typhoid sangat ingin turut serta dalam memperluas akses terhadap vaksin untuk menyelamatkan nyawa. Pelajari lebih lanjut tentang CaT: http://www.coalitionagainsttyphoid.org/
Tentang Sabin Vaccine Institute
Sabin Vaccine Institute adalah organisasi nirlaba 501©(3) bagi ilmuwan, peneliti, dan pendukung yang didedikasikan untuk mengurangi penderitaan manusia yang disebabkan oleh penyakit tropis yang dapat dicegah dengan vaksin dan terabaikan. Sabin bekerjasama dengan pemerintah, organisasi publik dan swasta terkemuka, dan institusi akademik untuk memberikan solusi bagi beberapa tantangan kesehatan yang paling sering terjadi di dunia. Sejak didirikan pada tahun 1993 untuk menghormati pengembang vaksin polio oral, Dr. Albert B. Sabin, Yayasan ini telah berada di garis depan dalam upayanya untuk mengendalikan, mengobati dan menghilangkan penyakit ini dengan mengembangkan vaksin baru, menganjurkan penggunaan vaksin yang telah ada dan mempromosikan akses yang lebih banyak untuk pengobatan medis yang terjangkau. Untuk informasi lebih lanjut : www.sabin.org.
(ADT/IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Dhaka, Bangladesh (Antara Bali/PRNewswire) - Para ahli kesehatan internasional dan regional akan bersidang di Dhaka, Bangladesh pada tanggal 1-2 Maret 2013 untuk meninjau kemajuan dalam kontrol dan pencegahan demam tifoid, demam enterik (penyakit yang disebabkan oleh tifus atau paratifoid), dan penyakit yang disebabkan oleh salmonella non-tifoid invasif, antara lain berita tentang pengembangan/lisensi vaksin generasi berikutnya. International Conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses [http://www.typhoidconference.org/ ] ke-8 diselenggarakan oleh Sekretariat Coalition against Typhoid [http://www.coalitionagainsttyphoid.org/ ] (CaT), bersama dengan mitra-mitranya icddr,b [http://www.icddrb.org/ ], Bangladesh Pediatric Association (BPA) [http://www.bangladeshdir.com/webs/catalog/bangladesh_paediatric_association.html ] dan International Vaccine Institute (IVI) [http://www.ivi.int/web/www/home].
"Pertemuan ini akan memfasilitasi percakapan penting antara para dokter, peneliti dan pemimpin pemerintahan dari seluruh dunia dan di seluruh Asia," kata Dr. Christopher Nelson, Direktur Sekretariat CaT di Sabin Vaccine Institute. "Sangat penting membahas tingkat endemik tifus yang sangat tinggi di wilayah tersebut dan bagaimana vaksin tifus dapat membantu mengendalikan dan mencegah penyakit."
Demam tifus dan demam enterik tersebar luas di masyarakat tanpa akses air yang aman dan sanitasi dasar serta menyebar melalui air dan makanan yang terkontaminasi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) [http://www.who.int/wer/2008/wer8306.pdf ], tifus berdampak pada sekitar 21 juta orang dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian setiap tahunnya, terutama antara anak-anak prasekolah dan usia sekolah. WHO melaporkan bahwa 90 persen kematian akibat tifus terjadi di Asia.
"Para dokter di seluruh Asia Selatan dan Tenggara mengakui dampak kesehatan yang serius akibat tifus, terutama ancaman perkembangan dan penyebaran luas tifus yang tahan terhadap obat." kata Dr. Zulfiqar A. Bhutta, Ketua Pendiri, Divisi Kesehatan Perempuan dan Anak-anak, Aga Khan University, Karachi, Pakistan. "Selain peningkatan jumlah kasus dan kematian yang parah, infeksi tifus berdampak pada kehadiran dan prestasi di sekolah serta membatasi partisipasi kerja para orang tua dan perawat."
Beberapa negara, seperti China, Vietnam, Thailand, Sri Lanka dan Nepal telah menggunakan vaksin tifus yang ada untuk secara efektif mengendalikan dan mencegah penyakit.
"Nepal telah menunjukkan bahwa program vaksinasi tifus dapat diluncurkan dengan sukses dalam bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya," kata Dr. Shyam Raj Upreti, Direktur, Departemen Layanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Penduduk Nepal.
Meskipun contoh-contoh program vaksinasi tifus telah sukses di wilayah tersebut dan rekomendasi WHO [http://www.who.int/wer/2008/wer8306.pdf ] untuk memprioritaskan vaksin tifus dilakukan "segera", banyak negara yang belum merekomendasikan atau memperkenalkan vaksin tifus.
"Asosiasi Dokter Anak dan pihak lainnya di seluruh wilayah ini mengenali dampak serius tifus, terutama ancaman perkembangan dan penyebaran luas tifus yang tahan terhadap obat. Indian Academy of Pediatrics, organisasi terbesar dokter anak di negara ini, telah merekomendasikan pencantuman langsung vaksin tifus pada program imunisasi nasional." kata Prof. Lalitha Mendis, Ketua Technical Consultative Group untuk imunisasi di South East Asia Regional Office (SEARO) WHO di New Delhi dan mantan Presiden Sri Lanka Medical Council. "Pemangku kepentingan nasional dan pembuat kebijakan harus meninjau bukti tertentu dari negara dan membuat langkah ke depan dengan diskusi tentang strategi yang mungkin dan tepat untuk vaksinasi tifus."
Dengan kepemimpinan dan dukungan dari organisasi-organisasi internasional seperti Bill & Melinda Gates Foundation [http://www.gatesfoundation.org/ ] dan Wellcome Trust Sanger Institute [http://www.sanger.ac.uk/ ], International conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses ke-8 ini merupakan upaya internasional yang dilakukan untuk mencari solusi dalam mengendalikan dan mencegah demam tifus, demam enterik dan penyakit yang disebabkan oleh salmonella non-tifoid invasif, antara lain upaya untuk mengembangkan vaksin generasi berikutnya dan meningkatkan diagnostik. Dukungan keuangan disediakan oleh IVI [http://www.ivi.int/web/www/home ] dan Sekretariat CaT [http://www.coalitionagainsttyphoid.org/ ] di Sabin Vaccine Institute [http://www.sabin.org/ ].
Untuk informasi lebih lanjut tentang International Conference on Typhoid Fever and Other Invasive Salmonelloses ke-8, kunjungi situs web konferensi di www.typhoidconference.org.
Tentang Coalition against Typhoid (CaT)
Coalition against Typhoid (CaT) merupakan forum global bagi para ilmuwan dan ahli imunisasi yang bekerja untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi penderitaan dengan mengembangkan vaksinasi tifus di komunitas dengan beban tinggi yang merupakan salah satu dari aliansi terkemuka lainnya. Dengan memprioritaskan tifus dalam agenda kesehatan global dan mengembangkan rencana kerja yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini, Coalition against Typhoid sangat ingin turut serta dalam memperluas akses terhadap vaksin untuk menyelamatkan nyawa. Pelajari lebih lanjut tentang CaT: http://www.coalitionagainsttyphoid.org/
Tentang Sabin Vaccine Institute
Sabin Vaccine Institute adalah organisasi nirlaba 501©(3) bagi ilmuwan, peneliti, dan pendukung yang didedikasikan untuk mengurangi penderitaan manusia yang disebabkan oleh penyakit tropis yang dapat dicegah dengan vaksin dan terabaikan. Sabin bekerjasama dengan pemerintah, organisasi publik dan swasta terkemuka, dan institusi akademik untuk memberikan solusi bagi beberapa tantangan kesehatan yang paling sering terjadi di dunia. Sejak didirikan pada tahun 1993 untuk menghormati pengembang vaksin polio oral, Dr. Albert B. Sabin, Yayasan ini telah berada di garis depan dalam upayanya untuk mengendalikan, mengobati dan menghilangkan penyakit ini dengan mengembangkan vaksin baru, menganjurkan penggunaan vaksin yang telah ada dan mempromosikan akses yang lebih banyak untuk pengobatan medis yang terjangkau. Untuk informasi lebih lanjut : www.sabin.org.
(ADT/IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013