Pakar gangguan tidur Yohana Raharjo membagikan tip menjaga kualitas tidur dengan memahami waktu terbaik beristirahat dan waktu kerja organ tubuh.
Yohana dalam diskusi The Art of Sleep di Denpasar, Bali, Jumat, menyebutkan secara konsisten tidur harus dilakukan selama 8 jam mulai dari sekitar pukul 22.00 atau 23.00, sebab setelah itu hingga pukul 1.00 dini hari adalah waktu bagi empedu bekerja.
“Jam 1.00-3.00 waktunya fungsi empedu dan lever untuk mengeluarkan racun, jadi pada saat itu kalau kita tidak beristirahat organ-organ itu tidak bisa mengeluarkan racun secara maksimal,” kata dia.
Pakar gangguan tidur yang saat ini mengajar sesi Yoga Nidra di Denpasar itu mengatakan setidaknya ada 12 organ dalam tubuh yang memiliki waktu kerjanya sendiri, ketika waktu tidur dilakukan dengan tepat maka organ dapat bekerja optimal.
Di pagi hari dari pukul 5.00-9.00 adalah waktu yang tepat untuk usus besar bekerja membuang racun, dan kembali lagi untuk menjaga kualitas tidur sore hari pukul 17.00-21.00 waktu terbaik minum air yang banyak karena ginjal bekerja optimal.
“Kalau ditanya pukul berapa waktu tidur terbaik selama tidur dari jam 22.00-3.00 pagi itu bagus, kalau suatu saat kita tidur jam 3.00-10.000 tidur 7 jam tapi saat bangun kita tidak akan merasa segar karena melewatkan jam detoksifikasi,” ujarnya.
Yohana mengakui banyak orang kesulitan untuk tidur di waktu yang tepat, namun jika menginginkan kualitas tidur yang baik dapat mencoba dengan menghitung mundur dan mendengarkan napas sendiri.
“Jadi kalau orang tidak bisa tidur lalu minum obat tidur itu bukan solusi, itu hanya sementara tapi dia tidak sampai ke akarnya,” kata dia.
Dalam diskusi tersebut, selain pakar gangguan tidur, dokter umum dr. Henry Luis turut membagikan solusi apabila mengalami kesulitan tidur.
“Biasanya minimal durasinya terpenuhi, kalau tidak tepat waktu setidaknya tidur minimal 7-8 jam sehari,” ucapnya.
Kepada media Henry mengatakan ketika terbangun satu kali saat tidur malam hari adalah hal yang wajar, namun jika terjadi beberapa kali artinya kualitas tidur sudah terganggu.
Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa unsur pendukung kenyamanan saat istirahat, seperti dari sisi pencahayaan, temperatur udara, dan pengaruh alas tidur.
“Untuk suatu kualitas tidur yang baik butuh dukungan lingkungan atau suasana, untuk menciptakan suasana yang membuat nyaman tidur otomatis suhu ruangan harus dingin, jangan terlalu terang, kemudian alas tidur yang penting,” ucapnya.
Ia belum melihat seberapa besar pengaruh kasur yang berkualitas, namun setidaknya alas tidur tidak boleh terlalu lunak, melainkan sesuai lekukan badan.
Pemilik jenama alas tidur Lazy Lowie Ronald Kloppenburg yang turut hadir mengatakan saat ini mencoba meluncurkan kasur yang sesuai tubuh orang Indonesia.
Ia bercerita bahwa produknya yang berbahan impor dicoba untuk masyarakat Indonesia dan dikaji sesuai musim dan kondisi udara, ia kemudian membuat alas tidur dengan spesifikasi yang tepat.
Mulai dari penggunaan lateks dan aerofoam yang berbahan lembut dan sesuai bentuk tubuh, hingga bantal dengan kepadatan medium dan tinggi sehingga dapat dipilih.
“Materialnya memang dari Eropa tapi kami tes dengan orang Indonesia yang berbeda beratnya, preferensi tidur, tulang, musim hujan kami tes semua ke orang Indonesia bukan Eropa,” kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Yohana dalam diskusi The Art of Sleep di Denpasar, Bali, Jumat, menyebutkan secara konsisten tidur harus dilakukan selama 8 jam mulai dari sekitar pukul 22.00 atau 23.00, sebab setelah itu hingga pukul 1.00 dini hari adalah waktu bagi empedu bekerja.
“Jam 1.00-3.00 waktunya fungsi empedu dan lever untuk mengeluarkan racun, jadi pada saat itu kalau kita tidak beristirahat organ-organ itu tidak bisa mengeluarkan racun secara maksimal,” kata dia.
Pakar gangguan tidur yang saat ini mengajar sesi Yoga Nidra di Denpasar itu mengatakan setidaknya ada 12 organ dalam tubuh yang memiliki waktu kerjanya sendiri, ketika waktu tidur dilakukan dengan tepat maka organ dapat bekerja optimal.
Di pagi hari dari pukul 5.00-9.00 adalah waktu yang tepat untuk usus besar bekerja membuang racun, dan kembali lagi untuk menjaga kualitas tidur sore hari pukul 17.00-21.00 waktu terbaik minum air yang banyak karena ginjal bekerja optimal.
“Kalau ditanya pukul berapa waktu tidur terbaik selama tidur dari jam 22.00-3.00 pagi itu bagus, kalau suatu saat kita tidur jam 3.00-10.000 tidur 7 jam tapi saat bangun kita tidak akan merasa segar karena melewatkan jam detoksifikasi,” ujarnya.
Yohana mengakui banyak orang kesulitan untuk tidur di waktu yang tepat, namun jika menginginkan kualitas tidur yang baik dapat mencoba dengan menghitung mundur dan mendengarkan napas sendiri.
“Jadi kalau orang tidak bisa tidur lalu minum obat tidur itu bukan solusi, itu hanya sementara tapi dia tidak sampai ke akarnya,” kata dia.
Dalam diskusi tersebut, selain pakar gangguan tidur, dokter umum dr. Henry Luis turut membagikan solusi apabila mengalami kesulitan tidur.
“Biasanya minimal durasinya terpenuhi, kalau tidak tepat waktu setidaknya tidur minimal 7-8 jam sehari,” ucapnya.
Kepada media Henry mengatakan ketika terbangun satu kali saat tidur malam hari adalah hal yang wajar, namun jika terjadi beberapa kali artinya kualitas tidur sudah terganggu.
Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa unsur pendukung kenyamanan saat istirahat, seperti dari sisi pencahayaan, temperatur udara, dan pengaruh alas tidur.
“Untuk suatu kualitas tidur yang baik butuh dukungan lingkungan atau suasana, untuk menciptakan suasana yang membuat nyaman tidur otomatis suhu ruangan harus dingin, jangan terlalu terang, kemudian alas tidur yang penting,” ucapnya.
Ia belum melihat seberapa besar pengaruh kasur yang berkualitas, namun setidaknya alas tidur tidak boleh terlalu lunak, melainkan sesuai lekukan badan.
Pemilik jenama alas tidur Lazy Lowie Ronald Kloppenburg yang turut hadir mengatakan saat ini mencoba meluncurkan kasur yang sesuai tubuh orang Indonesia.
Ia bercerita bahwa produknya yang berbahan impor dicoba untuk masyarakat Indonesia dan dikaji sesuai musim dan kondisi udara, ia kemudian membuat alas tidur dengan spesifikasi yang tepat.
Mulai dari penggunaan lateks dan aerofoam yang berbahan lembut dan sesuai bentuk tubuh, hingga bantal dengan kepadatan medium dan tinggi sehingga dapat dipilih.
“Materialnya memang dari Eropa tapi kami tes dengan orang Indonesia yang berbeda beratnya, preferensi tidur, tulang, musim hujan kami tes semua ke orang Indonesia bukan Eropa,” kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024