Kuta (Antara Bali) - Warga dari 50 banjar (dusun) di Desa Adat Kerobokan, Kuta, Bali menggelar ritual "nangluk merana" untuk menangkal munculnya hama penyakit di wilayah setempat.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Senin, juga turut menghadiri upacara yang dinamakan "Nangluk Merana Lan Mecaru Sampi Byang Belang Kebang" itu. Upacara dipusatkan di Pura Masceti Ulun Tanjung, Petitenget, Kerobokan, Badung.
Pada kesempatan tersebut, Pastika berharap upacara yang digelar masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan mendapat restu Tuhan sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Ia menambahkan seperti termuat dalam Lontar Sri Purana Tatwa bahwa umat wajib melakukan upacara di pura Ulun Suwi, Masceti, Pura Kentel Gumi dan Watu Klotok untuk mencegah timbulnya hama penyakit. "Di pura Masceti penguasa tikus, di Pura Sakenan penguasa walang sangit," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mendukung pelaksanaan upacara "nangluk merana" sebagai bentuk pelaksanaan adat, budaya dan agama demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Di sisi lain, mantan Kapolda Bali ini berpesan kepada masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan menjelang perhelatan Pemilihan Kepala Daerah Bali.
"Walaupun ada perbedaan pendapat dalam menentukan pilihan agar tetap mengedepankan pasemetonan dan menyama braya (persaudaraan)," ujarnya.
Di sela-sela ritual tersebut, Gubernur Bali juga menyerahkan bantuan pakaian kepada pemangku (rohaniwan) Pura Masceti Ulun Tanjung.
Tampak hadir pula Wakil Ketua DPRD Bali I Ketut Suwandi, Wakil Bupati Badung Ketut Sudikerta, Camat Kuta Utara AA Putu Yuyun Hanura Eny dan Bendesa Adat Kerobokan Agung Sutarja. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Senin, juga turut menghadiri upacara yang dinamakan "Nangluk Merana Lan Mecaru Sampi Byang Belang Kebang" itu. Upacara dipusatkan di Pura Masceti Ulun Tanjung, Petitenget, Kerobokan, Badung.
Pada kesempatan tersebut, Pastika berharap upacara yang digelar masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan mendapat restu Tuhan sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Ia menambahkan seperti termuat dalam Lontar Sri Purana Tatwa bahwa umat wajib melakukan upacara di pura Ulun Suwi, Masceti, Pura Kentel Gumi dan Watu Klotok untuk mencegah timbulnya hama penyakit. "Di pura Masceti penguasa tikus, di Pura Sakenan penguasa walang sangit," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mendukung pelaksanaan upacara "nangluk merana" sebagai bentuk pelaksanaan adat, budaya dan agama demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Di sisi lain, mantan Kapolda Bali ini berpesan kepada masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan menjelang perhelatan Pemilihan Kepala Daerah Bali.
"Walaupun ada perbedaan pendapat dalam menentukan pilihan agar tetap mengedepankan pasemetonan dan menyama braya (persaudaraan)," ujarnya.
Di sela-sela ritual tersebut, Gubernur Bali juga menyerahkan bantuan pakaian kepada pemangku (rohaniwan) Pura Masceti Ulun Tanjung.
Tampak hadir pula Wakil Ketua DPRD Bali I Ketut Suwandi, Wakil Bupati Badung Ketut Sudikerta, Camat Kuta Utara AA Putu Yuyun Hanura Eny dan Bendesa Adat Kerobokan Agung Sutarja. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013