Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika menggugah kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah di Provinsi Bali untuk melakukan perawatan sejak dini kepada anak-anak disabilitas atau yang berkebutuhan khusus sehingga dapat membantu mereka menjadi mandiri.
"Pola pikir yang menganggap anak disabilitas sebagai aib harus diubah. Mereka adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita rawat dan tidak saja menjadi tanggung jawab para orang tuanya," kata Pastika di Gianyar, Senin.
Pastika menyampaikan hal tersebut saat menghadiri ritual melaspas (penyucian) gedung wantilan Yayasan Mutiara Hati Santhi di Bedulu, Kabupaten Gianyar, yang diperuntukkan sebagai tempat terapi bagi puluhan anak-anak disabilitas.
Baca juga: Mangku Pastika: Terapi herbal di Bali miliki nilai kemanusiaan
Acara tersebut juga dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gianyar I Ketut Mudana, sejumlah tokoh serta relawan dan puluhan anak-anak disabilitas dari Gianyar dan kabupaten lainnya.
"Perkiraan saya masih sangat banyak anak-anak seperti ini, namun disembunyikan oleh para orang tua dan lingkungannya karena dianggap aib. 'Mindset' atau pola pikir seperti itu harus diubah, mereka adalah anugerah yang tidak saja menjadi tanggung jawab orang tuanya, tetapi juga pemerintah, organisasi nonpemerintah dan masyarakat," ucapnya.
Di yayasan tersebut saja ada sekitar 40 anak disabilitas dengan lokasi tempat tinggalnya masih berdekatan. Ada juga yang dalam satu keluarga memiliki dua hingga tiga anak disabilitas.
"Mengapa kondisi seperti ini bisa banyak terjadi di sini dan mungkin saja juga terjadi di daerah lain? Jika pun sudah terlahir anak-anak dengan kondisi berkebutuhan khusus, hendaknya dapat dilakukan perawatan sejak dini agar tidak berakibat fatal," ujar Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Pastika meyakini banyak warga Bali yang berhati mulia dan ingin berbuat untuk kemanusiaan, namun tidak tahu caranya. "Oleh karena itu, mari kita identifikasi dulu, kita cek lingkungan kita, apa yang sesungguhnya terjadi? Paling tidak faktor dominan penyebabnya seperti apa sehingga bisa diantisipasi. Kita semua berdosa jika pura-pura tidak tahu," ujar Pastika yang tak maju lagi sebagai anggota DPD itu.
Baca juga: Mangku Pastika motivasi pelaku UMKM di Bali untuk pantang menyerah
Bangunan wantilan ukuran 6x8 meter tersebut merupakan donasi dari Yayasan Bali Binar Bhakti yang diketuai Pastika. Selain itu tergabung sejumlah nama tokoh-tokoh Bali diantaranya Nyoman Nuarta, Agus Maha Usadha, Ida Bagus Gede Budi Hartawan, Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa, dan Nyoman Wiratmaja.
"Mudah-mudahan momentum ini dapat menyentuh hati pemerintah, dinas-dinas terkait agar lebih peduli dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Anak-anak di sini seharusnya bisa mendapatkan terapi lebih sering, paling tidak dua kali dalam seminggu dan mendapatkan penanganan yang komprehensif," ucapnya.
Pastika mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Ketua Yayasan Mutiara Hati Santhi Ni Wayan Siki dalam membantu anak-anak penyandang disabilitas ini. Meskipun dengan kondisi ekonomi begitu sederhana yang sebelumnya sebagai petugas kebersihan di puskesmas, namun sangat peduli dengan anak-anak yang lain.
Ketua Yayasan Mutiara Hati Santhi Ni Wayan Siki mengatakan anak-anak disabilitas ini sebelumnya mendapatkan bantuan terapi namun beberapa bulan terakhir sudah terhenti karena sudah tidak ada lagi donatur.
Perawatan anak-anak disabilitas dilakukan di rumahnya yang terbatas sejak tahun 2003. Kini ia lega karena sudah ada wantilan yang dapat digunakan sebagai tempat terapi yang lebih representatif.
Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gianyar Ketut Mudana yang hadir mewakili Pj Bupati Gianyar sangat mengapresiasi berbagai pihak yang peduli dan begitu tulus membantu anak-anak tersebut.
"Kami dari Pemkab Gianyar siap membantu. Kami sudah data dan catat apa yang perlu dibantu. Kami berterima kasih sudah ada pioner pada gerakan ini," katanya.
Mudana menjanjikan program untuk membantu anak-anak tersebut bisa dimasukkan dalam program di Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, maupun Disdikpora. "Sudah menjadi tugas pemerintah untuk memberikan pelayanan pada masyarakat," katanya.
Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana mengatakan memang harus ada upaya kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai kalangan untuk mencegah maupun menangani anak-anak disabilitas agar mereka bisa lebih mandiri melakukan aktivitas sehari-hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
"Pola pikir yang menganggap anak disabilitas sebagai aib harus diubah. Mereka adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita rawat dan tidak saja menjadi tanggung jawab para orang tuanya," kata Pastika di Gianyar, Senin.
Pastika menyampaikan hal tersebut saat menghadiri ritual melaspas (penyucian) gedung wantilan Yayasan Mutiara Hati Santhi di Bedulu, Kabupaten Gianyar, yang diperuntukkan sebagai tempat terapi bagi puluhan anak-anak disabilitas.
Baca juga: Mangku Pastika: Terapi herbal di Bali miliki nilai kemanusiaan
Acara tersebut juga dihadiri Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gianyar I Ketut Mudana, sejumlah tokoh serta relawan dan puluhan anak-anak disabilitas dari Gianyar dan kabupaten lainnya.
"Perkiraan saya masih sangat banyak anak-anak seperti ini, namun disembunyikan oleh para orang tua dan lingkungannya karena dianggap aib. 'Mindset' atau pola pikir seperti itu harus diubah, mereka adalah anugerah yang tidak saja menjadi tanggung jawab orang tuanya, tetapi juga pemerintah, organisasi nonpemerintah dan masyarakat," ucapnya.
Di yayasan tersebut saja ada sekitar 40 anak disabilitas dengan lokasi tempat tinggalnya masih berdekatan. Ada juga yang dalam satu keluarga memiliki dua hingga tiga anak disabilitas.
"Mengapa kondisi seperti ini bisa banyak terjadi di sini dan mungkin saja juga terjadi di daerah lain? Jika pun sudah terlahir anak-anak dengan kondisi berkebutuhan khusus, hendaknya dapat dilakukan perawatan sejak dini agar tidak berakibat fatal," ujar Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Pastika meyakini banyak warga Bali yang berhati mulia dan ingin berbuat untuk kemanusiaan, namun tidak tahu caranya. "Oleh karena itu, mari kita identifikasi dulu, kita cek lingkungan kita, apa yang sesungguhnya terjadi? Paling tidak faktor dominan penyebabnya seperti apa sehingga bisa diantisipasi. Kita semua berdosa jika pura-pura tidak tahu," ujar Pastika yang tak maju lagi sebagai anggota DPD itu.
Baca juga: Mangku Pastika motivasi pelaku UMKM di Bali untuk pantang menyerah
Bangunan wantilan ukuran 6x8 meter tersebut merupakan donasi dari Yayasan Bali Binar Bhakti yang diketuai Pastika. Selain itu tergabung sejumlah nama tokoh-tokoh Bali diantaranya Nyoman Nuarta, Agus Maha Usadha, Ida Bagus Gede Budi Hartawan, Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa, dan Nyoman Wiratmaja.
"Mudah-mudahan momentum ini dapat menyentuh hati pemerintah, dinas-dinas terkait agar lebih peduli dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Anak-anak di sini seharusnya bisa mendapatkan terapi lebih sering, paling tidak dua kali dalam seminggu dan mendapatkan penanganan yang komprehensif," ucapnya.
Pastika mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Ketua Yayasan Mutiara Hati Santhi Ni Wayan Siki dalam membantu anak-anak penyandang disabilitas ini. Meskipun dengan kondisi ekonomi begitu sederhana yang sebelumnya sebagai petugas kebersihan di puskesmas, namun sangat peduli dengan anak-anak yang lain.
Ketua Yayasan Mutiara Hati Santhi Ni Wayan Siki mengatakan anak-anak disabilitas ini sebelumnya mendapatkan bantuan terapi namun beberapa bulan terakhir sudah terhenti karena sudah tidak ada lagi donatur.
Perawatan anak-anak disabilitas dilakukan di rumahnya yang terbatas sejak tahun 2003. Kini ia lega karena sudah ada wantilan yang dapat digunakan sebagai tempat terapi yang lebih representatif.
Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gianyar Ketut Mudana yang hadir mewakili Pj Bupati Gianyar sangat mengapresiasi berbagai pihak yang peduli dan begitu tulus membantu anak-anak tersebut.
"Kami dari Pemkab Gianyar siap membantu. Kami sudah data dan catat apa yang perlu dibantu. Kami berterima kasih sudah ada pioner pada gerakan ini," katanya.
Mudana menjanjikan program untuk membantu anak-anak tersebut bisa dimasukkan dalam program di Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, maupun Disdikpora. "Sudah menjadi tugas pemerintah untuk memberikan pelayanan pada masyarakat," katanya.
Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana mengatakan memang harus ada upaya kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai kalangan untuk mencegah maupun menangani anak-anak disabilitas agar mereka bisa lebih mandiri melakukan aktivitas sehari-hari.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024