Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Endang Retno Sri Subiyandani menyebutkan nilai tukar petani (NTP) Bali Februari 2024 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
“Pada bulan Februari 2024 NTP di Bali sebesar 105,98, nilai ini meningkat 2,30 persen dibandingkan Januari 2024. NTP yang mencapai 105,98 ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir,” kata Endang Retno di Denpasar, Jumat.
Endang menjelaskan NTP Bali ini terus meningkat belakangan ini ditopang oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani yang lebih tinggi dibanding harga yang dibayar petani.
Adapun indeks yang diterima petani naik 3,04 persen berkat komoditas gabah, tomat, dan cabai merah, sementara indeks yang dibayar petani naik hanya sedikit yaitu 0,72 persen karena andil beras, cabai rawit, daging ayam ras, dan cabai merah.
“Sebelumnya memang NTP kita belum sampai setinggi sekarang, ini dari 100 naik terus jadi 105,98. Nilai tukar petani itu dipicu dua sisi bisa dari produksinya petani bagus bisa juga ongkos yang dikeluarkan ditekan oleh pemerintah pada saat ongkos yg dikeluarkan ditekan pemerintah misalkan diberi bantuan traktor atau alat bajak,” ujar Endang.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
“Jadi, hanya bibit yang tidak bisa dikendalikan karena harganya mengikuti pasaran, tapi ketika itu bisa ditekan juga maka pembaginya menurun lagi jadi yang diterima petani lebih tinggi,” sambung Kepala BPS Bali.
Salah satu komoditas yang membantu tingginya penerimaan petani adalah gabah. BPS Bali mengakui bahwa gabah bak dua mata pisau yang menguntungkan petani sekaligus merugikan masyarakat karena berujung kenaikan harga beras.
Namun bagi petani Bali, kenaikan harga gabah tidak akan menguntungkan apabila biaya produksinya juga tinggi sehingga yang patut disyukuri adalah keberhasilan dalam menekan pengeluaran petani.
Lebih lanjut NTP Bali Februari 2024 dilihat dari sub sektornya masih ada sektor yang belum menyentuh nilai 100 meski secara keseluruhan tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.
Endang menyebutkan subsektor tersebut yaitu peternakan dan perikanan dengan indeks di bawah 100, sementara yang sudah lebih dari 100 yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat.
“Peningkatan tertinggi pada subsektor hortikultura sebesar 6,77 persen,” ucapnya.
Jika lihat dari nilai tukar usaha pertanian (NTUP) yaitu mengeluarkan indeks pengeluaran konsumsi rumah tangga petani nilainya lebih tinggi lagi, yaitu 110,21.
“Ini akibat indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dari biaya produksi. Adapun komoditas penyumbang biaya produksi petani diantaranya jagung pipilan, dedak, dan benih padi,” ujar Kepala BPS Bali itu kepada media.
Baca juga: BPS Bali: libur panjang dongkrak NTP
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Pada bulan Februari 2024 NTP di Bali sebesar 105,98, nilai ini meningkat 2,30 persen dibandingkan Januari 2024. NTP yang mencapai 105,98 ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir,” kata Endang Retno di Denpasar, Jumat.
Endang menjelaskan NTP Bali ini terus meningkat belakangan ini ditopang oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani yang lebih tinggi dibanding harga yang dibayar petani.
Adapun indeks yang diterima petani naik 3,04 persen berkat komoditas gabah, tomat, dan cabai merah, sementara indeks yang dibayar petani naik hanya sedikit yaitu 0,72 persen karena andil beras, cabai rawit, daging ayam ras, dan cabai merah.
“Sebelumnya memang NTP kita belum sampai setinggi sekarang, ini dari 100 naik terus jadi 105,98. Nilai tukar petani itu dipicu dua sisi bisa dari produksinya petani bagus bisa juga ongkos yang dikeluarkan ditekan oleh pemerintah pada saat ongkos yg dikeluarkan ditekan pemerintah misalkan diberi bantuan traktor atau alat bajak,” ujar Endang.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
“Jadi, hanya bibit yang tidak bisa dikendalikan karena harganya mengikuti pasaran, tapi ketika itu bisa ditekan juga maka pembaginya menurun lagi jadi yang diterima petani lebih tinggi,” sambung Kepala BPS Bali.
Salah satu komoditas yang membantu tingginya penerimaan petani adalah gabah. BPS Bali mengakui bahwa gabah bak dua mata pisau yang menguntungkan petani sekaligus merugikan masyarakat karena berujung kenaikan harga beras.
Namun bagi petani Bali, kenaikan harga gabah tidak akan menguntungkan apabila biaya produksinya juga tinggi sehingga yang patut disyukuri adalah keberhasilan dalam menekan pengeluaran petani.
Lebih lanjut NTP Bali Februari 2024 dilihat dari sub sektornya masih ada sektor yang belum menyentuh nilai 100 meski secara keseluruhan tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.
Endang menyebutkan subsektor tersebut yaitu peternakan dan perikanan dengan indeks di bawah 100, sementara yang sudah lebih dari 100 yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat.
“Peningkatan tertinggi pada subsektor hortikultura sebesar 6,77 persen,” ucapnya.
Jika lihat dari nilai tukar usaha pertanian (NTUP) yaitu mengeluarkan indeks pengeluaran konsumsi rumah tangga petani nilainya lebih tinggi lagi, yaitu 110,21.
“Ini akibat indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dari biaya produksi. Adapun komoditas penyumbang biaya produksi petani diantaranya jagung pipilan, dedak, dan benih padi,” ujar Kepala BPS Bali itu kepada media.
Baca juga: BPS Bali: libur panjang dongkrak NTP
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024